Bebas dari hukuman yang bikin tangan dan kaki terikat selama dua jendela transfer, Chelsea kembali dengan libido yang penuh gejolak. Persis seperti zaman Roman Abramovich mendamba gelar Liga Champions.
Entah berkah atau bagaimana, tapi setelah hukuman itu selesai dijalani, Chelsea beraksi gila-gilaan di bursa transfer meski banyak kesebelasan memilih berhemat karena situasi finansialnya sulit di tengah pandemi Corona.
Tak tanggung-tanggung, The Blues memboyong enam nama baru ke Stadion Stamford Bridge. Mulai dari Kai Havertz, Thiago Silva, Timo Werner, sampai Hakim Ziyech. Jumlah itu masih bisa bertambah apabila perekrutan Eduoard Mendy segera terselesaikan dalam waktu dekat.
Buat memboyong nama-nama tersebut, Abramovich harus menguras isi dompetnya. Bagaimana tidak, belanja Chelsea jumlahnya lebih dari 200 juta Poundsterling.
Mengacu pada data Transfermarkt, klub yang berdiri tahun 1905 ini sah sebagai tim paling boros di bursa transfer musim panas 2020. Setidaknya, sampai tulisan ini tayang.
Senada dengan ekspektasi fans dan penggemar sepakbola pada umumnya, nama Chelsea masuk dalam daftar kandidat juara Liga Primer Inggris musim ini. Mereka disinyalir bisa menjadi batu sandungan utama buat duo Liverpool dan Manchester City yang jadi penguasa Negeri Ratu Elizabeth di dua musim pamungkas.
Akan tetapi, ekspektasi tak menjamin apa-apa. Kenyataan di lapangan kerap memutarbalikkan semuanya. Kekalahan dari Liverpool akhir pekan kemarin (20/9) seolah membuktikan itu. Terlebih, hal itu terjadi akibat blunder penggawa The Blues sendiri.
Buat saya pribadi, ada banyak pekerjaan rumah yang diemban Frank Lampard sebagai pelatih. Mulai dari mematangkan skema permainan yang ia sukai, mencari alternatif saat hal tersebut buntu di lapangan serta menambal seluruh lubang kelemahan yang membuat mereka rentan dipermalukan lawan.
Di luar itu, mari kita bahas satu per satu rekrutan baru Chelsea. Terutama Havertz, Silva, Werner, dan Ziyech.
Kai Havertz
Untuk ukuran pemain muda, Havertz menjadi salah satu nama pemain sepakbola di bawah usia 22 tahun yang banyak menjadi perhatian selain Phil Foden, Kylian Mbappe, dan Jadon Sancho. Dengan catatan 35 gol sepanjang kariernya bareng Bayer Leverkusen, Havertz hanya kalah dari Mbappe. Dilansir dari situs resmi Chelsea, pada musim lalu ia punya rataan mencetak 0,44 gol dan menciptakan 0,58 peluang emas per laga.
Catatan itu sungguh impresif. Artinya, Havertz punya potensi besar untuk dimaksimalkan sehingga Chelsea beroleh benefit. Nah, Lampard sebagai pelatih tidak boleh menyia-nyiakan hal tersebut. Jangan sampai ia justru salah memberi peran atau menempatkan sang pemain tidak di posisi idealnya. Sebab itu sama saja dengan membuang-buang uang senilai 80 juta Poundsterling!
Thiago Silva
Kepindahannya ke Chelsea tergolong mengejutan. Ibarat balap motor, The Blues sanggup menikung AC Milan di tikungan terakhir dan lap terakhir guna memenangkan perburuan Silva. Di usianya yang menginjak 36 tahun, tenaga Silva memang berkurang. Namun yang dibutuhkan Chelsea darinya adalah jiwa kepemimpinan serta pengalamannya yang segudang. Toh, Silva juga direkrut secara gratis.
