“Salah sangat fenomenal. Saya yakin jika saat ini dia adalah pemain terbaik di dunia,” ucap pelatih Liverpool, Jurgen Klopp, usai tim arahannya sukses menekuk Watford 5-0 dalam lanjutan Liga Primer Inggris yang berlangsung pada Sabtu (16/10) lalu.
Pujian Klopp untuk Mo Salah sekilas memang terdengar tendensius. Bisa saja eks pelatih Borussia Dortmund itu melontarkan pujian tersebut hanya karena Salah merupakan pemain asuhannya di Liverpool semata.
Namun jika melihat dari sudut pandang pendukung Liverpool, pentingnya peran Salah dalam performa Liverpool saat ini memang tidak bisa dipungkiri lagi.
Salah menjadi kepingan puzzle terpenting yang membawa Liverpool di posisi yang mereka raih saat ini.
Konsistensi permainan Salah memang tak terbantahkan semenjak penyerang kelahiran tahun 1992 tersebut bergabung ke Liverpool dari AS Roma dengan mahar mencapai 37 juta Poundsterling pada musim panas 2017.
Kegemilangan performanya pada awal musim ini tak boleh luput dari pembahasan. Selain sanggup mengantarkan Liverpool duduk di posisi runner-up klasemen sementara Liga Primer Inggris dengan selisih satu poin dari Chelsea, ‘The Pharaoh’ sendiri menorehkan catatan 10 gol dan 4 asis.
Itu berarti, secara hitung-hitungan Salah terlibat dalam penciptaan gol buat Liverpool setiap 62 menit sekali!
Dengan statistik tersebut, Salah melampaui rataan keterlibatan penciptaan gol untuk tim yang ia buat pada musim 2017-2018 yang kerap kali dianggap sebagai musim terbaiknya berseragam The Reds.
Empat musim yang lalu, sayap didikan tim junior Al Mokawloon itu membuat gol atau menciptakan asis setiap 69 menit sekali. Walaupun musim ini masih berjalan seumur jagung, pencapaian tersebut tetap layak diberi aplaus.
Setidaknya, kita semua tahu jika Salah tampil dengan performa penuh untuk menyongsong kompetisi dalam beberapa bulan ke depan. Sejatinya, penampilan apik Salah musim ini bukanlah tanpa alasan.
Lowongnya jadwal bermain pada musim panas lalu membuat kedua kakinya segar bugar untuk mengarungi musim baru.
Perlu diingat jika terdapat dua gelaran turnamen internasional yang melibatkan cukup banyak pemain Liga Primer Inggris pada musim panas lalu yakni Piala Eropa dan Olimpiade.
Walau Tim Nasional Mesir berlaga di Olimpiade Tokyo, Liverpool memutuskan tidak melepas Salah untuk bergabung dengan kompatriot senegaranya ke Negeri Matahari Terbit.
Untungnya, Salah menerima keputusan tersebut dan bersedia fokus menyiapkan diri untuk musim 2021-2022.
Tak hanya karena persiapan fisik dan mental yang matang, penampilan berkelas Salah juga ditunjang oleh beberapa aspek teknis.
Pertama, membaiknya performa Trent Alexander-Arnold dibandingkan musim lalu. Salah dimanjakan dengan suguhan suplai bola dan penyediaan ruang kosong oleh Trent yang kerap melakukan overlap.
Bek berusia 23 tahun ini juga membantu membongkar struktur pertahanan tim lawan menjadikan Salah punya banyak ruang untuk bermanuver.
Kedua, kembalinya pasangan bek sentral Joel Matip dan Virgil van Dijk bikin Liverpool kini kembali berani untuk menaikkan ketinggian garis pertahanan mereka dibandingkan dengan musim lalu.
Situasi tersebut bikin Salah kini lebih banyak menerima umpan kunci di area yang berbahaya sehingga daya kreasi golnya meningkat.
Kendati hingga saat ini semua berjalan sempurna bagi Salah dan Liverpool, terdapat satu perkara yang masih mengganjal kedua belah pihak itu.
Hingga kini, Salah urung meneken perpanjangan kontrak dengan Liverpool yang akan kedaluwarsa pada musim panas 2023 mendatang.
Atau dengan kata lain, Salah bisa saja minggat ke tim lain dengan harga murah apabila ia masih enggan membasahi kertas perjanjian kontrak dengan guratan tinta yang membentuk tanda tangannya.
Nominal gaji ditengarai masih jadi persoalan yang belum menjumpai titik temu. Salah yang kini berusia 29 tahun, merasa dirinya tengah berada di usia emas dan harus mendapatkan reward yang pantas dari Liverpool.
Dengan bayaran 200 ribu Poundsterling, Salah memperoleh pendapatan setara dengan Thiago Alcantara, dan lebih sedikit ketimbang penerima gaji tertinggi di Liverpool, van Dijk yang digaji 220 ribu Poundsterling per pekan.
Menurut The Athletic, pihak Salah menuntut bayaran sebesar 350 ribu Poundsterling per pekan.
