Analisis Pertandingan Borussia Dortmund 0-0 Bayern Munchen

Susunan pemain

Thomas Tuchel memainkan 3 bek tengah dalam pola dasar 3-4-3 yang bertransformasi ke bentuk 5-4-1 dalam fase bertahan blok rendah. Dalam fase menyerang dan bola mendekati sepertiga awal Bayern, bentuk dasar sering terlihat seperti 3-2-5 disebabkan oleh kedua bek sayap yang bergerak naik ke atas, sejajar lini depan, untuk mempertahankan penguasaan lebar lapangan dikarenakan dua penyerang sayap, Marco Reus dan Henrikh Mkhitaryan, bergerak ke half-space dan Aubameyang tetap berada di tengah.

Di lini belakang, Tuchel menempatkan Mats Hummels sebagai half-back kiri dan Lukas Pizczek berperan sebagai half-back kanan. Sven Bender mengambil posisi di tengah keduanya.

Pemilihan Bender ketimbang Neven Subotic, sangat mungkin disebabkan oleh faktor bahwa Bender lebih baik dalam memainkan bola dengan pressing-resistance (sikap tenang dalam tekanan berat lawan) yang juga lebih baik, sehingga diharapkan kehadirannya memberikan efek positif terhadap sirkulasi bola Dortmund di area belakang.

Sedikit perbedaan antara Pizczek dan Hummels bisa Anda temukan pada saat Dortmund membentuk pola 4 bek. Pizczek bergerak melebar ke sayap kanan sementara Hummels berperan sebagai bek tengah. Sisi bek kiri diisi oleh Schmelzer.

Di depan lini belakang, Ilkay Gundogan berpartner bersama Julien Weigl. Dengan Gundogan lebih banyak berada di sisi kiri dan sebaliknya. Di pos no. 9, Pierre Emerick Aubameyang menjadi penyerang tengah yang ikut mengokupansi kedua sisi lapangan demi menciptakan akses menyerang.

Pep Guardiola memainkan bentuk dasar 4-3-3 dengan fleksibilitas bentuk yang tinggi. Dalam fase bertahan blok rendah, bentuk dasar berubah menjadi 5-4-1-0 atau 4-1-4-1.

Bentuk 5 bek terbentuk pada saat 3 penyerang Dortmund mengokupansi area di sepanjang half-space dan area tengah lini belakang Bayern. Dalam situasi ini, Xabi Alonso turun ke bawah membantu David Alaba dan Joshua Kimmich menjaga 3 penyerang Dortmund.

Di awal pertandingan sering kita temukan ketika Dortmund mensirkulasi bola di sisi kanan Bayern, misalnya, lalu Hummels bergerak naik hingga ke lini tengah dan membuat Dortmund menciptakan superioritas jumlah 3v2 (Hummels, Gundogan, dan Marcel Schmelzer vs Arjen Robben dan Thomas Muller), Robert Lewandowski akan ikut bergerak ke bawah demi menganggu Weigl.

Kimmich dan Alaba dimainkan sebagai bek tengah yang dijepit oleh Philip Lahm dan Juan Bernat di sisi kanan dan kiri. Di lini tengah, Xabi Alonso menjadi regista yang terkadang mengokupansi lini belakang, berposisi di tengah-tengah antara Alaba dan Kimmich, terutama saat Bayern membutuhkan progresi dari serangan fase pertama mereka. Di depan Xabi, Muller dan Arturo Vidal dimainkan sebagai no. 8/10.

Dalam fase penciptaan peluang dan eksekusi, Muller dan Vidal bergerak masuk ke kotak 16 bersama Lewandowski, Robben dan Douglas Costa. Tugas semacam ini membuat Bayern bermain dengan 5 penyerang, yang bila dilihat secara umum bentuk serang Bayern menjadi 2-3-5.

Susunan pemain.
Susunan pemain.

Jalannya pertandingan babak pertama

Di babak pertama sering terlihat Hummels bergerak dan mengokupansi area yang lebih depan ketimbang Bender dan Pizczek. Orientasi geraknya adalah Muller yang ikut turun ke bawah demi membantu Bayern menciptakan kontrol di area tengah dalam fase pertama serangan (yaitu fase membangun serangan dari lini belakang).

