Supaya Niat Arsenal Membeli Shkodran Mustafi dan Lucas Perez Tidak Percuma

Terkadang terasa lucu ketika satu pemain bisa mengubah “suasana” sebuah tim. Namun perlu diakui, kedatangan Shkodran Mustafi dari Valencia membuat asa Gooners membuncah. Lantaran memahami bahwa dirinya akan membawa perbaikan di lini belakang Arsenal.

Pun dengan Lucas Perez. Striker kidal yang diboyong dari Deportivo La Coruna tersebut mampu bermain di beberapa posisi. Seorang pemain yang pastinya bisa memberi keleluasaan bagi Arsene Wenger untuk memainkan banyak pola.

Oke, sudahi kegembiraan mendapatkan pemain baru. Kembali ke masalah utama yang harus menjadi perhatian Wenger musim ini. Setidaknya ada dua poin yang ingin saya tawarkan lewat tulisan ini.

Pertama, soal pilihan pola permainan

Jika pembaca adalah followers saya di Twitter @arsenalskitchen, maka seharusnya sudah paham apa yang sering saya suarakan terkait pola permainan. Saya cukup getol berkicau soal pentingnya Arsenal bermain menggunakan skema tiga gelandang.

Tolong lupakan kemenangan atas Watford hari Sabtu (27/8) yang lalu ketika Arsenal bermain menggunakan poros ganda (double pivot). Kenapa harus dilupakan? Karena kemenangan tersebut tak menunjukkan superioritas taktik yang sebenarnya. Bukan maksud merendahkan Watford.

Sebagai tuan rumah, Watford tak menunjukkan aktivitas pressing yang ideal di lini tengah. Hal ini yang membuat Granit Xhaka dan Santi Cazorla leluasa untuk mengalirkan bola dari ruang ke ruang. Poros ganda Arsenal tersebut dengan mudah menemukan Mesut Ozil, Alex Oxlade-Chamberlain, Theo Walcott, dan Alexis Sanchez di sepertiga akhir lapangan.

Maka, laga melawan Watford tak bisa dijadikan patokan bahwa Arsenal sudah “baik-baik saja”. Tidak percaya? Tonton lagi bagaimana poros ganda Arsenal dibuat kesulitan oleh pressing Liverpool di laga pembuka musim 2016/2017.

Belum cukup? Coba bernostalgia menuju musim lalu, tepatnya di Old Trafford, saat Manchester United, yang performa mereka sedang tiarap pun mampu mempecundangi Arsenal. Caranya? Dengan ekspliotasi ruang yang diisi poros ganda Arsenal saat itu.

Oleh sebab itu, bermain menggunakan tiga gelandang adalah pilihan yang rasional. Kenapa? Ingat, Arsenal mempunyai amunisi pemain tengah yang mumpuni. Kalau boleh saya bilang bahkan terbaik di Inggris saat ini.

Pembelian Xhaka dari Borussia Monchengladbach, keberadaan Mohamed Elneny yang multifungsi, sosok rela berkorban dalam diri Mesut Ozil, pengatur ritme Santi Cazorla, tukang gasak Francis Coquelin, hingga Aaron Ramsey yang mempunyai goal-threat tinggi. Tentu, masih ada Jack Wilshere yang konon hendak dipinjamkan ke klub lain.

Melihat komposisi tersebut, memilih siapa yang pas untuk skema tiga gelandang tentu tidak susah. Trio Elneny-Xhaka-Cazorla tentu pilihan utama lantaran ketiganya bisa saling melengkapi. Pun ketiganya mampu membangun serangan dari bawah. Suatu kemewahan untuk Arsenal. Perhatikan grafis di bawah ini:

1

Bentuk diamond di lapangan tengah (Elneny-Xhaka-Cazorla-Ozil) menjamin sirkulasi bola. Baik bermain dengan tempo lambat sebagai ciri khas penguasaan bola Arsenal atau progresi vertikal dengan cepat pun dapat dilakukan dengan mudah. Empat pemain tersebut diberkahi kemampuan passing yang sangat baik.

Satu lagi kelebihan keempat pemain tersebut adalah mereka mempunyai pressing resistance yang cukup baik. Maksudnya, keempatnya mampu mempertahankan penguasaan bola ketika mendapat tekanan dari lawan. Sesuatu yang tak dimiliki Aaron Ramsey atau Francis Coquelin.

