Rasa gembira suporter Internazionale Milano dalam merayakan keberhasilan meraih Scudetto ke-19 terasa surut dini hari tadi (27/5). Pasalnya, pihak klub secara resmi merilis kepergian Antonio Conte dari bangku pelatih I Nerazzurri.
🚨 | STATEMENT
Official statement from FC Internazionale Milano 👇 https://t.co/GRzpRBMU7A
— Inter 🏆🇮🇹 (@Inter_en) May 26, 2021
Sejak kemarin (26/5), berita tentang akan cabutnya Conte dari Stadion Giuseppe Meazza memang terus menyeruak. Kabar ini jelas mengagetkan banyak pihak, khususnya Interisti. Pasalnya, Conte sukses membentuk sebuah tim dengan kemampuan teknis mumpuni dan mentalitas kokoh.
Hal itu terbukti dengan performa memuaskan yang dipamerkan Samir Handanovic dan kawan-kawan di Serie A kendati rontok cepat dari Liga Champions serta Piala Italia.
Inter juara dengan selisih 12 angka dari AC Milan yang finis di peringkat kedua. Mereka juga melesat sebagai klub dengan rekor kebobolan tersedikit dan tim dengan catatan mencetak gol terbanyak kedua setelah Atalanta.
Bisa dibilang, Inter musim 2020/2021 yang dinakhodai Conte adalah tim terbaik sekaligus paling kompetitif mereka semenjak musim 2009/2010 saat ditukangi Jose Mourinho. Skuad ini yang mengizinkan Interisti untuk berharap lebih. Tak heran kalau banyak pihak yang menyayangkan perpisahan ini.
Ketidakselarasan visi sang pelatih dan manajemen Inter disinyalir jadi penyebab retaknya hubungan mereka. Dilansir sejumlah media Italia, Conte dan manajemen Inter ada di persimpangan terkait masa depan tim.
Sang pelatih ingin manajemen memperkuat tim dengan merekrut pemain yang ia butuhkan (termasuk menggantikan pemain yang habis kontrak) serta mempertahankan para penggawa andalan semisal Alessandro Bastoni, Nicolo Barella, Marcelo Brozovic, Achraf Hakimi, Lautaro Martinez, Romelu Lukaku sampai Milan Skriniar.
Hal tersebut perlu dilakukan untuk mempertahankan Scudetto sekaligus berbicara lebih lantang di kancah Eropa. Tanpa skuad pilih tanding, Conte merasa bahwa target yang ditetapkan manajemen kelewat tinggi.
Sementara manajemen I Nerazzurri merasa perlu melepas sejumlah pemain bintang serta pemain tak terpakai di tubuh skuad guna mengumpulkan dana segar terlebih dahulu. Dengan begitu, mereka bisa melakukan aktivitas di bursa transfer. Konon, manajemen menginginkan profit tak kurang dari 80 juta Euro dari penjualan pemain.
Selain itu, kubu manajemen juga berupaya menekan biaya operasional klub sebesar 15-20 persen agar tak membebani kas keuangan. Salah satu cara yang coba diterapkan adalah memangkas gaji pemain, pelatih, dan staf.
Kedua belah pihak memiliki alasan sehingga ngotot dengan kemauannya masing-masing. Conte ingin garansi bahwa timnya kompetitif untuk bersaing agar target yang ditetapkan manajemen dapat dijangkau. Sedangkan kubu manajemen ingin menjamin keberlangsungan klub untuk tahun-tahun selanjutnya mengingat pendapatan menurun drastis selama pandemi Covid-19.
Perundingan yang dilakukan kedua kubu akhirnya menemui titik akhir. Conte dan Inter sepakat untuk berpisah. Uniknya, I Nerazzurri rela mengeluarkan dana sebesar 7 juta Euro sebagai kompensasi pemutusan hubungan kerja. Sang allenatore sendiri masih punya kontrak semusim lagi.
Kendati begitu, pihak klub memasukkan klausul bahwa Conte tidak boleh melatih klub Serie A manapun selama satu musim ke depan. Andai pria kelahiran Lecce itu bersikukuh menerima pinangan tim Serie A lainnya pada musim 2021/2022, maka kewajiban Inter membayar pesangonnya akan hangus.
