Usai memecat Nuno Espirito Santo, Tottenham Hotspur mendapuk Antonio Conte sebagai suksesor.
Manajer asal Italia tersebut lantas mengimplementasikan apa yang ada di kepalanya guna mengusung misi bangkit The Lilywhites.
Ajaib, kedatangan eks pelatih Juventus dan Inter Milan ini memberi angin segar bagi Spurs. Dalam delapan laga terakhirnya di Premier League, Harry Kane dan kawan-kawan tak terkalahkan.
Catatan itu bikin Spurs pelan-pelan menyodok ke papan atas, tepatnya posisi enam.
Lebih jauh, mereka juga punya tabungan laga lebih banyak dibanding para rival yang menempati lima besar.
Mengacu pada apa yang sudah ditorehkan Conte, jelas ia bukan sosok sembarangan. Tidak banyak pelatih asal Italia yang aktif pada saat ini dan memiliki segudang prestasi. Selain Conte, mungkin hanya Carlo Ancelotti, Max Allegri, dan Roberto Mancini.
Datang ke London Utara, misi Conte hanya satu yakni membuat Spurs menjadi kesebelasan yang lebih kompetitif.
Walau memiliki logo seekor ayam, The Lilywhites tak ingin label kesebelasan ayam melekat pada mereka.
Perubahan yang dibawa Conte memang jelas. Spurs saat ini lebih disiplin dalam bermain kendati harus beradaptasi dengan skema kesukaan sang pelatih, 3-5-2.
Lewat pola tersebut, Conte membuat Spurs kokoh dalam bertahan meski lini belakang dihuni tiga bek tengah serta fokus menyerang via sayap.
Mengutip perkataan Giorgio Chiellini dari Daily Mail, bahwa Conte layaknya sersan Polisi. Ditambah lagi saat sesi latihan selesai, pemain bukan merasa lelah melainkan seperti mati.
Hal tersebut juga pernah dilontarkan Cesc Fabregas. Dikutip dari Standard, menurut gelandang elegan tersebut, pelatih yang juga pernah melatih Tim Nasional Italia itu kondang dengan sikap penuntutnya.
Sekarang, giliran para pemain Spurs yang ambil bagian dalam latihan keras ala Conte yang dinilai bisa membantu mereka tampil lebih baik lagi.
Dikutip dari situs Londonworld, Conte langsung mengatur pola makanan sebab menurutnya para pemain saat itu berada dalam kondisi kebugaran yang kurang bagus.
Masih dari sumber yang sama, aturan tersebut juga pernah diterapkan olehnya saat menjadi pelatih Chelsea.
Alasannya pun serupa. Kebugaran sangatlah penting dan pada saat itu para pemain Chelsea tidak dalam kondisi kebugaran yang baik.
Apa yang dilakukan Conte memang cukup keras dan ketat. Meski begitu, dampak yang diberikan juga tidak main-main.
Inter Milan adalah klub terakhir yang ia bawa menjadi juara Serie A, sekaligus memutus dominasi Juventus.
Bahkan pada musim pertamanya bersama I Nerazzurri, ia mampu mengantar mereka menjadi runner up Serie A dan Liga Europa.
Tentu tidak adil juga untuk membandingkan skuat yang dimiliki Conte kala menukangi Inter Milan dengan Spurs saat ini.
Sejak awal, Conte mendapatkan striker yang diidamkannya sejak menukangi Chelsea yaitu Romelu Lukaku. Selanjutnya ada nama Nicolo Barella, Christian Eriksen, Alexis Sanchez, Stefan de Vrij, Ivan Perisic, hingga Ashley Young.
Sementara di Spurs, bisa dikatakan skuadnya jauh dari kata ideal untuk menyokong ide-idenya. Hal ini wajar mengingat Conte juga masuk pada pertengahan musim sehingga kesempatan membangun tim sesuai idenya juga tidak ada.
Kesukaannya pada formasi 3-5-2 membuat lini belakang The Lilywhites menjadi perhatian utama. Siapa figur yang bakal mengisi pos tersebut.
Kemudian, kesukaannya terhadap striker yang pandai menjaga bola sekaligus piawai menciptakan ruang mencetak gol, apakah bisa diperankan Kane? Terlebih tim asuhan Conte identik dengan transisi cepat dan menguras stamina.
Apalagi setelah kekalahan pertamanya di laga kontra klub asal Slovenia, NS Mura, Conte secara terbuka menyebut bahwa Spurs tidak memiliki level yang cukup tinggi.
Ini jelas menyedihkan sebab The Lilywhites tengah berambisi untuk berbicara banyak di seluruh kompetisi yang mereka ikuti.
Akan tetapi, respons yang diperlihatkan Spurs usai kekalahan itu cukup mengagumkan.
Mereka tampil lebih baik di Premier League, Piala FA, dan Piala Liga walau akhirnya tersingkir dari Liga Europa Conference karena dinyatakan kalah WO dari Rennes.
Mengingat Spurs selama ini terbiasa dengan kesemenjanaan, maka tugas Conte beserta stafnya masih amat banyak. Bagaimana ia bisa mengubah wajah Spurs menjadi tantangan tertinggi.
Satu yang pasti, Conte perlahan-lahan menanamkan mentalitas yang tangguh ke skuad asuhannya. Hal inilah yang bikin The Lilywhites kian kompetitif.
Pelatih yang semasa aktif merumput pernah bermain untuk Lecce dan Juventus tersebut memang bukan penyihir. Ia hanya pelatih dengan etos kerja yang luar biasa serta kapabilitas mumpuni.
Dengan kepercayaan, waktu, dan dukungan dari seluruh orang yang duduk di mencintai Spurs, bukan tidak mungkin, ada banyak hal yang dapat diberikan Conte kepada rival sewilayah Arsenal ini. Tak terkecuali trofi juara, entah dari ajang apapun.