Memetakan Persaingan Bundesliga Musim 2016/2017

Bundesliga musim 2016/17 sudah bergulir. Pertanyaan pembuka yang perlu diajukan adalah siapakah yang akan menjadi runner-up? Borussia Dortmund atau Bayer Leverkusen? Menurut sang legenda idola kita semua saya, OttmarHitzfeld, Dortmund masih lebih kuat.

Sepeninggal sejumlah pemain kunci seperti Mats Hummels (Bayern), Henrikh Mkhitaryan (Manchester United) dan Ilkay Gündogan (Machester City), Dortmund kalap di transfer window musim panas ini.

Mereka menggelontorkan uang sekitar 100 juta euro untuk mendatangkan pemain-pemain pengganti yang tak kalah sangar seperti Andre Schürrle, Marc Bartra, Emre Mor, Ousmane Dembele, dan tentu Si Anak Hilang, Mario Götze.

Leverkusen sendiri sebenarnya cukup aktif di bursa transfer. Namun sepertinya, line-up mereka tak akan berubah signifikan dibandingkan musim lalu. Sebenarnya ini bisa menjadi kekuatan tersendiri karena diharapkan mereka sudah menjadi lebih matang sebagai tim.

Konsistensi adalah kunci bagi Leverkusen dalam mengarungi sebuah kompetisi dengan format liga. Namun sayangnya, isu inkonsistensi sering menghinggapi Leverkusen. Eh tapi tunggu dulu, mereka sebenarnya konsisten. Konsisten nyaris juara. Sampai ada yang dengan bercanda menjuluki mereka dengan sebutan Neverkusen.

Sejak musim 1996/1997 sampai 2001/2002, empat kali mereka jadi juara dua. Yang paling tragis terjadi di musim 2001/2002. Alih-alih meraih treble winner, mereka malah menjadi treble runner-up, setelah disalip Dortmund di Bundesliga, kalah dari Schalke di final DFB Pokal, dan dibungkam Real Madrid di partai puncak Liga Champions.

Maka, persaingan di papan atas diperkirakan akan semakin panas dengan sejumlah kekuatan lain seperti Schalke, Wolfsburg, dan Borussia Mönchengladbach.

Schalke memang ditinggal sejumlah bintangnya seperti Leroy Sane dan Joel Matip. Namun mereka mendatangkan duo tokoh di belakang layar yang diperkirakan akan berperan besar yaitu pelatih Markus Weinzierl dan Sporting Director Christian Heidel. Keduanya punya pengalaman membawa klub-klub yang relatif lebih kecil melewati target minimal mereka.

BACA JUGA:  The Right Man on the Right Place, at the Right Time

Sama seperti Schalke yang tampil kurang optimal musim lalu, Wolfsburg pun punya masalah serupa. Sempat digadang-gadang akan menjadi salah satu pesaing kuat Bayern Munchen musim lalu, nyatanya penampilan mereka jauh dari harapan.

Musim ini, sejumlah pilar meninggalkan klub. Menarik untuk disimak secepat apa pemain-pemain baru seperti Jakub Blaszczykowski, Daniel Didavi, Jeffrey Brumaserta, dan Mario Gomez bisa beradaptasi dengan skuat musim lalu.

Sementara itu, sentuhan magis Andre Schubert yang mampu membawa The Foals bersaing di papan atas setelah sempat terpuruk di lima laga awal musim 2015/2016 diharapkan bisa berlanjut di musim baru. Kedatangan kembali Christoph Kramer diharapkan bisa mengurangi dampak dari kepergian Granit Xhaka.

Selain tiga klub tersebut, bukan tidak mungkin Hertha Berlin dan Mainz juga turut meramaikan perburuan tiket kompetisi Eropa. Musim lalu, Mainz berada di posisi keenam dan berhasil mengalahkan beberapa klub kuat seperti Leverkusen, Gladbach, Schalke, dan Bayern.

Hertha sendiri, di bawah asuhan Pal Dardai, tampil cukup solid. Jika Salomon Kalou dan Vedad Ibisevic mampu mempertahankan produktivitasnya, bukan tak mungkin tim ini bisa masuk ke zona Liga Champions.

Seperti musim-musim sebelumnya, persaingan di papan tengah juga diperkirakan akan berlangsung seru. Raksasa tidur seperti Hamburg SV mungkin bisa jadi penguasa di sini dan berpeluang kembali lolos dari degradasi.

Hamburg memang terlihat lebih ambisius musim ini. Sejumlah pemain potensial didatangkan termasuk Bobby Wood dan Alen Halilovic. Sementara itu, FC Köln dan Hoffenheim akan menjadi pesaing utama Hamburg di papan tengah.

Yang juga patut ditunggu adalah penampilan klub pendatang baru nan kaya, RB Leipzig. Klub ini diisi sejumlah talenta muda seperti Rani Khedira, Lukas Klostermann, Davie Selke, dan Timo Werner.

BACA JUGA:  Sepakbola Tak Semudah Football Manager, Solskjaer!

Keberadaan Ralf Rangnick menjadi salah satu motor utama kebangkitan RB Leipzig. Mampukah klub yang baru terbentuk tahun 2009 yang lalu mampu membuat kejutan musim ini?

Sejumlah klub seperti Darmstadt, Ingolstadt, Augsburg, Frankfurt, Freiburg, dan Werder Bremen sepertinya akan berjibaku untuk bertahan di Bundesliga. Namun, sebagaimana musim lalu, papan tengah dan bawah Bundesliga selalu berlangsung ketat.

Pada musim 2015/2016, poin penghuni peringkat 9 dan 17 hanya terpaut sepuluh angka. Siapa yang berhasil mencuri poin lebih banyak dari klub-klub “kelas menengah” akan berhasil mempertahankan status sebagai penghuni Bundesliga musim selanjutnya.

Tibalah kita pada pertanyaan penutup, siapa yang akan menjadi juara?

Jika tidak ada kejadian luar biasa, besar kemungkinan Bayern Munchen akan kembali merajai Bundesliga edisi ke-54. Dari tiga pertandingan resmi yang sudah mereka jalani musim ini (Supercup, DFB Pokal, Bundesliga), para pemain mulai nyetel dengan gaya Carlo Ancelotti.

Seperti apa memang gayanya? Sebagian fans Bayern di Indonesia mendefinisikannya dengan sederhana: sepak bola yang tidak membuat ngantuk. Bayern menjadi lebih direct, lebih variatif, dan setidaknya hingga sejauh ini, lebih efektif.

Intinya, Don Carlo mampu mengambil hati para fans yang sudah lelah dengan style permainan “muter-muter” ala Pep Guardiola. Tapi sekadar mengingatkan Ancelotti saja, target utama Bayern adalah meraih gelar Liga Champions untuk keenam kalinya.

Jika gagal, bersiaplah dihujani mensyen di Twitter dari para fans Bayern dengan tagar #AncelottiAndHisFamilyOut. Dan setahu saya, fans Bayern tak sesabar fans Arsenal atau Liverpool.

 

Komentar
Penggemar FC Bayern sejak mereka belum menjadi treble winners. Penulis buku Bayern, Kami Adalah Kami. Bram bisa disapa melalui akun twitter @brammykidz