Ujian Mental Indonesia

Perjalanan Tim Nasional Indonesia pada turnamen Piala AFF 2020 yang dilaksanakan pada tahun 2021 ini di Singapura terbilang penuh drama.

Layaknya sebuah film, ada begitu banyak plot twist yang muncul dan bikin penonton terkaget-kaget.

Laga semifinal dua leg melawan Singapura jelas menjadi contoh paripurnanya. Pada leg I yang berujung 1-1, kedua tim tampil begitu solid tetapi penuh kehati-hatian.

Eskalasi meningkat pada leg II di mana laga berjalan sangat ketat, sengit, keras, dan dipenuhi berbagai atraksi yang membuat jantung terus berdegup kencang.

Bagaimana tidak, kedua tim jual beli serangan dan gol sepanjang 120 menit. Singapura sendiri harus bermain dengan delapan orang sebab tiga pemainnya mendapat kartu merah.

Mujur Indonesia akhirnya melejit sebagai kubu yang berhak atas satu tiket final usai membungkam Singapura dengan skor 4-2.

Dari sekian pemain, nama Nadeo Argawinata yang amat disorot. Pasalnya, penjaga gawang bernomor punggung 23 ini sukses memperpanjang nafas Indonesia ketika laga di waktu normal segera berakhir.

Ketika itu, Singapura mendapat hadiah tendangan penalti usai Pratama Arhan dianggap melakukan handball di area terlarang.

Faris Ramli yang maju sebagai algojo gagal menunaikan tugasnya lantaran Nadeo mampu menepis sepakannya dari titik putih.

Momen itu seperti kunci penting bagi kebangkitan tim asuhan Shin Tae-yong karena di fase perpanjangan waktu, mereka bisa tampil lebih menggigit.

Kendati bikin deg-degan, menyaksikan Indonesia bertanding di Stadion Nasional Singapura dalam dua leg semifinal kemarin sungguh menarik.

Fans dibuat gemas oleh penampilan anak asuh Shin Tae-yong hampir sepanjang pertandingan.

Bagaimana mereka bisa keluar dari tekanan alot tuan rumah. Bagaimana Indonesia sanggup menciptakan peluang sekaligus memperlihatkan kelemahan di barisan pertahanan sendiri.

BACA JUGA:  Pembelaan bagi Antonio Conte

Kemudian bagaimana Nadeo dan kawan-kawan tampak kebingungan saat Singapura bermain dengan sepuluh dan bahkan sembilan orang. Lalu bagaimana pemain-pemain Indonesia menyikapi keputusan wasit terlihat seluruhnya.

Bisa dikatakan, khususnya dua laga terakhir pada fase grup dan sepasang partai semifinal kemarin, sebagai arena uji mental seluruh skuad Garuda.

Bagaimana mereka mampu mencari solusi atas segala permasalahan yang ada di lapangan menjadi tolok ukur sejauh mana kapabilitas mereka saat ini.

Terlebih, skuad Indonesia di ajang Piala AFF 2020 masih sangat muda dengan rerata usia mencapai 23,8 tahun.

Melihat anak-anak muda itu ditempa mentalnya dalam laga-laga sulit tentu menguras energi sekaligus emosi.

Kalau mereka sukses melewatinya, para suporter pasti merasa lega. Namun sebaliknya, tatkala mereka kebingungan dan sering bikin kesalahan di lapangan, perasaan fans benar-benar stres. Tak jarang, banyak yang mengumpat karena hal itu.

Dari sekian variabel yang dapat menentukan sebuah tim layak menjadi juara atau tidak, mental acapkali melejit menjadi variabel yang paling sulit diukur.

Oleh karena itu, menguji mentalitas bertanding kala bersua tim-tim yang lebih kuat diperlukan buat mengetahuinya. Setidaknya, kita bisa menerka sudah sejauh mana kemampuan diri ini dalam menghadapi situasi yang sulit.

Saat bertemu Vietnam dan Malaysia di fase grup, lalu Singapura di semifinal, Indonesia memamerkan bahwa mentalitas mereka sudah cukup teruji.

Apalagi jiwa-jiwa militan mereka memperlihatkan kemauan untuk terus berjuang sampai titik darah penghabisan.

Penampilan Indonesia dalam gelaran Piala AFF 2020 juga memperlihatkan kekurangan di sana dan sini.

Akan tetapi, mereka dapat menutupinya dengan berbagai kelebihan, utamanya mental yang kian menguat.

Hal tersebut bisa menjadi modal penting menyongsong laga dua partai final kontra Thailand yang diprediksi bakal alot pada 29 Desember 2021 dan 1 Januari 2022 mendatang.

BACA JUGA:  Untukmu Garuda Muda

Tak ada yang tak mungkin dalam sepakbola. Saya juga tak percaya diri berlebihan atau meremehkan kualitas Thailand.

Namun peluang Indonesia memboyong Piala AFF ke tanah air untuk pertama kalinya sepanjang sejarah masih terbuka lebar.

Ada waktu 180 menit untuk berjuang seraya menguji mental Indonesia sekali lagi. Ayo tuntaskan!

Komentar
Penggemar Inter dan penikmat sepakbola Indonesia. Apapun klub yang bermain terutama di Liga 1 selalu saya tonton di saat gabut. Bisa disapa di akun Twitter @nrndrahrndhto.