Menunggu Hasil Investasi Masif Everton

Mengoleksi masing-masing sembilan gelar liga (sebelum era Liga Primer Inggris dan Charity Shield (sekarang Community Shield), lima Piala FA dan sebiji Piala Winners adalah rapor yang cukup mentereng bagi sebuah kesebelasan. Namun mayoritas dari prestasi tersebut diperoleh Everton sebelum periode 1990-an.

Oleh karenanya, banyak yang menyebut jika pencapaian-pencapaian The Toffees itu sudah usang. Pasalnya, tak ada lagi silverware yang mampir ke lemari trofi mereka di Stadion Goodison Park. Lebih sialnya lagi, penampilan Everton juga mengalami degradasi. Dari sebuah tim berlabel juara, lalu bersalin rupa jadi klub papan tengah dan akhirnya akrab dengan kesemenjanaan.

Alhasil, nama Everton semakin tenggelam, kalah bersaing dengan klub-klub tradisional lain yang konsisten jadi juara seperti Arsenal, Liverpool, dan Manchester United. Pun dari tim yang disokong uang tak berseri dan sekarang susah ditaklukkan, Chelsea dan Manchester City.

Peruntungan buruk itulah yang ingin diubah pebisnis berdarah Iran, Farhad Moshiri, kala mengakuisisi 49,9 persen saham klub di tahun 2016 lalu. Tak heran bila pelatih-pelatih dengan nama beken seperti Ronald Koeman, Sam Allardyce, Marco Silva dan kini Carlo Ancelotti direkrut guna memandu klub ke arah yang tepat.

Pada 2018 kemarin, Moshiri pun tak ragu untuk membajak Michael Brands dari PSV Eindhoven. Pria Belanda satu ini didapuk sebagai Direktur Olahraga yang baru. Sepak terjang Brands dengan jabatan tersebut, utamanya saat bekerja untuk AZ Alkmaar dan PSV memang jempolan, sehingga Moshiri percaya jika Brands akan mendatangkan perubahan.

Di sektor pemain, Moshiri juga berani mengeluarkan dana besar untuk memperkuat armada tempur. Nama-nama semisal Yannick Bolasie, Dominic Calvert-Lewin, Andre Gomes, Alex Iwobi, Yerry Mina, Jordan Pickford, Richarlison, Gylfi Sigurdsson, Cenk Tosun, dan Theo Walcott, jadi rekrutan tim dalam kurun empat musim pamungkas.

BACA JUGA:  Arrigo Sacchi: Mujaddid dari Negeri Pizza

Sayangnya, kehadiran seluruh nama di atas, belum sepenuhnya mengubah nasib Everton di kancah persepakbolaan Inggris. Selama empat musim dikomandoi Moshiri, The Toffees hanya finis di peringkat tujuh, delapan, delapan, dan dua belas.

Jangankan mengganggu kedigdayaan tim-tim papan atas, sekadar merebut tiket lolos ke kejuaraan antarklub Eropa saja belum sanggup dilakukan Sigurdsson dan kolega. Kalau dibandingkan investasi yang sudah dikeluarkan sang saudagar, lebih dari 200 juta Pound, capaian itu sangat jauh dari kata elok.

Maka proses membangun sebuah tim yang solid dan pilih tanding terus dilanjutkan oleh pihak manajemen. Apa lagi Ancelotti sebagai pelatih tampak antusias dengan proyek yang dicanangkan pihak klub. Terbaru, jelang bergulirnya musim kompetisi 2020/2021, Everton dipastikan kedatangan tiga penggawa sekaligus yaitu Allan, Abdoulaye Doucoure, dan James Rodriguez.

Harapan Evertonian, suporter fanatik The Toffees, tentu melambung menyaksikan realita tersebut. Setidaknya, mereka dapat melihat dengan mata kepala sendiri jika timnya terus memperkuat diri guna tampil kompetitif di Liga Primer Inggris, Piala FA maupun Piala Liga.

Walau demikian, Everton kudu berhati-hati dalam mengucurkan duit. Pasalnya, situasi finansial klub sedang buruk. Berdasarkan laporan keuangan untuk tahun 2019 kemarin, mereka mencatatkan rekor kerugian tertinggi dari semua klub Liga Primer Inggris. Padahal, pendapatan mereka cenderung stagnan selama tiga tahun terakhir.

Keadaan serupa bisa terulang dalam laporan keuangan tahun 2020. Selain kegagalan mentas di Eropa dan performa yang tak memuaskan di kancah domestik, adanya pandemi Corona pasti ikut memengaruhi situasi finansial rival sekota Liverpool ini. Apalagi mereka masih punya rencana mendirikan stadion baru di kawasan dermaga Bramley-Moore senilai ratusan juta Pound buat menggantikan Stadion Goodison Park yang makin ketinggalan zaman.

Kedatangan Moshiri ke Everton memberikan angin yang cukup segar. Namun selama kurang lebih lima tahun, investasi masif yang dilakukannya untuk klub belum membuahkan hasil signifikan. Maka wajar bila ada yang mengatakan bahwa musim 2020/2021 jadi pertaruhan The Toffees dalam mewujudkan ambisi sekaligus mimpinya.

BACA JUGA:  Waralaba Amerika, Klub Eropa, dan Relasi Olahraga dengan Kota

Akan sangat menarik untuk melihat transformasi Everton, khususnya para Evertonian, dari tim semenjana jadi sebuah kesebelasan yang mampu bersaing di papan atas. Terlebih, modal yang mereka punyai bisa dikatakan cukup dan arah yang disasar pun jelas.

Kini, semua mata mengarah kepada Ancelotti. Di pundaknya bersemayam sejuta harapan, baik dari pemilik klub sampai para suporter. Dengan materi pemain yang lumayan mentereng dan kapabilitasnya sebagai pelatih top di Eropa, sepantasnya ada capaian apik yang bisa diperoleh The Toffees per musim 2020/2021 yang kemudian berlanjut di musim-musim berikutnya sehingga dinasti Moshiri di Everton bakal dikenang manis.

Komentar