Performa Manchester United di kompetisi domestik memang tengah meningkat sebelum liga dihentikan akibat pandemi. Namun, libur beberapa bulan tersebut tak menghentikan laju Setan Merah yang semakin ganas setelah Liga Inggris dimulai kembali.
Mereka yang sebelumnya berkutat di papan tengah bersama Wolverhampton dan Sheffield United, mulai memperlebar jarak di klasemen. Setali tiga uang, Chelsea juga menunjukkan tren apik, walaupun penampilan The Blues tak sementereng anak asuh Ole Gunnar Solskjaer.
Kedua tim besar tersebut mulai mengejar raihan poin Leicester City. Di bawah Brendan Rodgers, mereka memang berhasil bertengger di papan atas sejak awal musim. Namun, The Foxes terlihat kehabisan bensin setelah paruh musim berjalan.
Situasi tiga tim tersebut, sejak beberapa pekan lalu, telah memunculkan ramalan bahwa perebutan tiket Liga Champions akan menjadi menarik. Jarak poin yang teramat mepet dapat membuat setiap pertandingan menjadi laga antara hidup dan mati.
Prediksi tersebut tak sepenuhnya salah. Kenyataan yang terjadi, secara garis besar, memang tidak jauh berbeda. Namun, detail realita sungguh mengecewakan para penggemar.
Poin Leicester, Chelsea, dan United memang hanya beselisih sebiji saja saat ini. Bahkan, sudah sejak tiga pekan lalu posisi mereka hanya berjarak satu kemenangan saja. Namun, alih-alih berlomba-lomba mengamankan posisi empat besar secepatnya, tiga tim tersebut justru membuang-buang poin.
The Foxes menjadi yang paling mengecewakan. Sebenarnya, mereka telah unggul 5 poin dari Chelsea sebelum kompetisi dihajar pandemi. Namun, setelah itu, raihan satu poin lebih sering dibawa pulang oleh Jamie Vardy dan rekan-rekan.
Salah satunya saat hanya dapat mencuri satu gol dalam seperempat jam terakhir melawan tim semenjana yang bermain 10 orang, yakni Arsenal. Sepekan selanjutnya, Leicester malah dihajar Bournemouth dengan skor mencolok 4-1.
Padahal, andai menang, The Foxes dapat menjauh dari Chelsea. Dua hari sebelumnya, anak buah Frank Lampard itu baru saja dihantam Sheffield United tiga gol tanpa balas. Kelengahan lini pertahanan ditambah blunder Kurt Zouma yang mencolok menjadikan mereka bahan tertawaan.
Yang tersenyum paling lebar melihat situasi itu, tentu saja merupakan fans United. Mereka tidak tahu saja bahwa sehari setelah kekalahan Leicester, Harry Maguire akan memilih menjaga ketat rekannya sendiri, Aaron Wan-Bissaka, dan menyebabkan gol bagi Southampton.
Hanya meraih satu poin di laga tersebut, membuat garuk-garuk kepala. Ia semestinya dapat membawa Setan Merah ke posisi tiga kala itu, andai bek termahal miliknya bisa mengantisipasi sepak pojok di akhir laga itu.
Kondisi serupa terjadi lagi. Di mulai dari Leicester yang terpancing sepakbola reaktif Jose Mourinho dan berakhir dengan dua gol Harry Kane serta satu gol bunuh diri James Justin ke gawang Kasper Schmeichel.
Jelas saja pendukung Setan Merah yang optimisnya bukan main itu senang bukan kepalang. Namun, di akhir pekan, United justru direpotkan oleh West Ham di Old Trafford. David Moyes, yang sudah menjadi mantan pelatih, masih saja menyusahkan.
Dengan penampilan ala kadarnya itu, United bisa-bisanya naik ke peringkat ketiga. Penyebabnya, Chelsea dihajar oleh bala tantara Jurgen Klopp yang sudah tak tahan lagi mengangkat trofi Liga Primer Inggris.
Menjengkelkan betul kisah perebutan dua tempat di Liga Champions itu. Di sisi lain, penampilan angin-anginan tiga tim tersebut dapat digunakan untuk menarik kesimpulan tentang persaingan di Liga Inggris. Di lihat dari posisinya di klasemen, mereka tidaklah buruk. Bahkan, bisa dibilang berada di papan atas karena memperebutkan tempat ketiga hingga kelima.
Ironinya, tim yang berada di posisi tersebut justru tidak menunjukkan performa yang kompetitif. Sementara itu, Liverpool, sebagai pemuncak klasemen, dielu-elukan karena memperlihatkan konsistensi yang luar biasa hebat sepanjang musim.
Ketika klub yang bertengger di atas saja tidak bisa memberikan performa yang solid untuk sekadar mendekati konsistensi The Reds, bagaimana dengan klub yang berada di posisi lebih rendah?
Melihat situasi tersebut, pantas saja jika Liverpool meninggalkan jauh para pesaingnya. Jangankan untuk mengejar Jordan Henderson dan kolega yang hampir menembus 100 poin, untuk mengamankan posisi empat besat yang cuma membutuhkan sekitar 65 angka saja Leicester, Chelsea, dan United sudah terengah-engah.
Ketika banyak olok-olok ditujukan kepada Arsenal yang disebut selalu punya cara tak terduga untuk menyakiti diri sendiri, sejatinya The Foxes, The Blues, dan The Red Devils tak juga lebih baik dari meriam yang tengah melempem itu.
Buktinya, dalam tiga pekan terakhir, tiga tim tersebut menunjukkan bahwa mereka juga ahli dalam membanting ekspektasi pendukungnya sendiri. Dan patut ditunggu pada pekan pamungkas Liga Inggris ini, siapa yang akan dikecewakan paling berat.