Mengapa Riedl Memilih Kurnia Meiga

“Kalau abang lebih memilih Aji Saka,” jawab Noh Alamshah tiga tahun lalu ketika saya bertanya, siapa yang lebih baik untuk menjaga gawang PSS Sleman di Divisi Utama LPIS 2013. Kiper lain yang patut dikedepankan adalah Ali Barkah.

Sepanjang musim itu keduanya silih berganti dimainkan oleh pelatih Yusack Sutanto dan Lafran Pribadi (asisten yang menjadi pelatih kepala setelah Yusack mundur), meski Aji Saka tetap memainkan laga lebih banyak. Dia pula yang dipilih tampil di partai final.

Ketika Along menyebut nama Aji, itu tidak dia lakukan tanpa alasan kuat. Selain faktor teknik, Aji memiliki keunggulan di pengalaman. Aji sempat bermain di timnas U-21 yang berlaga di Sultan Hassanal Bolkiah Trophy di Brunei Darussalam.

Pengalaman internasional itu menjadi pembeda. Bermain bersama tim nasional memperoleh tekanan yang berbeda, menghadapi lawan yang tak ditemui di liga lokal, nilai kompetitifnya pun berbeda. Setiap level sepak bola perlu disadari punya kadar kualitas yang berbeda, ada pemain top level, ada yang hanya mampu bermain bagus di level amatir.

Alasan seperti inilah yang rasanya digunakan oleh Alfred Riedl. Meiga lebih kenyang pengalaman dibandingkan Andritany Ardhiyasa dan Teja Paku Alam.

Andritany memang tampil baik bersama Persija di Indonesia Soccer Championsip, begitu pula dengan Teja Paku Alam (Sriwijaya FC). Andritany juga tampil baik ketika dimainkan menghadapi Malaysia, Myanmar, dan Vietnam dalam laga latih tanding sebelum Piala AFF.

Tapi, dia baru bermain 4 kali bersama timnas senior. Berbeda dengan Kurnia Meiga yang sudah tampil 15 kali (termasuk laga melawan Vietnam di semifinal). Meiga bahkan sudah ada di tim senior saat Indonesia berlaga di Piala AFF 2010, walaupun hanya sebagai kiper cadangan yang tak turun sama sekali.

BACA JUGA:  Timnas Hebat dari Kompetisi yang Mati Suri, Adakah?

Pengalamannya di 2010 itu pula juga membuktikan bahwa pengalaman bertanding dan faktor mental memegang peranan penting di posisi penjaga gawang. Meiga masuk skuat AFF ketika itu dengan status pemain terbaik Indonesia Super League 2009/2010 atas peran pentingnya mengantar Arema juara. Tapi, Riedl tetap memilih Markus Horison yang lebih berpengalaman di level internasional di mana dia sudah bermain sejak Piala Asia 2007.

Tentu memilih Meiga bukan hanya faktor pengalaman. Adik Achmad Kurniawan ini meski kerap bertingkah menyebalkan adalah seorang kiper yang punya mental kuat. Dia tidak gentar menghadapi siapa pun lawan, tidak hanya melakukan manuver berbahaya untuk menyelamatkan gawangnya, Meiga tidak segan untuk bertengkar dengan siapa saja.

Dan tentu saja, Meiga punya kualitas teknik yang bagus untuk menjadi seorang penjaga gawang tim nasional. Dia pernah menyabet gelar kiper terbaik dan performanya terhitung stabil sejak menjadi pilihan pertama Arema tujuh tahun lalu. Hanya cedera atau akumulasi kartu yang membuatnya menepi.

Walaupun tak membuat satu pun penyelamatan saat melawan Thailand, Meiga melakukan lima penyelamatan saat melawan Filipina serta empat penyelamatan saat menang 2-1 atas Singapura. Di laga pertama semifinal melawan Vietnam, Meiga juga melakukan empat penyelamatan, salah satu yang paling krusial terjadi pada menit 83 ketika menepis sepakan Trung yang mengarah ke pojok kiri atas gawangnya.

Jadi, tak ada alasan berarti bagi Riedl untuk mengganti Meiga di tengah turnamen yang sudah memasuki babak gugur. Ketenangan dan kemampuannya mengatasi kegugupan jadi modal penting di tengah belum kuatnya sistem pertahanan timnas Garuda.

Satu yang perlu terus dia asah adalah kemampuannya membaca tendangan penalti. Bisa jadi pertandingan semifinal atau final akan berlanjut ke babak adu penalti atau tim lawan dihadiahi penalti kontroversial seperti yang terjadi di Pakansari (3/12) lalu.

BACA JUGA:  Cinta yang Rumit

Rasanya, kita perlu memberi kepercayaan penuh pada dirinya dan juga mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Meiga sepanjang turnamen ini. Terus jaga konsistensi dan janganlah begadang hanya untuk Bigo Live Meiga!

 

Komentar
Akrab dengan dunia penulisan, penelitian, serta kajian populer. Pribadi yang tertarik untuk belajar berbagai hal baru ini juga menikmati segala seluk beluk sepak bola baik di tingkat lokal maupun internasional.