Andil Psikolog di Balik Pencapaian Fabio Quartararo

Sirkuit Misano yang menjadi arena pertempuran dalam GP Emilia Romagna menjadi saksi keberhasilan Fabio Quartararo mengunci gelar juara dunia MotoGP 2021.

Pembalap kelahiran tahun 1999 tersebut merupakan sosok berkebangsaan Prancis pertama sepanjang sejarah yang berhasil menjadi kampiun dunia di kelas premier.

Dari 16 seri yang telah dilombakan, Quartararo berhasil menunjukkan konsistensinya dengan naik podium di sepuluh seri.

Dalam rangkaian podium tersebut, lima di antaranya berupa kemenangan. Masing-masing didapat pada GP Doha, GP Portugal, GP Italia, GP Belanda, dan GP Inggris.

Kesuksesan Quartararo pada musim ini sejatinya sudah diramalkan banyak pihak. Sejak musim debutnya pada 2019 lalu, pemuda kelahiran Nice itu sudah mencuri perhatian publik.

Sebuah fakta yang mesti diingat, usia Quartararo baru menginjak angka 20 tahun waktu itu. Yamaha tak ingin membuat kesalahan dengan membiarkan talenta terbaik di kancah balap motor dicomot pabrikan lain.

Membalap untuk tim satelit Yamaha, Petronas SRT, Quartararo enam kali meraih pole position dan tujuh kali berdiri di podium.

Ia bahkan nyaris meraih kemenangan pada musim debutnya yakni di GP San Marino dan GP Thailand, tetapi kalah duel dengan Marc Marquez.

Berbekal catatan tersebut, Quartararo berhak menempati peringkat kelima klasemen akhir musim 2019 dan menjadi rookie pertama dengan peringkat tertinggi setelah Marquez membukukannya pada tahun 2013.

Tak hanya itu, ia juga mengungguli legenda hidup MotoGP, Valentino Rossi, yang hanya sanggup bertengger di peringkat ketujuh musim 2019.

Padahal, status Rossi saat itu adalah pembalap utama tim pabrikan Monster Energy Yamaha yang mengendarai motor dengan spek terbaru dan beroleh dukungan penuh.

Sebagai perbandingan, Quartararo saat itu menggunakan motor spek lama yakni untuk musim 2018. Artinya, pembalap dengan nomor motor 20 ini mengendarai motor yang setahun lebih uzur.

Sebelum musim 2020 dimulai, pabrikan garpu tala menariknya ke tim Monster Energy Yamaha guna bertukar posisi dengan Rossi yang hijrah ke Petronas Yamaha SRT.

Berada di tim pabrikan membuat Quartararo memperoleh dukungan penuh. Ia diberikan motor dengan spek terbaru.

Bermodal keunggulan teknis tersebut, pembalap berjuluk El Diablo ini langsung tancap gas pada awal musim dengan memenangi seri GP Spanyol dan GP Andalusia.

Namanya pun mulai intens disebut-sebut sebagai kandidat juara dunia MotoGP pada musim tersebut. Terlebih, Marquez yang saat itu berstatus juara dunia bertahan dipastikan absen lama karena cedera.

Sayangnya, penampilan brilian Quartararo hanya terlihat pada awal musim. Sedari pertengahan hingga akhir, ia begitu inkonsisten.

Tercatat, ia hanya sekali menjadi juara yakni di GP Catalunya. Pada seri-seri yang lain, sekadar naik podium pun tak sanggup ditunaikannya.

Belajar dari musim balap 2020, Quartararo mempersiapkan diri dengan lebih baik jelang musim balap 2021.

Salah satu hal yang diperbaikinya adalah menekan kesalahan-kesalahan elementer pada saat balapan sehingga ia bisa memacu motornya guna bersaing di grup depan.

Awalnya, publik menduga jika Yamaha mampu mengembangkan motor yang kapabel untuk memenangkan gelar dunia pembalap.

Akan tetapi, menurut pengakuan di laman Motorsport dari seseorang yang bekerja bagi tim Yamaha, tak ada pengembangan signifikan yang dilakukan pabrikan garpu tala dalam segi teknis.

Pembekuan pengembangan mesin yang diberlakukan pada semua tim akibat pandemi COVID-19 hanya mengizinkan tim-tim MotoGP melakukan pengembangan pada sektor sasis, suspensi, dan aerodinamika.

Di atas kertas, motor Yamaha yang digeber Quartararo di tim pabrikan tak jauh berbeda dengan yang ia tumpangi di tim satelit pada tahun 2019 lalu.

Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa Maverick Vinales dan Rossi yang menggunakan motor dengan spek serupa, tetap kesulitan untuk tampil konsisten sepanjang musim ini.

Sebelum Vinales hijrah ke Aprilia usai GP Styria, ia bahkan sudah berjarak 77 poin dari Quartararo di klasemen pembalap.

Rossi lebih parah lagi. Sang legenda hidup begitu kesulitan dalam setiap lomba. Sekadar masuk ke sepuluh besar saja sering gagal ia lakukan.

Lantas, apa yang bikin Quartararo tampil begitu moncer pada musim ini tatkala pembalap lain yang juga menggunakan motor Yamaha tertatih-tatih?

Ketidakmampuan Quartararo mengelola tekanan dianggap sebagai penyebab utama kandasnya harapan menjadi juara dunia pada musim 2020 kemarin.