Siapa yang tidak ingat dengan aksi-aksi konyol Andreas Christiansen, Antonio Rudiger, Fikayo Tomori, dan Kurt Zouma dalam menggalang lini pertahanan Chelsea? Ditambah ketidakcakapan Kepa Arrizabalaga, lini belakang tim asuhan Lampard bak sebuah pertunjukan komedi. Hal inilah yang coba direduksi dengan presensi Silva. ‘Kesaktiannya’ bisa digunakan untuk menggembleng para bek tengah lainnya agar tampil lebih baik.
Selain itu, kemampuan teknis bek asal Brasil ini juga mumpuni. Ia piawai mengawal lawan, cakap dalam melakukan koordinasi, bisa menginisiasi permainan dari lini pertama, tangguh dalam duel udara maupun one on one, serta cermat dalam mengambil keputusan. Silva adalah berlian tua yang berharga.
Timo Werner
Bersama RB Leipzig, Werner mencatatkan 34 gol asis dari 45 pertandingan di semua kompetisi pada musim 2019/2020. Di bawah arahan Julian Nagelsmann, Werner selalu ditempatkan di sisi kiri lini depan dengan Yussuf Poulsen sebagai tandem. Kecepatan dan kemampuan dribel Werner sangat apik, ditambah dengan positioning serta kemampuan mengeksekusi peluang yang prima, bikin dirinya jadi ancaman nyata di depan gawang.
Alih-alih menempatkan Werner sebagai penyerang tengah, lebih bijak kalau Lampard memainkannya di sektor yang jadi kesukaannya. Terlebih, Chelsea baru saja kehilangan Pedro Rodriguez (ke AS Roma) dan Willian Borges (ke Arsenal). Kedua pemain ini biasa mengisi sisi kiri Chelsea dalam fase menyerang. Maka menempatkan Werner di situ adalah pilihan terbaik.
Hakim Ziyech
Atribut elok Ziyech membuat Chelsea kepincut. Diboyong dari Ajax Amsterdam, Ziyech bakal diplot sebagai penyerang sayap kanan oleh Lampard. Terlebih dirinya adalah figur berkaki kidal. Fungsinya jelas, sebagai pelayan bagi penyerang tengah maupun eksekutor dari peluang yang ia dapatkan, baik dikreasikan sendiri maupun sodoran rekan setim.
Bersama Ajax musim lalu, Ziyech berhasil membuat 21 asis di seluruh kompetisi. Artinya ia punya kapasitas dalam melayani rekan-rekannya dengan paripurna. Lampard harus sadar betul dengan kelebihan ini sehingga potensi Ziyech dapat dieksploitasi secara maksimal.
Ditambah rekrutan lain seperti Ben Chilwell dan Malang Sarr serta penggawa lain yang sudah bercokol di tubuh tim semisal Tammy Abraham, Marcos Alonso, Cesar Azpilicueta, Olivier Giroud, Jorginho, dan Mateo Kovacic, Lampard kudu memutar otak seraya bekerja keras untuk membangun armada yang kokoh. Namun wajib dipahami bahwa hal itu tak seperti membangun ribuan candi dengan bantuan para jin.
Liverpool pernah mengalami kegagalan itu saat Brendan Rodgers memenang kendali. Sudah menghabiskan banyak uang untuk merekrut penggawa baru, nyatanya performa mereka masih amburadul. Kondisi serupa bisa saja terjadi pada Lampard dan Chelsea saat ini.
Apalagi kultur pemecatan pelatih di Chelsea juga mengesalkan. Jika Lampard sudah memiliki cetak birunya, semisal gagal musim ini, beri waktu tambahan kepadanya hingga satu atau dua musim selanjutnya. Toh, sepakbola bukan sekadar menggelontorkan uang, melainkan ajang melatih kesabaran.
Dengan kemewahan yang mereka miliki musim ini, kenyataannya The Blues masih tampak meragukan walau banyak yang menyebut mereka bakal jadi penantang juara. Andai musim ini gagal mendapat apapun, musim depan Chelsea akan semakin menyebalkan karena Abramovich takkan ragu buat menggelontorkan duitnya.