Ini dilakukan Hummels untuk membantu Weigl menjaga lini tengah disebabkan oleh Ilkay Gundogan yang bergerak naik ke pos 10 memberikan support kepada 3 pemain terdepan Dortmund yang membentuk lini pertama pressing Dortmund. Sementara Bender sendiri lebih berorientasi kepada Lewandowski dan Pizczek berjaga di half-space kanan.

BACA JUGA:  Isu Stabilitas Blok Struktural dan Manajemen Ruang yang Buruk: Analisis terhadap Performa Chelsea di awal Musim 2015/2016

Oleh Tuchel, kedua gelandang tengahnya ditugasi untuk ikut mendukung lini pertama pressing. Pada gilirannya, pergerakan keduanya dalam fase ini membuat posisi mereka sering kali lebih jauh ke depan daripada sayap serang Dortmund yang ditugasi mengawasi Bernat dan Lahm. Sementara dua bek sayap Dortmund mengawasi Robben dan Costa.

Rencana awal pressing Dortmund adalah pressing blok tinggi. Tetapi bila kemudian kurang memungkinkan, Tuchel menempatkan Aubameyang sebagai gelombang pertama pressing. Di belakangnya Dortmund memilih membentuk pola 5-4 dan menunggu di sepertiga tengah. Dengan metode ini, Dortmund melakukan pressing blok menengah.

Tentu merupakan tugas yang sulit bagi Aubameyang melindungi ruang horisontal yang begitu luas, “seorang diri” dan menghadapi 3 bek tengah Bayern. Karena faktor mudahnya Bayern berprogresi dari Aubameyang inilah yang juga menentukan sikap pressing Gundogan dan Weigl, seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Bayern memainkan pola 3 bek dalam fase ini karena memang hal tersebut ditujukan untuk mengatasi lini pertama pressing Dortmund. Xabi (juga Vidal) secara bergantian ikut turun ke lini belakang, menciptakan akses progresi. Hanya terkadang, penempatan posisi keduanya berada di area yang kurang pas.

Contoh Xabi. Ia beberapa kali terlihat turun terlalu jauh dan terlalu cepat serta terlalu dekat dengan pemegang bola (katakanlah Kimmich). Pergerakannya malah membuat Dortmund makin mendapatkan kesempatan mengunci area tengah.

Selain itu, dengan posisi tubuhnya yang membelakangi pemain Dortmund, bila pada saat itu Kimmich memberikan umpan pada Xabi, sangat mungkin penguasaan bola direbut Dortmund. Baik secara langsung maupun disebabkan Xabi membuang bola ke depan.

Dalam transisi dan fase serang ideal, Vidal sendiri bermain lebih agresif ketimbang Xabi. Artinya pemain Cile ini ditugasi baik sebagai no. 8 (bila diperlukan, juga sebagai no. 6) sekaligus no. 10. Ketika Bayern mencoba berprogresi ke fase serang kedua, ketimbang Xabi, Vidal lebih sering bergerak naik dan mengisi celah antarlini di belakang duo Gundogan-Weigl.

Selain Vidal, Muller dan Lewandowski juga beberapa kali melakukan hal serupa. Pengambilan posisi ketiganya dalam fase ini sangat membantu Bayern keluar dari lini pertama pressing Dortmund.

Sayangnya taktik ini pun kurang dimanfaatkan maksimal. Karena pada dasarnya koneksi antara lini belakang dan lini tengah Bayern kurang baik dalam mendukung progresi cepat dan bersih Bayern ke sepertiga akhir Dortmund.

Sering terlihat, walaupun Bayern berhasil menjangkau Lewandowski, Vidal atau Muller di celah antarlini Dortmund, bola kemudian dimainkan kembali ke belakang atau, paling maksimal, horisontal ke sayap.

Pergerakan Vidal ke posisi no. 10 juga memberikan efek positif di fase permainan lain Bayern. Contoh dalam pressing blok tinggi. Ketika Bayern mampu merebut bola, dari kaki Weigl, di sepertiga tengah Dortmund misalnya, dikarenakan oleh Vidal yang bergerak ke area no. 10 dibantu oleh Costa menjepit Weigl.

Sementara Bernat, dengan timing yang tepat, memberikan tekanan kepada Eric Durm. Situasi 3v2 ini membuat Weigl terburu-buru memberikan umpan kepada Durm yang akhirnya dipotong oleh Bernat. Dan Bayern mendapatkan kesempatan melakukan serangan balik.

