Akhir Kisah Gareth Barry di Lapangan Hijau

Di dunia olahraga, usia memang kerap menjadi batasan bagi atlet untuk terus beraksi. Gara-gara alasan itu pula, Gareth Barry memutuskan buat gantung sepatu. Pada tahun 2020 ini, lelaki kelahiran Hastings tersebut tepat berusia 39 tahun.

Walau tubuhnya masih atletis dan kebugarannya tergolong baik, tapi Barry merasa bahwa ini saat yang tepat untuk berhenti. Apalagi misi membantu kesebelasan terakhirnya di kancah profesional, West Bromwich Albion, untuk promosi ke Liga Primer Inggris sukses diwujudkan usai menyelesaikan musim di peringkat dua Divisi Championship 2019/2020.

Menarik kisah masa silam, ia sudah menghabiskan waktu selama 22 tahun untuk berkarier sebagai pesepakbola. Segalanya ia mulai di kesebelasan asal selatan Inggris, Brighton & Hove Albion. Namun dirinya mulai angkat nama setelah hijrah ke kota Birmingham dan bergabung dengan tim junior Aston Villa.

Bersama klub yang bermarkas di Stadion Villa Park itu pula, Barry mencicipi debut profesionalnya sebagai pesepakbola. Hal itu terjadi pada 2 Mei 1998 dalam laga kontra Sheffield Wednesday. Seiring waktu, pemain yang selama memperkuat The Villans mengenakan tiga nomor punggung berbeda (yakni 6, 15, dan 24) ini menunjukkan perkembangan yang amat masif. Wajar bila kemudian melihat ia selalu jadi pilihan utama.

Berposisi natural sebagai gelandang bertahan, Barry adalah figur eksepsional. Namanya memang kalah mentereng dibanding Steven Gerrard atau Frank Lampard yang karakternya lebih ofensif, tapi aksi-aksinya di atas lapangan amatlah krusial bagi Villa. Penampilan konsistennya bareng Villa juga yang akhirnya mengantar Barry mencicipi debut bersama tim nasional Inggris.

Selama sebelas musim, Barry tampil di 432 laga dengan seragam The Villans melekat di tubuhnya. Seperti dikutip dari Transfermarkt, ia pun sukses membukukan 51 gol dan 27 asis. Praktis, satu-satunya kekurangan dari curriculum vitae miliknya hanyalah trofi.

Kegemilangan karier Barry di kancah sepakbola memang tampak bersama Villa, tapi keinginannya untuk maju dan meraih prestasi juga semakin meletup. Saat tawaran sebesar 12 juta Poundsterling dari Manchester City datang, Barry pun tak menolak.

BACA JUGA:  Usia yang Sebatas Angka bagi Buffon

Akan tetapi, hal tersebut menimbulkan kritikan pedas dari suporter The Villans. Pasalnya City bukanlah kesebelasan top ketika itu sementara Barry berulangkali menyebut ingin merumput di ajang Liga Champions. Namun ia bersikeras dan mengaku butuh tantangan baru.

Datang di rezim Mark Hughes, Barry langsung jadi andalan di lini tengah. Bahkan ketika Hughes ditendang guna memberi tempat kepada Roberto Mancini, gelandang berkaki kidal ini tak kehilangan posisi utama di pusat permainan The Citizens.

Kepindahan ke Stadion Etihad mungkin sangat disyukuri Barry karena di klub inilah ia merasakan nikmatnya memeluk trofi. Masing-masing berupa Piala FA 2010/2011, Liga Primer Inggris 2011/2012 dan Community Shield 2012.

Sayangnya, nasib Barry di kota Manchester berubah kala Mancini dicopot dan digantikan oleh Manuel Pellegrini. Pelatih asal Cile tersebut juga membawa gelandang bertahan berpaspor Brasil, Fernandinho, sebagai amunisi baru. Enggan membusuk di bangku cadangan, pemain setinggi 185 sentimeter ini hengkang ke Everton dengan status pinjaman jelang bergulirnya musim 2013/2014.

