Analisis Kekalahan Juventus 0-1 dari Udinese

Liga Italia Serie- A telah memulai pekan pertamanya. Pada Giornata 1 ini, juara bertahan Juventus menghadapi Udinese di Juventus Stadium. Ditinggal para pemain yang selama beberapa tahun menjadi tulang punggung tim seperti Arturo Vidal, Carlos Tevez, dan Andrea Pirlo, Juventus tetap diunggulkan meraih kemenangan. Namun, nahas tak bisa ditolak. Menyerang sejak menit pertama dan menguasai pertandingan, Si Nyonya Tua justru harus merasakan kekalahan 0-1 dari lawannya tersebut.

Sialnya lagi, gol semata wayang Udinese yang dicetak Cyril Thereau adalah shot on target pertama dari Udinese. Lalu mengapa Juventus tak bisa mencetak gol dan justru mengalami kekalahan yang tak terduga?

Juventus sebenarnya menjalani pertandingan dengan baik. Statistik menunjukan 66% penguasaan bola menjadi milik Juventus. Hal ini menunjukan betapa digdayanya permainan Juventus atas Udinese. Namun, unggul ball possession tak serta merta unggul pula dalam gol. Hal ini pula yang menjadi kekalahan Juventus.

Meskipun kalah secara skor, namun secara permainan berkali-kali serangan Juventus membahayakan gawang Udinese yang dijaga Orestis Karnezis. Statistik menunjukan La Vecchia Signora melepaskan 21 tendangan. Sayang, tingkat akurasi tembakan dari para pemain Juventus tak cukup baik. Total hanya lima tembakan yang mengarah ke gawang. Selain itu, kerja sama para pemain depan, antara Kingsley Coman dan Mario Mandzukic, terlihat belum padu satu sama lain. Dan dari lima shots on target itu, tak ada satu pun yang berbuah menjadi gol. Bisa dibilang finishing touch dari para pemain Juventus sama sekali tak efektif, sehingga tak bisa mencetak gol.

Para penyerang Juventus memang tak bisa seratus persen disalahkan. Karena penampilan lini belakang dari Udinese sendiri juga patut diacungi jempol. Reaksi dari Karnezis dan rapatnya pertahanan Udinese ini menjadi salah satu faktor gagalnya Juventus mencetak gol. Terbukti dengan suksesnya mereka mem-blok tembakan dari para pemain Juventus sebanyak enam kali.

BACA JUGA:  Membaca Analisis Taktik Untuk Pemula

Sementara para pemain tengah Juventus seperti Paul Pogba, Roberto Pereyra, dan Simone Padoin bermain cukup baik dalam situasi menyerang dan menjaga penguasaan bola. Mereka beberapa kali ikut merangsek ke depan untuk menciptakan peluang. Namun, di sini terlihat bagaimana mereka bermain dengan koordinasi yang kurang apik.

Simone Padoin lebih bermain sebagai pemutus alur serangan dan tak bisa sepenuhnya menggantikan posisi yang ditinggalkan Claudio Marchisio sebagai pengatur serangan. Menurut Squawka, poin Padoin pada giornata pertama adalah 9. Sementara si nomor 10, Paul Pogba terlihat beberapa kali mencoba melakukan penetrasi. Penampilannya cukup baik dan memperoleh nilai 20 dari Squawka. Namun, dirinya seolah ingin menunjukan pada publik Juventus Stadium bahwa ia pantas menggunakan nomor keramat tersebut. Sehingga terasa ia terlalu sering melakukan aksi individual yang dan terlalu lama memegang bola. Hal ini menjadikan serangan Juve tak efektif.

Gol ini terjadi lantaran konsentrasi para pemain lini belakang anak asuh Massimiliano Allegri yang menurun.

Yang terburuk adalah penampilan Roberto Pereyra. Ia seolah hanya menjadi pelengkap starting eleven Juventus. Memang, Pemain asal Argentina ini sukses membuat dua kesempatan mencetak gol. Selebihnya ia seperti menghilang dalam pertandingan ini. Ia gagal menjalankan tugasnya disaat bertahan. Dari statistik yang ada, ia diberi nilai -11 dari Squawka. Pereyra adalah pemain terburuk Juventus pada partai ini. Di sini terlihat kehilangan Claudio Marchisio yang diplot menggantikan peran Andrea Pirlo sebagai dirijen permainan, sangat terasa. Padoin gagal menjadi jenderal di lini tengah yang mampu mengoordinir permainan Si Nyonya Tua.

Mandul dalam mengeksekusi peluang dan terlalu asyik menyerang, Juventus dikejutkan oleh gol sang tamu pada menit ke 78. Gol ini terjadi lewat sebuah proses serangan dari sayap lalu diakhiri crossing yang sukses di sontek oleh Thereau menjadi gol. Mirisnya ini adalah shot on target pertama bagi Udinese dalam pertandingan ini.

BACA JUGA:  Taktik Jitu PSM Bongkar Permainan Pragmatis Bali United

Gol ini terjadi lantaran konsentrasi para pemain lini belakang anak asuh Massimiliano Allegri yang menurun. Dan Thereau sukses memanfaatkan menurunnya tingkat konsentrasi ini dengan baik. Ia lolos dari penjagaan Stephan Lichsteiner. Konsentrasi sang kereta ekspress dari Swiss buyar lantaran sepanjang laga lebih sering membantu serangan sehingga lupa terhadap pertahanan.

Dengan memanfaatkan kelengahan tersebut, Udinese berhasil memperoleh poin penuh. Juventus memang berhasil menguasai jalannya pertandingan. Namun, itu seolah tak berarti karena koordinasi yang kurang sempurna dan kelengahan yang terjadi di antara para pemain yang turun berlaga.

Dengan hasil ini, Max Allegri dipaksa untuk memutar otak agar Juventus tak menjadi layaknya AC Milan pada musim kedua di bawah kepemimpinannya.

 

Komentar
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS dan sempat magang di Harian Bola.