Analisis Pertandingan Borussia Monchengladbach (3-1) Bayern Munchen: Keberanian Andre Schubert Tampil Proaktif Berhasil Kalahkan Pep Guardiola

Semenjak menggantikan Lucien Favre, Andre Schubert sukses mengembalikan harga diri Borussia Monchengladbach di kancah Bundesliga. Belum sekalipun kalah merupakan pencapaian yang fantastis, mengingat pada lima pertandingan pertama M’Gladbach menjadi penyumbang tiga poin bagi lawan-lawan yang dihadapinya.

Tidak hanya tampil impresif di Bundesliga, tapi juga di pentas Liga Champions. Namun ujian sesungguhnya adalah ketika mereka harus berhadapan dengan tim raksasa Eropa dan Bundesliga –Bayern Munchen— yang dilatih Pep Guardiola.

Schubert dan Guardiola sama-sama belum terkalahkan di Bundesliga, namun Pep melakukannya dari awal liga bergulir. Banyak yang memprediksi bahwa Pep bakal memenangi pertarungan ini. Hanya saja Tuhan masih mendengar doa para anti-hegemoni Schubert berhasil mengejutkan banyak pihak dengan membawa M’Gladbach memutus rekor Munchen.

Pada pertandingan yang digelar di Borussia Park, markas M’Gladbach, pada Sabtu (5/12), meskipun timnya tidak memiliki amunisi semewah Pep, Schubert memberikan impresi positif melalui keberaniannya menerapkan permainan yang proaktif. Bagaimana detailnya?

Susunan pemain dan strategi umum

muenchen-gladbach-1

Berdasarkan diagram susunan pemain di atas tampak seolah Munchen sepenuhnya menguasai jalannya permainan dengan M’Gladbach bertahan dengan garis serendah-rendahnya. Namun tidak demikian.

Schubert menginstruksikan pemain-pemainnya untuk melakukan pressing tinggi sejak bola berada di Manuel Neuer. M’Gladbach menerapkan pressing yang agresif dengan sejumlah orientasi terhadap pemain Munchen.

Munchen melakukan build-up dengan Mehdi Benatia dan Jerome Boateng melebar ketika memulai kembali permainan. Mereka berdiri di dekat perpotongan antara garis samping kotak penalti dengan garis keluar yang sejajar dengan gawang.

Sementara itu Xabi Alonso dan Arturo Vidal akan sedikit turun hingga di area di depan kotak penalti. Rafinha dan Phillip Lahm mengambil posisi mula-mula yang lebih tinggi di area sayap untuk memfasilitasi progresi awal bersama Xabi Alonso dan Vidal.

Ketika sirkulasi awal berhasil distabilkan, maka Rafinha akan bergerak masuk ke halfspace bawah. Munchen akan membentuk struktur 2-3-5 dengan beberapa rotasi kecil antara Vidal, Lahm, dan Thomas Muller untuk mengisi area sayap, halfspace atas, dan halfspace bawah.

Sementara itu Javi Martinez lebih terfokus untuk mengisi halfspace atas di mana dirinya dapat menjadi target penetrasi akhir jika lawan menerapkan parkir bus. Kingsley Coman lebih berfokus di area sayap kiri untuk melakukan penetrasi via aksi 1vs1.

Apabila struktur ini dapat dicapai dengan sirkulasi bola yang stabil, maka Munchen akan menjadi tim yang superior. Terlebih karena adanya peran khusus Javi Martinez.

Untuk mengatasi hal ini M’Gladbach berusaha untuk bermain proaktif dengan melakukan pressing dari awal. Mereka tidak ingin membiarkan Munchen mampu menstabilkan sirkulasi bola mereka dengan mudah.

Terlebih tidak adanya needle player seperti Thiago Alcantara dalam susunan pemain Tim Hollywood akan membuat strategi ini jauh lebih efektif daripada harus menunggu.

Sistem pressing M’Gladbach

Schubert menerapkan sistem pressing dengan orientasi penjagaan lawan. Lars Stindl dan Raffael mengorientasikan diri mereka kepada Benatia dan Boateng.

