Genderang perang di ajang Liga Champions musim 2021/2022 resmi ditabuh semalam. Sejumlah klub telah memainkan laga perdananya pada babak penyisihan grup.
Siapapun tahu, Liga Champions adalah kejuaraan yang sangat prestisius. Klub-klub seantero Eropa berjuang ekstra keras demi memenangkan trofi Si Kuping Besar.
Keringat diperas, tenaga digeber, bahkan tubuh sampai berdarah-darah. Semuanya demi asa mengangkat tinggi-tinggi gelar Liga Champions.
Ajang yang berubah nama per musim 1992/1993 ini sendiri memiliki beberapa fakta menarik yang layak diperhatikan para fans.
Fakta-fakta yang berkaitan dengan kerinduan, masa depan, rekor buruk dan lain sebagainya.
Apa saja, sih, fakta yang menarik dari Liga Champions musim ini?
Kembalinya Raja dari Italia
Secara tradisi, AC Milan adalah klub yang sangat kuat di Liga Champions. Mereka selalu diperhitungkan sebagai tim yang digdaya.
Buktinya tersaji dengan 7 trofi dari 11 kali mentas ke final. Mereka pun sah menjadi kesebelasan kedua di Eropa dengan trofi Si Kuping Besar terbanyak setelah Real Madrid.
Sayangnya, dalam kurun tujuh musim ke belakang, I Rossoneri absen dari ajang ini. Menyedihkan sekaligus memalukan memang.
Setelah lama tak berkompetisi, Milan akhirnya punya kesempatan untuk meneruskan tradisinya.
Keberhasilan finis di empat besar Serie A 2020/2021 lalu menghadiahkan tiket lolos ke fase grup Liga Champions musim ini.
Pada undian lalu, anak asuh Stefano Pioli berada satu grup bersama Atletico Madrid, Liverpool, dan Porto.
Kesempatan lolos ke fase berikut tetap terbuka walau lawan yang mereka hadapi bukan kaleng-kaleng.
Mampukah Milan memberi impresi pada comeback-nya di kejuaraan antarklub Eropa nomor wahid ini?
Pencipta Sejarah dari Transnistria
Bagi banyak penggemar sepakbola, nama Sheriff Tiraspol mungkin tak kelewat akrab. Mereka adalah klub dari Transnistria, sebuah negara tak berdaulat yang diakui Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai bagian dari negara Moldova.
Klub berjuluk The Yellow-Black tersebut didirikan oleh seorang mantan polisi bernama Victor Gusan pada tahun 1997 atau tepat 24 tahun lalu.
Sheriff menjadi klub pertama asal Moldova yang berhasil tampil pada putaran final kompetisi tertinggi Benua Biru.
Perjalanan Sheriff hingga lolos ke putaran fin Liga Champions begitu brilian. Diawali dengan menjuarai Liga Moldova 2020/2021 dan berhak atas slot ke babak kualifikasi.
Pada laga kualifikasi pertama mereka berhasil melibas Teuta (Albania) dengan agregat 5-0.
Pada babak kualifikasi kedua sanggup menyudahi perlawanan Alashkert (Armenia) dengan agregat 4-1.
Sementara di babak kualifikasi ketiga, giliran raksasa Serbia, Red Star Belgrade, yang ditekuk dengan agregat 2-1.
Terakhir, jagoan Kroasia, Dinamo Zagreb, yang berhasil mereka mangsa pada babak playoff via agregat 3-0.
Akankah The Yellow-Black memunculkan kejutannya di fase grup?
Panggung untuk Satu Era Baru
Pada satu dekade terakhir Liga Champions selalu menjadi panggung bagi Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, dan Robert Lewandowski.
Mereka bertiga bertengger sebagai tiga pencetak gol terbanyak Liga Champions yang masih aktif bermain.
Ronaldo pada peringkat pertama (134 gol/176 pertandingan), Messi di posisi kedua (120 gol/149 pertandingan), dan Lewandowski ketiga (73 gol/96 pertandingan).
Sementara peringkat keempat dan kelima ada dua penggawa muda yang disebut-sebut sebagai poros masa depan, Kylian Mbappe (27 gol/45 pertandingan) dan Erling Haaland (20 gol/16 pertandingan).
Berdasarkan catatan The Analyst, rekor gol Mbappe sudah menyamai rekor Messi yaitu mengemas 27 gol dalam 45 pertandingan.
Hal itu bahkan telah mengungguli catatan Ronaldo yang membutuhkan 67 pertandingan untuk mengemas 27 gol di Liga Champions.
Sementara itu catatan rasio gol Haaland lebih mengerikan lagi. Striker berambut pirang ini mampu membuat 20 gol pada pertandingan ke-14 yang dijalaninya di Liga Champions.
Catatan tersebut memecahkan rekor Harry Kane yang menorehkan 20 gol pada pertandingan ke-24 yang ia lakoni pada ajang ini.
Dengan usia yang jauh lebih muda dan catatan rasio gol tersebut, Mbappe dan Haaland diprediksi akan tampil sebagai aktor utama yang akan mengantikan era kedigdayaan Messi-Ronaldo serta Lewandowski.
Nasib Buruk Malmo
Malmo yang kini dilatih Jon Dahl Tomasson akhirnya beraksi lagi pada ajang Liga Champions.
Lolos ke fase gugur atau terpental ke Liga Europa mungkin ada di benak mereka. Namun salah satu hal utama yang ingin mereka hindari adalah catatan buruk dari dua keikutsertaan di Liga Champions sebelumnya.
Dua edisi Liga Champions sebelumnya bagi Malmo selalu berakhir dengan mimpi buruk. Berakhir sebagai juru kunci dan menderita defisit gol sebanyak dua digit.
Pada musim 2014/2015 selisih gol mereka minus 11. Sementara di musim 2015/2016, catatannya jadi kian buruk yakni minus 20.
Statistik tersebut bikin Malmo menjadi kesebelasan kedua sepanjang histori Liga Champions dengan selisih gol terburuk di satu musim keikutsertaan.
Mereka hanya kalah dari wakil Belarusia, BATE Borisov, yang selisih golnya mencapai minus 22 pada musim 2014/2015.
Presensi Tomasson jelas memberi angin segar di tubuh klub. Namun berkompetisi di Eropa tak pernah mudah.
Dini hari tadi (15/9), Malmo dibantai Juventus di kandang sendiri dengan skor 0-3. Bayang-bayang merasakan kepahitan yang sama pun menyeruak.
Terlebih pada fase grup, lawan yang mereka hadapi tidak mudah. Selain Juventus, ada kampiun Rusia, Zenit St. Petersburg, dan juara bertahan Liga Champions, Chelsea.