Angka tersebut terasa tidak terlampau mahal jika dibandingkan dengan tiga teratas pemain penerima gaji tertinggi di Inggris yakni Kevin De Bruyne dan Cristiano Ronaldo yang disebut sama-sama memperoleh bayaran sebesar 385 ribu Poundsterling serta David De Gea yang menorehkan pendapatan senilai 375 ribu.
Dengan garansi penampilan magis di setiap pekannya, dalam kaca mata awam, jumlah tersebut harusnya dengan mudah bisa disetujui oleh pihak kampiun Inggris 19 kali tersebut.
Namun dengan selisih nominal gaji yang cukup jauh dengan pemain-pemain lainnya, dikhawatirkan situasi tersebut akan menghadirkan disharmoni dalam tubuh skuat Liverpool.
Selain itu, faktor keuangan klub juga jadi pertimbagan. Menurut laman Liverpool Echo, The Reds mengalami pembengkakan pengeluaran gaji sebesar 118 juta Poundsterling terhitung sejak lima tahun terakhir.
Dengan sokongan dana yang tak se-melimpah rival-rivalnya seperti Manchester City, Chelsea, dan Manchester United, situasi tersebut agaknya jadi pertimbangan mengapa The Reds hingga saat ini belum menyanggupi permintan gaji baru Salah.
Sebenarnya, seberapa besar urgensi mempertahankan Salah? Dengan skuad mapan dan terbukti sanggup memenangi trofi mayor seperti Kejuaraan Liga Primer Inggris dan Liga Champions Eropa, pihak Liverpool masih belum berencana untuk merombak komposisi pemain secara besar-besaran.
Buktinya, Tim Merseyside Merah lebih memprioritaskan perpanjangan kontrak pemain-pemain kunci lain seperti van Dijk, Alisson, Alexander-Arnold, Andy Robertson, Fabinho, dan Jordan Henderson ketimbang menghambur-hamburkan uang dalam jumlah besar untuk mendatangkan pemain baru layaknya Chelsea, Liverpool, dan Manchester City.
Berdasarkan situasi tersebut, semestinya tidak diragukan lagi jika Liverpool kini tengah berusaha keras untuk menggapai mufakat dengan Salah.
Terlebih lagi, musim lalu sangat menggambarkan tingginya level ketergantungan Liverpool terhadap pemain bertinggi badan 175 sentimeter tersebut.
Saat produktivitas Sadio Mane dan Roberto Firmino menurun, Salah tetap membuktikan keandalannya dan bisa dibilang ia menggendong Liverpool yang sama sekali jauh dari kata stabil akibat dilanda badai cedera untuk finis di peringkat tiga klasemen akhir dan membawa The Reds lolos ke Liga Champions musim ini.
Selain itu, Salah tampak seperti kepingan penyempurna transformasi Liverpool di bawah arahan Klopp yang dikaryakan di Stadion Anfield sejak Oktober 2015.
Semenjak bergabungnya Salah, Liverpool mulai dianggap sebagai penantang serius dalam percaturan sepakbola Eropa setelah penantian panjang sedari musim 2009-2010.
Dalam kurun waktu musim 2017-2018 hingga kini, Liverpool sukses memenangi empat piala, yakni Liga Primer Inggris, Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Klub.
Sebuah pencapaian yang hanya ada di angan-angan Liverpudlian saat bermimpi pada siang bolong di suatu hari pada medio pertengahan dekade 2010-an.
Atau dengan kata lain, Salah adalah simbol dari kesuksesan Liverpool di era modern, status yang gagal dicapai pemain sekelas Fernando Torres dan Luis Suarez sekali pun.
Tak hanya kontribusi bagi tim, raihan individu Salah selama membela Liverpool juga tak kalah mentereng.
Sebagai contoh dari sekian banyak gelar individu yang diraih oleh sosok kelahiran Nagrig, Basyun, Mesir, tersebut adalah dua gelar sepatu emas Liga Primer Inggris dan satu gelar pemain terbaik musim 2017-2018 yang ada dalam genggamannya.
Selain itu, Salah kini menduduki posisi sepuluh besar top skor sepanjang masa Liverpool dengan torehan 135 gol.
Meskipun jumlah tersebut masih kalah dari angka yang dicatatkan pemain-pemain legendaris The Reds lain seperti Ian Rush, Steven Gerrard, Michael Owen, atau Kenny Dalglish, Salah boleh berbangga hati karena dirinya menjadi pemain tercepat yang mampu membukukan 100 gol bagi Liverpool.
Salah hanya membutuhkan 151 laga saja untuk mengukir rekor tersebut, luar biasa! Mungkin saja, ia tak akan sampai melampaui rekor gol Rush yang mencapai angka 346 buah.
Akan tetapi, menyediakan waktu sebanyak-banyaknya bagi Salah untuk menambah pundi-pundi golnya lewat kesepakatan kontrak baru adalah hajat yang harus dirampungkan Liverpool sesegera mungkin.
Atau jika mau lebih asyik, sembari lelaki berambut ikal ini mendekati catatan gol Rush, memenangi kembali Liga Primer Inggris atau Liga Champions bukanlah sebuah ide yang buruk.