Mahmoud Dahoud dan Fabian Johnson mengorientasikan diri mereka kepada Alonso dan Vidal. Granit Xhaka mengorientasikan dirinya kepada Javi Martinez. Sementara itu Julian Korb dan Oscar Wendt mengorientasikan diri mereka kepada Rafinha dan Lahm.

BACA JUGA:  Pep Guardiola, Fragmen Keindahan dalam Bingkai Sepak Bola

muenchen-gladbach-2

Bagaimana cara kedua pemain ini (Korb dan Wendt) mengorientasikan diri mereka terhadap lawannya sangat menarik. Mereka mengambil jarak terhadap lawannya namun cukup memadai untuk mendapatkan akses pressing.

Jarak ini penting karena sistem pressing yang mereka terapkan meninggalkan lini terakhirnya berada dalam situasi 3vs3. Jadi dengan adanya jarak ini mereka dapat sesegera mungkin untuk kembali memberikan bantuan terhadap lini belakang. Selain itu adanya jarak ini juga memungkinkan mereka untuk menerapkan sistem pergeseran yang menyerupai pendulum.

Penerapan sistem pendulum ini bertujuan untuk memberikan akses yang lebih baik terhadap sirkulasi bola lawan, di mana akses ini dipicu oleh meningkatnya kerapatan (compactnessI/kompaksi) karena bertambahnya jumlah pemain yang masuk ke suatu area.

Dengan sistem semacam ini, akses terhadap bola dapat dipertahankan terus menerus. Sehingga sangat sulit bagi Munchen untuk menstabilkan sirkulasi bola mereka sebelum memulai progresi.

Bukan berarti sistem ini sempurna. Terdapat sejumlah cela yang didasari oleh orientasi pressing yang terfokus pada penjagaan terhadap pemain lawan.

Stabilitas blok struktural mudah sekali untuk goyah. Meskipun terdapat kerapatan baik secara vertikal maupun horizontal, namun secara spasial akan muncul ruang-ruang yang dapat dieksploitasi oleh Munchen. Sederhananya ketika seorang pemain melakukan penjagaan terhadap seorang pemain lawan, maka awareness-nya terhadap ruang akan menurun.

Dalam beberapa momen Munchen dapat memanfaatkan hal ini dan menciptakan beberapa peluang. Salah satunya adalah peluang emas Robert Lewandowski di babak pertama. Hanya saja karena M’Gladbach dapat selalu mempertahankan akses terhadap bola mereka mampu mengungguli Munchen saat melakukan pressing.

Beberapa fitur lain yang menarik dari sistem pressing ini adalah munculnya beberapa transposisi dari 3-5-2 ke 4-4-2 oleh M’Gladbach. Hal ini dikarenakan pergerakan kedua fullback Munchen — terutama Rafinha — yang lebih terfokus untuk mengambil ruang di area halfspace.

Fitur lainnya adalah adanya transposisi ke 3-1-4-2. Hal ini terjadi ketika Xhaka harus mengikuti Javi Martinez yang bergerak ke halfspace bawah. Untuk menutup ruang antarlini Elvedi atau Nordtveit akan naik lebih tinggi meninggalkan barisan lini belakang. Tidak terdapat isu-isu strategis dalam transposisi ini dikarenakan kerapatan dan akses terhadap bola yang tetap terjaga.

Bagaimana M’Gladbach memanfaatkan bola?

Tentu saja prioritas utama mereka adalah melakukan serangan balik. Sistem pressing yang mereka terapkan mampu membantu untuk menciptakan okupansi ruang yang optimal ketika menguasai bola.

Dalam struktur pressing 3-5-2 mereka, masing-masing koridor vertikal (sayap, halfspace, dan tengah) telah terisi oleh pemain-pemain yang tepat. Struktur ini memberikan mereka superioritas posisi yang baik untuk melakukan serangan.

Ketika mereka memenangkan bola, Johnson akan berada di halfspace kiri, sedangkan Stindl di halfspace kanan. Sementara Dahoud berada di area no.10. Struktur yang terbentuk adalah 3-1-3-3/3-1-1-5. Struktur ini memudahkan mereka untuk memindahkan bola ke sisi lemah lawan.