Quartararo kerap tampil buruk karena tidak tenang dan sering bersikap reaksioner. Akibatnya, ia acap melakukan kesalahan fatal seperti yang dilakukan pada GP San Marino dan GP Valencia. Pada dua seri tersebut, ia gagal menyentuh garis finis.

Setelah namanya dilambungkan media sebagai kandidat juara pada awal musim, Quartararo harus rela menyaksikan rekan setimnya di kelas Moto3, Joan Mir, menjuarai MotoGP musim 2020 bersama tim Suzuki Ecstar.

Namun kegagalan tersebut tak bikin Quartararo putus asa dan tenggelam dalam rasa sedih berkelanjutan.

Menyambut musim 2021 yang diyakini semakin ketat, Quartararo bertekad untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada dirinya.

Hal yang pertama kali ia lakukan adalah mengevaluasi diri dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang sering ia buat ketika membalap.

Dalam sebuah wawancara dengan GP One pada November 2020 lalu, rekan satu tim Franco Morbidelli ini mengungkapkan jika emosinya masih meluap-luap dan ia acap kesulitan mengelola stres saat menjalani serangkaian balapan.

Untuk menghilangkan perasaan cemas yang menghantuinya di setiap seri balap, Quartararo memutuskan untuk menggunakan jasa psikolog olahraga.

Quartararo tidak merasa malu untuk menceritakan manfaat yang ia dapatkan setelah berkonsultasi dengan psikolog.

“Pergi ke psikolog bikin saya lebih tenang dalam menghadapi situasi. Saya merasa bisa lebih fokus dalam menjalani balapan”, ujar lelaki yang tinggal di Andorra tersebut.

Diego Gubellini, kepala mekanik Quartararo, mengatakan sang pembalap memang tidak pernah segan untuk mengevaluasi diri dan mengidentifikasi kelemahannya.

“Quartararo tak punya masalah dalam mengakui kesalahannya”, terang Gubellini pada Motorsport.

Pep Font, seorang psikolog olahraga yang bekerja untuk Sant Cugat High Performance Centre (CAR), mengungkapkan dampak positif di balik keputusan untuk pergi ke psikolog setelah mendeteksi bahwa ada sesuatu yang salah pada diri sendiri.

“Menerima jika ada yang salah pada diri Anda sangatlah membantu. Ketika Anda menyadari kelemahan itu, artinya Anda telah membebaskan diri Anda. Itu akan membuat Anda lebih kuat”, terang Font.

“Psikologi berperan sangat penting dalam dunia olahraga. Karena untuk menguasai kemampuan yang sifatnya khusus, seperti balap motor, bukan berarti Anda selalu mendemonstrasikan kemampuan itu dengan benar pada saat-saat krusial. Kondisi mental Anda harus dalam keadaan baik untuk bisa melakukannya. Di situlah peran penting psikologi,” pungkas psikolog yang juga menjadi rujukan atlet balap lain seperti Raul Fernandez, Jorge Lorenzo, Nani Roma dan Marc Coma itu.

Keberanian Quartararo untuk mengidentifikasi kelemahan yang menghalanginya untuk merengkuh prestasi patut diacungi jempol.

Apalagi dengan bertambahnya pengalaman membalap di kelas premier dan ikut dalam perebutan gelar juara dunia, tentu membuatnya semakin terbiasa menghadapi tekanan.

Maklum saja, selama berkarir di kelas Moto3 dan Moto2, Quartararo tak pernah terlibat dalam persaingan gelar juara dunia.

Padahal, rivalnya di kelas premier seperti Marquez, Mir, Francesco Bagnaia, dan Vinales sudah mencicipinya.

Hal tersebut diamini oleh juara dunia delapan kali, Marquez. Pembalap asal Spanyol ini paham betul bagaimana mempersiapkan mentalitas yang tepat untuk terlibat dalam perebutan gelar juara dunia.

“Hingga musim 2020, Quartararo tidak pernah terlibat dalam persaingan gelar juara di kelas Moto3 ataupun Moto2. Kini, ia punya pengalaman itu dan bisa mengelolanya dengan baik”.

Kini, Quartararo tampil lebih matang dan tak memaksakan diri apabila keadaan kurang mendukung dirinya.

Sebagai contoh, pada GP Amerika Serikat tiga pekan lalu tatkala ia tak memaksakan diri untuk mengejar Marquez yang melenggang di posisi pertama.

Dalam balapan tersebut, Quartararo tampil stabil dan tenang untuk menjaga posisi kedua tanpa melakukan manuver beresiko. Target hari itu adalah finis di depan pesaing terdekatnya dalam perebutan gelar, Bagnaia, yang mengendarai motor Ducati.

Quartararo benar-benar menuntaskan misi tersebut sehingga ia bisa tampil nyaman di Misano dengan bekal selisih poin cukup jauh.

Quartararo telah memberikan contoh aktual jika menggunakan jasa psikolog bukanlah sebuah aib.

Untuk mengakui jika terdapat sesuatu yang salah dalam diri Anda, janganlah terus menyangkal dan bersikap denial.

Mengevaluasi diri dan mengidentifikasi kekurangan dalam diri Anda, juga berarti membebaskan diri dari masalah yang selama ini mengganggu. Dari situlah, Anda bisa memulai langkah awal guna menggapai sesuatu yang diidamkan.

Dari perjalanan Quartararo menjadi juara dunia MotoGP 2021, kita belajar bahwa kesadaran untuk mempunyai kesehatan mental yang baik, bisa mengantarkan pada kehidupan yang lebih bahagia.

Komentar

This website uses cookies.