Publik Stadion Goodison Park amat gembira dengan kedatangan Barry walau usianya semakin uzur. Mereka berharap Barry dapat menyuntikkan pengalaman sekaligus mental juara kepada rekan-rekan setimnya ketika itu. Harapan melihat The Toffees tampil lebih baik pun menguat.

Dengan status pinjaman, ia menjadi tulang punggung tim. Tak heran bila kemudian manajemen Everton berani mempermanenkannya selepas kontrak sang pemain kedaluwarsa dengan City. Sama seperti di The Citizens, Barry pun jadi bagian integral di tubuh Everton.

Barry merumput selama 12.583 menit dari 155 pertandingan bareng The Toffees dan sempat mengantar mereka berlaga di kompetisi Eropa saat finis di peringkat lima musim 2013/2014. Namun apes, gelar belum juga terjamah bagi Everton. Paceklik titel sejak tahun 1995 pun berlanjut.

Walau demikian, Roberto Martinez yang sempat menangani Barry di Everton begitu memuji kegigihan dan profesionalitas sang gelandang. Dikutip dari BBC, Martinez menyebutnya sebagai sosok underrated dengan tingkat profesionalitas luar biasa dan berperan dalam mengembangkan kemampuan para pemain belia.

BACA JUGA:  Serunya Persaingan di Liga Primer Inggris Musim Ini

“Barry merupakan salah satu gelandang terbaik di Inggris”, papar Martinez.

Petualangan Barry di Everton berakhir pada 2016/2017, ia lantas direkrut oleh West Brom. Nahas, ia gagal membawa The Baggies tampil bagus sepanjang musim 2017/2018. Akibatnya, klub yang bermain di Stadion The Hawthorns tersebut kudu menerima nasib terdegradasi ke Divisi Championship. Kendati begitu, Barry sukses memecahkan rekor pemain dengan jumlah penampilan terbanyak di Liga Primer Inggris saat membela klub ini.

Secara keseluruhan, Barry bermain di 653 partai Liga Primer Inggris bersama empat kesebelasan berbeda. Jumlah ini jauh di atas torehan Ryan Giggs dan Lampard yang duduk di posisi kedua serta ketiga. Bahkan pemain aktif yang ada di sepuluh besar penampil terbanyak cuma James Milner (538 kali main) dan sudah berumur 34 tahun sehingga rekor yang dipegangnya masih butuh waktu lama buat dipecahkan.

Di West Brom sendiri, sebetulnya karier Barry bisa usai lebih cepat karena gangguan cedera. Tak heran bila ia dilepas pihak klub begitu musim 2018/2019 kelar. Namun jelang bergulirnya musim 2019/2020 dan Barry sanggup pulih, manajemen The Baggies menyodorinya kontrak lagi selama satu musim yang diiyakan oleh sang gelandang. Keputusan West Brom tidak salah karena presensi Barry di tubuh tim cukup berpengaruh walau jarang main, utamanya dalam membimbing rekan-rekan setimnya yang lebih muda sehingga misi promosi sukses dituntaskan.

Barry kini bisa duduk tenang sembari menyeruput teh dan menyantap roti. Klub terakhir yang ia bela beroleh tiket naik kasta. Ia pun sah sebagai pemegang rekor penampil terbanyak di Liga Primer Inggris. Lebih dari itu, keinginan pemilik 53 caps dan 3 gol bersama timnas Inggris tersebut untuk pensiun tanpa disebabkan oleh cedera pada 2019 silam juga terlaksana.

Figurnya memang tak flamboyan seperti Gerrard, Lampard atau bahkan Paul Scholes. Namun harus diakui bahwa Barry merupakan salah satu gelandang paling elegan milik Inggris dalam tempo dua dekade terakhir dan pantas dipuja.

Komentar
Penggemar sepakbola yang bisa disapa di akun Twitter @f14anshar