Manchester United 1-1 Arsenal: Diskoneksi Dalam Pressing dan Sirkulasi Bola

Manchester United vs Arsenal edisi kali ini berakhir imbang. Beberapa isu taktik mendasar masih banyak teridentifikasi dan meninggalkan pekerjaan rumah bagi kedua pelatih.

Susunan pemain
Susunan pemain

Jose Mourinho memainkan pola dasar 4-3-3. Michael Carrick diplot sebagai #6 menyokong duo #8, Paul Pogba dan Ander Herrera. Pogba terlihat memainkan peran seperti yang pernah ia mainkan di Juventus.

Jose Mourinho meletakan pemain termahal dunia tersebut di kiri dalam. Sekali waktu, ia turun mendekat ke #6 dan berlari ke depan ke area #10 ketika The Red Devils berada dalam fase ketiga menyerang.

Di depan, Juan Mata, Marcus Rashford, adan Anthony Martial mengisi pos penyerang. Juan Mata, seperti biasa, dibiarkan lebih bebas bergerak, baik di sisi sayap kanan maupun tengah di zona 14 serta half-space kiri. Di lini belakang, Mourinho memasang Phil Jones dan Marcus Rojo, dijepit dua bek sayap, Antonio Valencia dan Matteo Darmian, berturut-turut, di kanan dan kiri.

Arsene Wenger menampilkan pola 4-2-3-1. Francis Coquelin dan Mohamed Elneny berada di area #6 dan #8, keduanya berdiri di depan lini pertama dalam build-up Arsenal. Di area #10, Alexis Sanchez dan Mesut Ozil terlihat sering mengisi area tersebut. Koridor half-space kiri menjadi area kerja utama Sanchez dan membiarkan Ozil untuk lebih banyak berfokus di koridor tengah di pos #10.

Pressing

Baik United maupun Arsenal memainkan pressing yang bermasalah pada intensitas dan koordinasi. Jose Mourinho lebih memilih memainkan pressing pasif, yang mana Setan Merah lebih berfokus ke blok menengah 4-1-4-1/4-5-1. Rashford dibiarkan seorang diri di depan.

Pertanyaannya adalah, bila dalam lini kedua sampai lini terakhir sikap pressing United terlihat pasif, mengapa Rashford sering terlihat melakukan press seorang diri di garis depan?

Sikap pressing Rashford ini, di satu sisi, ada yang menilainya sebagai wujud dari sosok yang rajin, pekerja keras, dan penuh semangat. Tetapi, di sisi lain, yang dilakukan Rashford (entah disadari olehnya atau tidak) merupakan aksi yang juga mubazir.

Kenapa? Karena dengan melakukan press seorang diri, Rashford harus menghadapi 3 sampai 5 pemain Arsenal di lini awal build-up mereka. Tentu menjadi sebuah tugas yang berat saat seorang pemain berada dalam situasi semacam ini.

Di sisi lain, mengatakan pasifnya United merupakan sebuah kelemahan taktik, pun pada dasarnya, adalah tindakan yang kurang fair. Mengapa? Karena yang mereka mainkan merupakan buah dari filosofi sang juru taktik. Sebuah hak prerogatif pelatih dalam mempraktikkan apa yang ia yakini dan terbukti pernah berhasil.

BACA JUGA:  Tentang Xavi Simons

Masalahnya adalah, kepasifan struktur pressing tuan rumah sering memberikan kesempatan berprogresi bagi tim tamu.

Progresi Arsenal menghadapi blok menengah United

Progresi Arsenal menghadapi blok menengah United

United memainkan resting-press, yaitu sebuah sikap pressing yang cenderung pasif di lini pertama dengan membiarkan bek tengah lawan menguasai bola. Resting-press, biasanya, didukung oleh antisipasi dari lini-lini di belakangnya.

Contohnya, ketika lawan mencoba masuk lewat tengah atau sayap, para pemain gelandang atau bek sayap segera mengantisipasi dengan segera bergerak menuju area atau ke pemain lawan di mana bola akan diarahkan. Antisipasi dan intensitas merupakan kunci.

Ketiadaan kedua elemen ini yang sering terlihat dalam praktik pressing United. Gambar di atas menjadi contoh. Menggunakan Shkodran Mustafi sebagai akses progresi, Arsenal memainkan bola ke kaki Theo Walcott. Dalam momen ini, Walcott sukses memprogresi bola ke sisi kanan kepada Carl Jenkinson, disebabkan oleh telatnya antisipasi Darmian terhadap umpan Mustafi.

Telatnya antisipasi bek sayap asal Italia tersebut menyebabkan intensitas pressing yang diterapkannya kepada Walcott menjadi lemah. Pada gilirannya, memudahkan Walcott melewati Darmian dan mendapatkan ruang umpan ke sisi sayap.

Bukan hanya intensitas dan antisipasi individual, dalam pressing United juga ditemui diskoneksi akibat lemahnya koordinasi yang diakibatkan oleh sistem.

Rashford melakukan press kepada Koscielny tanpa dukungan dari lini kedua dan ketiga, menyebabkan Arsenal berprogresi dengan cepat
Rashford melakukan press kepada Koscielny tanpa dukungan dari lini kedua dan ketiga, menyebabkan Arsenal berprogresi dengan cepat

Positioning Mata, Herrera, dan Carrick kurang mendukung dalam usaha sebuah tim membangun dan memelihara pressing-compactness. Kecermatan Ozil dalam mengambil posisi menciptakan opsi umpan diagonal dari Walcott kepada dirinya yang berada di ruang kosong, jauh dari penjagaan Carrick.