Antonio #Conte la prossima stagione non potrà allenare una squadra di Serie A. Lo prevede l’accordo raggiunto fra l’ #Inter e l’allenatore
— franco vanni (@franvanni) May 26, 2021
Situasi yang terjadi di tubuh Inter memang sangat pelik, utamanya dari segi finansial. Beberapa waktu lalu, mereka sudah menerima pinjaman dari Oaktree Capital sebesar 275 juta Euro yang 33 juta Euro di antaranya digunakan untuk mengakuisisi saham minoritas I Nerazzurri yang dipegang oleh LionRock Capital.
Jumlah uang yang cukup masif itu sendiri digunakan manajemen Inter buat membereskan semua problem keuangan. Misalnya saja pelunasan gaji para pemain, pelatih, dan staf. Hingga membayar cicilan transfer yang disepakati dengan klub lain.
Bisa dikatakan, tak ada sepeser pun dari dana tersebut yang dialokasikan untuk beraktivitas di bursa transfer pemain. Kian menohok, saham mayoritas klub yang dipegang Suning Group dijaminkan kepada Oaktree Capital andai mereka tak sanggup melunasi pinjaman itu selama tiga tahun.
Realita ini bahkan membuat sejumlah Interisti menyayangkan keputusan Suning Group yang ogah melepas I Nerazzurri ketika ada beberapa investor yang ingin mengambilalih klub pada awal tahun 2021. Jangan pula kaget bila akhirnya tanda pagar #SuningOut mulai berkeliaran di media sosial.
Siapa Pengganti Conte?
Dalam situasi sepelik ini, Inter diharuskan mencari pelatih anyar guna menyongsong musim baru. Diakui atau tidak, ini bukan persoalan yang sepele. Terlebih sang juru taktik kudu berkompromi dengan kemauan pihak I Nerazzurri.
Sejauh ini, ada beberapa nama yang dilambungkan sebagai calon pelatih baru Inter. Mereka adalah Max Allegri, Simone Inzaghi, Sinisa Mihajlovic, dan Maurizio Sarri. Namun untuk nama pertama, I Nerazzurri tampaknya kudu bersaing dengan klub-klub lain yang konon mengincar jasanya seperti Juventus dan Real Madrid.
Berkaca pada hal itu dan pendekatan yang terus dilakukan Real Madrid yang baru saja ditinggalkan Zinedine Zidane, rasanya mustahil melihat Allegri bergabung ke Stadion Giuseppe Meazza. Apalagi ia adalah pelatih dengan kaliber juara dan punya ambisi untuk menjadi kampiun terus-menerus.
Satu-satunya probabilitas yang bisa membuat Allegri batal merapat ke Stadion Santiago Bernabeu dan bisa didekati Inter adalah keputusan Los Blancos untuk mendatangkan pelatih lain. Misalnya saja, Conte. Ya, kalian tidak salah baca sebab Conte punya kesempatan untuk berlabuh ke ibu kota Spanyol kapan saja.
Alhasil, opsi bagi manajemen kemungkinan besar mengerucut pada nama Inzaghi, Mihajlovic, dan Sarri. Ketiga sosok ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dari isu yang berhembus, manajemen Inter sudah menjalin kontak dengan nama pertama.
Siapapun pelatih baru yang datang, adaptasi mesti dilakukan oleh para pemain. Hal ini juga belum menghitung berbagai penyesuaian lain yang mesti terjadi. Ironisnya, kualitas skuad yang akan ditangani sang pelatih anyar berpotensi tergerus karena dijualnya para penggawa bintang.
Lagipula, siapa yang bisa menjamin Barella, Bastoni, Brozovic, Hakimi, Lautaro, Lukaku, dan Skriniar akan tetap berseragam Inter saat ini? Tak ada!
Dapat dipastikan, pelatih yang mau melatih I Nerazzurri musim depan adalah sosok yang nekat sekaligus nerimo. Nekat karena membesut tim yang sedang mengalami banyak masalah internal dan nerimo sebab mau menerima segala keputusan manajemen terkait gerak-gerik klub plus digaji lebih murah dibanding pendahulunya.
Walau musim ini berstatus sebagai kampiun Italia, musim depan dan selanjutnya bisa berjalan sangat berat untuk Interisti di manapun berada karena tak ada garansi bahwa klub kesayangan mereka akan tetap kompetitif.
Bukannya bersaing di jalur juara, bisa-bisa Inter hanya memperebutkan tiket lolos ke Europa Conference League. Hello darkness, old friend. Tetap tabah, ya, Interisti.