Dengan dua alasan sederhana tersebut, maka saya memilih keempatnya untuk lebih sering bermain bersama. Baik Ramsey, Coquelin, dan Wilshere bisa menjadi back-up yang cukup berkualitas. Ini adalah kedalaman skuat yang sangat baik, jika mengesampingkan soal cedera yang mesra dengan Arsenal.

BACA JUGA:  Arsenal - Chelsea: Berebut Status Raja di London

Nah, pola permainan pun bisa beragam. Jika syaratnya adalah tiga gelandang, maka Wenger bisa menggunakan 4-3-1-2/4-1-2-1-2 seperti grafis di atas dengan Ozil sebagai #10. Alexis dan Lucas Perez bisa menjadi duet di depan. Alexis sendiri akan cenderung melebar ke sisi kiri, ruang favoritnya. Sementara Perez sendiri juga tidak stationer di tengah.

Lucas Perez mampu bergerak dari sisi kiri lalu mengiris ke tengah. Cara bergerak dari kedua striker tersebut bisa dimaksimalkan untuk menarik pemain bertahan lawan dan menguntungkan bagi Mesut Ozil yang bisa masuk ke kotak penalti. Pun dengan Ramsey, jika ia dimainkan, yang memiliki kemampuan coming from behind.

Pola lain yang bisa dipikirkan adalah pola pohon natal, 4-3-2-1. Namun bagi Arsenal harus ada penyesuaian. Berikut perkiraan pola yang dimaksud:

2.

Berbeda dengan pola 4-3-2-1 pada umumnya di mana dua pemain #8 aktif bergerak,  Untuk Arsenal, hanya Ramsey yang akan banyak bermain lebih ke depan. Ingat, kemampuan coming from behind dan goal-threat yang dimiliki Ramsey membuatnya menjadi potensi sumber serangan yang tak terduga.

Sementara itu, Xhaka akan lebih banyak beroperasi di lapangan tengah. Sebagai pemain #8 yang lebih stationer, Xhaka akan menjadi penghubung antar-lini. Ia akan banyak menyediakan diri di antara Elneny dan Ozil atau Cazorla. Kelebihan jangkauan umpan dapat dimaksimalkan dari posisi ini.

Posisi Xhaka di tengah juga akan memudahkan dirinya melakukan permutasi posisi dengan Elneny. Pemain asal Swiss tersebut mampu bermain sebagai pemain paling dalam. Elneny sendiri tak akan kesulitan ketika memosisikan dirinya sebagai pemain #8 karena ditunjang daya jelajah dan kemampuan passing-nya.

Keluwesan permutasi Xhaka dan Elneny, dan ditunjang kemampuan mereka menemukan kawan di sepertiga akhir akan menguntungkan Arsenal ketika menginisiasi serangan balik. Jangan lupa, covering area Ramsey juga sangat baik. Kelebihan ini akan meringankan tugas bertahan Cazorla, Ozil, bahkan Alexis.

Satu pertanyaan sederhana: kenapa harus tiga gelandang? Jawaban sederhananya begini. Transisi bertahan klub-klub Inggris tidak bagus. Hal ini yang membuat tim-tim seperti Arsenal, Manchester United, Liverpool, sulit bersaing di level Eropa dalam beberapa tahun terakhir.

Kedatangan Jurgen Klopp ke Liverpool pun tidak serta-merta mampu mengatasi masalah ini. Hal yang sama juga menjadi masalah Mauricio Pochettino dengan Tottenham Hotspur-nya. Oleh sebab itu, saya getol menyuarakan pola permainan menggunakan tiga gelandang.

Boleh pembaca katakan ini cara “bodohnya”, sebuah jembatan keledai untuk mengatasi sebuah masalah yang butuh bertahun untuk diatasi. Menambah jumlah pemain di lapangan tengah bisa menjadi pilihan, meski ini bukan solusi yang baik, pun permanen. Harus ada edukasi yang lebih lanjut untuk mengatasi masalah laten ini.

Apalagi untuk Arsenal, yang transisi bertahan sama menyebalkan dengan badai cedera tiap musimnya. Poros ganda Arsenal adalah kelemahan yang gamblang, yang mudah dianalisis dan dicari cara mengeksploitasinya. Kenapa Wenger tak juga memperbaikinya? Untuk pertanyaan ini hanya Wenger dan Tuhan yang tahu.

Lho kok begitu? Karena Arsenal dan Wenger pernah bermain dengan kompaksi yang baik. Yang bahkan buruknya transisi bertahan mereka bisa tertutupi. Silakan baca kembali ulasan Ryan Tank atas kemenangan Arsenal dari Bayern Munchen dalam ajang Liga Champions beberapa tahun silam di sini.