Seperti juga yang dialami oleh United, problem serupa juga ditemui dalam pressing para pemain The Gunners. Seperti yang terlihat ketika menghadapi Tottenham Hotspur, lagi-lagi, dalam pressing-nya, Arsenal meninggalkan celah vertikal akibat okupansi ruang dan agresivitas yang kurang tepat, sekaligus merusak harmonisasi.

Celah vertikal dalam struktur blok Arsenal. Selain disebabkan oleh okupansi ruang (Ramsey) yang terlalu melebar ke tepi kiri, hal ini juga merupakan salah satu efek negatif yang berpotensi timbul diakibatkan oleh pola poros ganda
Celah vertikal dalam struktur blok Arsenal. Selain disebabkan oleh okupansi ruang (Ramsey) yang terlalu melebar ke tepi kiri, hal ini juga merupakan salah satu efek negatif yang berpotensi timbul diakibatkan oleh pola poros ganda

Memainkan poros ganda, tentu saja, bukan sesuatu yang haram. Yang terpenting, seperti dalam semua sistem permainan, adalah penugasan peran yang jelas dan tepat demi mendapatkan koneksi permainan yang kuat dan berkelanjutan.

Selain isu dalam celah vertikal, hal lain yang sering menyebabkan Arsenal kesulitan menahan penetrasi lawan adalah kecakapan bek tengah dalam melindungi ruang di depan lini belakang. Atletico Madrid atau RB Leipzig merupakan contoh tim yang baik dalam melindungi celah di depan lini belakang menggunakan bek tengah.

Peluang tembak yang didapatkan Juan Mata di menit 36
Peluang tembak yang didapatkan Juan Mata di menit 36

Di momen ini, Mustafi gagal melakukan tackle. Tetapi, lebih jauh dari sekadar mengatakan Mustafi merupak bek tengah yang buruk akibat tackle yang gagal, pada dasarnya keuntungan yang didapatkan oleh Mata tidak lain disebabkan oleh kegagalan Arsenal (dan Mustafi) dalam mengantispasi serangan ke ruang antarlini di depan bek tengah.

BACA JUGA:  Jorginho: Pelayan yang Dibutuhkan Kai Havertz

Ruang antarlini di depan bek memang menjadi sebuah zona yang sulit untuk dikontrol. Ini menjadi alasan mengapa menempatkan banyak pemain di zona ini sering menjadi alternatif awal dalam usaha penetrasi kotak penalti yang dilakukan oleh tim menyerang.

Di era sepak bola modern, demi menghadapi tantangan ini, adalah bek tengah yang dikedepankan untuk mengatasinya.

Mengapa? Alasannya sederhana. Karena, posisi tubuh atau wajah bek tengah yang memungkinkan mereka untuk tetap menghadap ke depan, ke arah dari mana bola diarahkan. Berbeda dengan gelandang yang harus memutar tubuh ketika lawan berhasil menempatkan bola ke area antarlini yang dimaksudkan di atas.

Serangan kedua tim

Pembagian ruang demi mendapatkan dan menempati ruang strategis (spacing) dalam usaha progresi merupakan sebuah hal mutlak. Salah satu isu Arsenal adalah jarak dan penempatan ruang oleh kedua dobel-pivot yang sering tidak mendukung usaha menciptakan progresi bersih.

Kedua pivot Arsenal terlalu sering berdiri terlalu dekat yang menyebabkan lawan mendapatkan akses pressing yang nyaman. Menjaga jarak dan “memisahkan diri” sering menjadi elemen penting, karena hal tersebut mampu memecah kerapatan horizontal lawan. Ini yang tidak didapatkan Arsenal.

Hanya saja, di sisi lain, Arsenal memiliki pemain-pemain yang memiliki kesadaran ruang serang bagus dalam diri Alexis Sanchez dan Mesut Ozil. Ini membantu Arsenal untuk tetap mendapatkan akses progresi walaupun kedua #6 mereka terhitung kurang maksimal dalam mendukung fase serangan tim.

Bagaimana dengan United?

Diskoneksi serangan Manchester United
Diskoneksi serangan Manchester United

Perhatikan struktur build-up tuang rumah menghadapi pressing Arsenal. Tanpa opsi umpan di depannya, Rojo terpaksa melepaskan umpan jauh melambung yang prematur. Sesuatu yang jamak terlihat dalam praktik serangan yang diperagakan pemain-pemain United era Mourinho.

United banyak memperlihatkan serangan yang berorientasi ke sayap. Salah satu skema paling umum yang diperlihatkan dalam penetrasi ke kotak 16 lawan adalah memanfaatkan blind-side run di sisi sayap. gol Juan Mata lahir dari skema ini.

Gol Juan Mata
Gol Juan Mata

Pemain terbaik

Ander Herrera pantas dinobatkan sebagai Man of The Match. Gelandang asal Spanyol ini melakukan nyaris segala yang diperlukan. Dalam penetrasi sisi sayap, Herrera bergerak melebar ke half-space area bola untuk membantu overload.

Dalam fase bertahan blok rendah, Herrera beberapa kali melakukan intersep yang bernilai. Ia juga sering menggantikan posisi Mata dalam menempatkan pressing kepada bek sayap Arsenal. Dan, yang terakhir, pergerakan tanpa bola dan umpannya menghasilkan asis bagi gol tuan rumah di menit ke-68.

 

Komentar