Transfer Terburuk pada Putaran Pertama Liga Spanyol Musim 2015/2016

Beberapa waktu lalu, saya membaca sebuah artikel tentang “Lima Pembelian Terburuk La Liga musim 2015/2016”. Artikel tersebut dimuat di versi online berbahasa Indonesia salah satu majalah sepak bola terkemuka dunia, yang tidak jarang dijadikan referensi oleh para pencinta sepak bola. Masalahnya, kelima nama yang dianggap terburuk versi majalah tersebut membuat saya mengernyitkan dahi.

Situsweb tersebut menulis nama Jackson Martinez, Mateo Kovacic, Alvaro Negredo, Adil Rami dan Daniele Bonera sebagai lima pembelian flop pada paruh paruh pertama musim ini.

Saya pribadi setuju dengan pilihan Martinez yang memang gagal memenuhi ekspektasi Diego Simeone di Atletico Madrid sebelum akhirnya hijrah ke Liga Cina. Saya juga setuju dengan nama Kovacic. Dana sebesar 30 juta yang dikeluarkan Real Madrid ternyata hanya membawa pemain Kroasia ini ke bangku cadangan di Santiago Bernabeu. Akan sulit bagi siapa pun untuk menghindarkannya dari predikat terburuk.

Namun Negredo? Rami? Bonera? Come on! Saya jadi bertanya-tanya, apakah penulis artikel ini benar-benar mengikuti La Liga atau hanya asal comot nama-nama pemain terkenal untuk menggenapi daftar. Padahal, masih banyak nama lain yang berperforma lebih buruk dari ketiga nama tersebut.

Sebagai penonton setia La Liga, saya merasa punya “kewajiban moral” membela Negredo, Rami dan Bonera. Walaupun masih jauh dari kategori kelas A, saya pikir performa ketiganya tidak pantas diberi predikat “pembelian terburuk”.

Meski sering dikritik kalangan fans Valencia sendiri, Alvaro Negredo, La Fiera de Vallecas (Sang Monster dari Vallecas) sudah seringkali berusaha keras membuktikan diri, terutama di tengah-tengah krisis yang melanda kondisi internal Valencia.

Salah satunya adalah dengan golnya pada menit ke-90 di Riazor, kandang Deportivo La Coruna yang menghindarkan pasukan Gary Neville dari kekalahan ke-sekian mereka musim ini.

Jumlah gol Negredo pun sebenarnya tidak buruk, empat gol di La Liga termasuk bagus jika mengingat hanya sepuluh kali dia menjadi starter (per pertengahan Februari 2016). Selain itu, sejak Januari lalu, Neville mempercayai Negredo sebagai salah satu penyandang ban kapten Valencia selain Paco Alcacer, Javi Fuego dan Diego Alves.

Jadi, apakah itu membuatnya menjadi pembelian terburuk? Gary dan Phillip Neville pasti akan menjadi orang pertama yang tidak setuju.

Begitu pula dengan Rami (Sevilla). Pemain nasional Prancis yang disia-siakan AC Milan tersebut kini menjadi pemain kunci Los Nervionenses. Meski catatan statistiknya kurang mengesankan, toh Rami merupakan pemain belakang dengan jumlah penampilan terbanyak untuk pasukan Unai Emery selama putaran pertama. Ini membuktikan bahwa Emery kembali menaruh kepercayaan mendalam pada diri palang pintunya ketika menangani Valencia ini.

Lain lagi dengan Bonera. Villarreal sejak awal memang tidak pernah memproyeksikan bek AC Milan yang diboyong secara free transfer tersebut menjadi pilihan utama. Sederet pilihan di jantung pertahanan mereka masih cukup mumpuni dengan adanya Matteo Musacchio, Eric Bailly dan Victor Ruiz.

BACA JUGA:  Apa Itu Undang-Undang Anti-Pique?

Namun, di sinilah peran Bonera yang sebenarnya. Pemain berusia 35 tahun ini selalu menjadi backup yang bisa diandalkan oleh pelatih Marcelino Garcia, terutama saat para bek El Amarillo terkena akumulasi kartu atau dihantam cedera, seperti ketika menghadapi Barcelona di putaran pertama lalu dan baru-baru ini ketika menghadapi Levante.

Maka, untuk menawarkan perspektif yang sedikit lebih luas, saya membuat daftar nama-nama lain yang menurut saya pribadi merupakan pembelian terburuk pada putaran pertama La Liga musim ini:

1. Rafael Van der Vaart (Real Betis)

Meski usianya sudah tergolong cukup uzur, pemain yang satu ini tetaplah profil yang menyedot perhatian ketika Real Betis mendatangkannya secara gratis dari Hamburg SV dan menawarkannya kontrak selama tiga tahun.

Namun, hari-hari Van der Vaart di Spanyol ternyata berlalu dengan mengecewakan. Mantan playmaker Ajax, Tottenham Hotspur dan tim nasional Belanda ini hanya bermain sebanyak tujuh kali, itu pun hanya dua kali menjadi starter. Bisa dimengerti mengapa ia langsung menyatakan tidak betah bermain di Liga Spanyol.