BACA JUGA:  Membedah Taktik Timnas Selama Gelaran Piala AFF U-19 2022

Jadi, kesimpulan untuk poin pertama adalah: memainkan tiga gelandang untuk memuluskan progresi menyerang sekaligus menutupi kelemahan transisi bertahan Arsenal.

Kedua, terkait pilihan cara bermain

Untuk poin ini, pertama saya harus memuji adaptasi Pep Guardiola bersama Manchester City dengan Liga Primer Inggris. Manajer plontos tersebut hanya membutuhkan tiga pertandingan untuk menyadari satu hal sederhana untuk merespons kompleksitas Liga Primer Inggris, namun dampaknya begitu nyata.

Apa itu? Pep Guardiola menyimpulkan bahwa di Inggris, pembaca harus sesegera mungkin mengalirkan bola ke depan. Tunggu dulu, ini bukan soal kick and rush. Ini soal memindahkan bola secepat mungkin, namun dengan tetap mengurangi kemungkinan bola terebut.

Legenda kick and rush lekat dengan bola-bola lambung. Artinya, peluang kehilangan penguasaan bola lebih tinggi. Di sisi ini, Pep Guardiola mengubah pendekatannya dengan bola datar. Tidak lagi mematuhi aturan 15 kali sentuhan sebelum memasuki sepertiga lapangan lawan, Pep Guardiola membuat modifikasi.

Saat melawan West Ham United, di satu fase serangan, Manchester City hanya membutuhkan empat perpindahan bola sebelum mampu merangsek menembus empat bek sejajar lawan. Bagaimana caranya? Simak grafis di bawah ini:

3

Dari grafis di atas terlihat cerdiknya pemain-pemain Manchester City menghindari pressing pemain-pemain West Ham. Hanya empat kali perpindahan bola, dari Willy Caballero ke Fernandinho, lalu diterima Nicholas Otamendi, diteruskan ke David Silva, lalu dikirim ke arah lari Raheem Sterling, City berhasil menembus pertahanan West Ham.

Progresi cepat ini yang bisa dicontoh Arsenal. Perpindahan bola menggunakan bola datar menjamin penguasaan tak mudah direbut lawan. Laurent Koscielny dan Mustafi tidak masalah dengan membangun serangan dari bawah. Xhaka, Elneny, dan Cazorla akan menikmati cara bermain ini. Catatan khusus mungkin bisa disematkan kepada Petr Cech.

Kiper asal Ceko tersebut kurang fasih bermain play out of the back. Cech lebih gemar membuang bola ke depan, ketimbang berusaha mempertahankan penguasaan bola dengan bola pendek kepada salah satu dari empat bek. Atribut ini bisa dilatih seperti yang pernah dilakukan Claudio Bravo di awal kariernya bersama Barcelona.

Progresi yang cepat pun akan cocok untuk pemain-pemain depan Arsenal. Alexis, Chamberlain, dan Walcott tak masalah dengan urusan kecepatan. Lucas Perez pun tidak jauh berbeda. Variasi serangan bisa ditampilkan ketika Oliver Giroud menjadi ujung tombak.

Selain itu, progresi cepat menjamin bola sampai di sepertiga akhir lebih cepat. Jika mampu dimaksimalkan, maka Arsenal tak perlu menderita ketika lawan memulai serangan balik. Permainan akan terhenti ketika gol terjadi, bukan?

Jadi, kesimpulan poin kedua adalah: progresi vertikal yang cepat menggunakan bola datar menjamin penguasaan bola, lebih efisien memanfaatkan kecepatan pemain, lebih mampu memaksimalkan kemampuan Mustafi, Koscielny, dan deretan gelandang yang dimiliki, dan mencegah Arsenal menderita karena transisi bertahan.

Pembelian Mustafi dan Lucas Perez merupakan keputusan yang cukup baik. Masing-masing mempunyai kelebihan yang bisa dimaksimalkan. Namun, jika tak ditunjang penerapan taktik yang ideal, pembelian keduanya hanya buang-buang uang. Pada akhirnya, nama Wenger yang hanya akan menjadi pusat cacian.

Nah, dua poin yang saya tawarkan di atas merupakan hal-hal yang sederhana. Melihat komposisi dan kemampuan tiap pemain, Arsenal tak akan kesulitan menerapkannya. Masalahnya, apakah Arsenal akan bermain demikian? Que sera, sera

#COYG

Komentar
Koki @arsenalskitchen.