Build-up

Selain berani bermain proaktif ketika tidak menguasai bola, M’Gladbach juga berani untuk mencoba mengambil inisiatif ketika memulai serangan. Xhaka dan Dahoud akan turun sedikit lebih dalam untuk membentuk struktur 3-2 di belakang dengan Korb dan Wendt bergerak naik. Xhaka lebih terfokus di area sentral dengan beberapa pergeseran ke halfspace kiri.

BACA JUGA:  Analisis Pertandingan Juventus 1-0 Manchester City

Sementara Dahoud lebih terfokus di area halfspace kanan dengan sejumlah pergeseran ke koridor sentral. Johnson lebih berperan sebagai no.10 dan bergerak di area halfspace kiri bagian atas. Struktur yang digunakan saat build-up lebih menyerupai 2-1-2, 3-2, atau 3-1-1.

Struktur ini memaksa Munchen untuk melakukan pressing dalam struktur 4-3-3, bukan dengan 4-1-4-1 yang lebih fleksibel. Struktur ini memiliki sejumlah masalah terutama di ruang antarlini di mana gap yang terbentuk untuk mendapatkan akses pressing bisa jadi sangat lebar.

Pemosisian Johnson dan Stindl cukup berperan untuk menciptkan situasi overload yang diderita oleh Alonso. Problem yang didapati oleh M’Gladbach adalah situasi overload ini berada di area yang hanya bisa diakses melalui umpan panjang. Sehingga kurang dapat dimanfaatkan seefisien mungkin.

muenchen-gladbach-3

Namun apabila situasi ini dapat diakses dengan baik akan sangat membahayakan bagi pertahanan Munchen. Terlebih M’Gladbach melakukan serangan dengan kecepatan tinggi, sehingga untuk menstabilkan area yang menderita overload akan sangat sulit.

Seperti yang terjadi pada gol pertama M’Gladbach di babak kedua. Problem lain dari M’Gladbach adalah tidak adanya pemain yang dapat diandalkan dalam situasi 1vs1 untuk melakukan penetrasi akhir.

Perubahan kecil babak kedua

Pada babak kedua Pep melakukan perubahan kecil dengan memasukkan Sebastian Rode menggantikan Alonso. Vidal berpindah ke posisi no. 6, Rode ke pos no. 7 sedangkan Muller ke pos no. 10 dengan Javi Martinez ke pos no. 8.

Formasi yang digunakan masih 4-1-4-1 dengan sistem pressing yang sedikit berubah. Berpindahnya Muller ke pos no. 10 juga berpengaruh pada pemain yang terlibat di lini pertama. Muller dalam beberapa momen akan ikut berpartisipasi di lini pertama. Rode yang ditempatkan di pos no.7 akan bergerak ke area sentral untuk memberikan bantuan.

Perubahan ini memberikan kerapatan dan akses yang lebih baik di daerah yang dekat dengan bola. Keberadaan Vidal di pos no. 6 setidaknya memberikan sedikit stabilitas untuk mengatasi situasi overload yang diciptakan oleh M’Gladbach.

Namun efek sampingnya adalah sisi jauh yang justru kurang terawasi. Gol ketiga yang dicetak Johnson berawal dari Munchen yang berusaha untuk menstabilkan area di sisi kiri mereka. Rode bergerak ke area tengah dan meninggalkan Johnson bebas. Pada momen itu juga dirinya melakukan underlapping run tanpa teridentifikasi.

Kesimpulan

Pertandingan ini sangat menarik untuk dijadikan pelajaran. Bukan hanya soal taktik dan strategi yang dijalankan. Namun juga soal keberanian untuk bermain proaktif melawan tim yang levelnya jauh lebih besar.

Monchengladbach tidak hanya bermain menunggu dan mengandalkan serangan balik. Tapi mereka juga berusaha untuk mencegah Bayern mengambil inisiatif ketika menguasai bola dengan melakukan pressing sejak dari lini pertama.

Hal lain yang juga patut diapresiasi adalah keberanian mereka untuk melakukan build-up dari bawah dan menciptakan sejumlah situasi yang menyulitkan Bayern Munchen. M’Gladbach seolah tidak merasa inferior meskipun lawan yang mereka hadapi adalah raksasa Eropa.

 

Komentar