2. Nordin Amrabat (Malaga)

Berbeda dengan empat sampai lima tahun lalu, saat ini Malaga memang tidak lagi memiliki dana transfer yang besar untuk mendatangkan pemain-pemain berkualitas. Namun, pada musim panas lalu mereka cukup berani mengeluarkan 3,5 juta euro untuk meminang Nordin Amrabat secara permanen dari Galatasaray.

Sayangnya, pemain asal Maroko ini gagal menyamai penampilan gemilang di masa peminjamannya selama satu setengah musim terdahulu, ketika ia mencetak total delapan gol. Amrabat gagal mencetak sebiji gol pun musim ini dan membuat pelatih Javi Gracia kecewa. Beruntung, Januari lalu, Watford mengangkutnya ke Liga Primer Inggris dengan biaya transfer nyaris dua kali lipat dari modal yang dikeluarkan Los Boquerones.

3. Rodrigo Moreno (Valencia)

Anak muda ini sukses memikat hati Vicente del Bosque yang memberinya debut di tim nasional Spanyol berkat penampilan gemilangnya di Valencia sepanjang musim lalu. Padahal, saat itu Rodrigo hanya berstatus pemain pinjaman dari Benfica.

Pada awal musim 2015/2016, sang pemilik klub, Peter Lim akhirnya mempermanenkan status kepemilikan pemain  berusia 24 tahun ini dengan angka fantastis, 30 juta Euro. Sayang, seiring dengan penampilan Los Che yang melempem musim ini, Rodrigo pun gagal memenuhi ekspektasi dan hingga akhir Februari belum mencetak sebiji gol pun di La Liga.

Cedera tiga bulan yang dideritanya ikut memengaruhi performanya. Di tangan pelatih baru Gary Neville, sepupu Thiago dan Rafinha Alcantara ini kerap kehilangan tempat di skuat inti Valencia.

BACA JUGA:  Peluang (Emas) Atletico Madrid

4. Jonas Gutierrez (Deportivo La Coruna)

Terkenal sebagai sosok yang gagah berani menghadapi kanker testikel hingga akhirnya sembuh, Jonas Gutierrez telah menjadi kesayangan fans Newcastle dan jutaan pemimpi di seluruh dunia. Ketika kontraknya habis di musim panas lalu, Deportivo La Coruna “berbaik hati” menampung pemain Argentina ini dan berharap sisa-sisa talentanya bisa membantu Super Depor menemukan kembali kejayaan mereka. Sayang, ia gagal mendapatkan kepercayaan pelatih Victor Sanchez dan lebih banyak duduk di bangku cadangan selama putaran pertama.

5. Antolin Alcaraz (Las Palmas)

Bek veteran yang berjasa membawa Paraguay ke final Copa America 2011 ini juga dikenang sebagai salah satu pahlawan Wigan Athletic ketika menjuarai Piala FA tahun 2013.

Las Palmas memboyongnya di musim panas lalu dari Everton dan berharap pengalamannya bisa membantu Los Amarillos lepas dari jeratan degradasi. Harapan sempat membumbung tinggi ketika Alcaraz mencetak gol yang membantu Las Palmas mengalahkan Sevilla. Namun, hanya itu kontribusi berarti yang diberikan pemain 34 tahun ini di Gran Canaria. Awal tahun ini, ia memutuskan pulang kampung ke Paraguay untuk membela Libertad.

Karena transfer pemain di La Liga lebih banyak berlangsung dengan sistem peminjaman, saya memperluas daftar ini dengan menambahkan dua pemain pinjaman terburuk pada paruh pertama musim 2015-2016:

1. Ciro Immobile (Sevilla)

Penyerang yang gagal memenuhi ekspektasi di Borussia Dortmund ini sempat merasa menemukan rumah baru di Andalusia, terutama setelah mencetak salah satu gol di kemenangan hebat Sevilla atas Real Madrid dengan skor 3-2.

Namun, ternyata hanya sampai di situ kehebatan Immobile di La Liga. Gagal bersaing dengan Kevin Gameiro dan Fernando Llorente membuat Sevilla mengakhiri masa peminjaman pemain Italia ini, sehingga ia harus puas kembali berlaga di Liga Italia bersama Torino.

2. Zhang Chengdong (Rayo Vallecano)

Ini adalah salah satu transfer terabsurd awal musim 2015/2016. Banyak yang bertanya-tanya buat apa Rayo Vallecano mendatangkan penyerang yang performanya sama sekali tidak mengesankan di Liga Cina.

Keraguan pun terbukti, pemain yang dipinjam dari Beijing Guoan ini hanya satu kali diturunkan oleh pelatih Paco Jemez di La Liga, itu pun hanya sebagai pemain pengganti selama sepuluh menit.

Januari lalu, Zhang pun akhirnya dikembalikan ke klub asalnya. Akhirnya Rayo pun dicibir hanya meminjam Zhang untuk menaikkan popularitas mereka di Asia, seperti yang dilakukan Almeria tahun lalu ketika mendatangkan pemain Thailand, Teerasil Dangda.

 

Komentar
Selalu percaya sepak bola bukan hanya 2 x 45 menit di lapangan hijau, melainkan juga filosofi sederhana yang bisa mengubah hidup manusia. Cintanya terhadap sepak bola tumbuh di stadion bersejarah yang dulu bernama Mattoanging, dan sampai sekarang tetap menjadi pendukung setia PSM. Pernah menerbitkan buku memoar perjalanan sepak bola berjudul Home & Away (2014).