Jalannya pertandingan babak kedua

Secara umum, Pep tidak memperlihatkan juego de posicion (permainan posisional) yang terlalu ambisius dengan permainan antarlini yang sangat cair. Pun di babak kedua, Pep tidak banyak melakukan perubahan.

BACA JUGA:  Seorang Ibu yang Mengidolakan Sepak Bola Jerman dan Bayern Munchen

Hal yang sama yang juga terlihat di kubu Dortmund. Tidak banyak perubahan dilakukan Tuchel. Tidak banyak perubahan di babak kedua.

Peran Vidal masih seperti yang dilakukannya di babak pertama. Secara kemampuan mengatur permainan, baik sebagai distributor dan konektor, Thiago lebih baik dari Vidal. Tetapi keagresifan Vidal dan kebutuhan Bayern akan pemain yang mampu “bertarung” membuat Pep memilih Vidal ketimbang Thiago yang lebih stylish.

Pada gilirannya, agresifnya Vidal bergerak di sepanjang pos no. 6, no. 8 dan no. 10 sangat membantu Bayern mensirkulasi bola dengan lebih nyaman karena beberapa kali pergerakan Vidal mengganggu struktur zonal-marking Dortmund yang berorientasi pada penempatan posisi pemain lawan.

Contoh, stagerring (berposisi diagonal antara satu dengan yang lain)­-nya dengan Xabi menciptakan superioritas posisional yang tepat. Xabi yang berada di lini belakang, sementara Vidal mengisi celah di belakang duo Weigl-Gundogan. Stagerring keduanya membantu tim menciptakan bentuk segitiga yang menjadi bentuk wajib demi mendapatkan jalur umpan “aman”.

Faktor lain yang juga sangat mendukung penguasaan bola Bayern adalah pergerakan vertikal, ke sepertiga tengah Dortmund, dari pemain-pemain belakang Bayern (Lahm, Bernat serta kedua bek tengah) di sekitaran half-space yang mana mampu mengundang pressing lini tengah Dortmund. Yang lagi-lagi, membuka celah di belakang gelandang tengah mereka.

Apakah lantas Dortmund seburuk itu? Tidak. karena struktur pressing mereka pun sering mampu menghentikan serangan Bayern. Antisipasi pemain Dortmund dalam mempertahankan intermediate-area (area di depan lini belakang dan di belakang no. 6) merupakan faktor yang sangat berperan di sini. Hal ini terutama ketika Dortmund memainkan pressing blok tinggi.

Untuk membangun kestabilan di belakang pressing gelombang pertama, Tuchel menempatkan Durm, Weigl, Gundogan yang disokong oleh Reus/Mkhitaryan dengan jarak horisontal yang rapat (kompak). Ini membuat kehadiran di area tengah menjadi penuh sesak. Bayern dipaksa melepaskan umpan lambung yang mereka arahkan ke sepertiga tengah.

Biasanya, akan ada 1 pemain Bayern yang menjemput bola. Dan salah satu dari Hummels atau Bender yang bergerak naik untuk menghadapinya. Dalam duel-duel seperti ini Dortmund sering memenangkan perebutan bola dan melakukan transisi menyerang yang cepat.

Selain itu, kerja sama antara Reus-Aubameyang-Mkhitaryan pun beberapa kali menciptakan situasi serang yang menjanjikan yang sayangnya tidak berlanjut hingga ke fase eksekusi. Tetapi dalam beberapa momen, kerja ketiganya mampu menjadi jembatan umpan jauh dari lini belakang (Hummels) ke lini depan.

Contoh sederhana adalah sebuah umpan Hummels dari sepertiga tengah ke depan kotak 16 Bayern yang di-flick on oleh Reus kepada Aubameyang. Sulitnya menembus blokade pressing Bayern di area tengah, mengharuskan Dortmund menemukan jalan lain. Umpan langsung dari belakang ke depan menjadi salah satu alternatif mereka.

Kesimpulan

Kedua tim bermain dalam tempo yang cepat dikarenakan sering kali keduanya memainkan transisi menyerang dengan perpindahan bola ke area depan sesegera mungkin. Sisi hebatnya, transisi bertahan kedua tim pun sanggup menghadapi transisi menyerang cepat dari dari lawan.

Bagaimana kualitas peluang kedua tim? Berikut peta expected goals (xG) Michael Caley.

 Peta expected goals (xG) dari Michael Caley.
Peta expected goals (xG) dari Michael Caley.
Komentar