Semifinal Piala Presiden Milik Para Gelandang

Dua laga semifinal yang sudah dilangsungkan Sabtu-Minggu malam lalu membawa euforia berlebih bagi pendukung Sriwijaya dan tentunya para bobotoh Persib. Kemenangan agregat masing-masing yaitu dari Persib atas Mitra Kukar, disusul kemenangan berharga Sriwijaya atas Arema Cronus membuat dua tim tersebut lolos ke partai puncak yang rencananya akan digelar 18 Oktober nanti di Stadion Dipta, Gianyar, Bali (lokasi final masih menunggu pengumuman resmi Mahaka).

Lalu, siapa sajakah yang bersinar di semifinal yang telah berlangsung tersebut?

Ada dua nama yang penulis pilih untuk dinobatkan sebagai yang paling menonjol dalam dua laga semifinal yang berlangsung. Dari sisi Persib Bandung, saya memilih nama Makan Konate, sedangkan untuk Sriwijaya FC, saya menyodorkan nama gelandang tangguh asal Sulawesi, Asri Akbar. Maka sesuai dengan judul artikel di atas, tulisan ini akan khusus mengupas mengapa dan bagaimana dua gelandang tersebut bisa menjadi yang terbaik selama laga semifinal berlangsung.

Makan Konate

makan-konate

Konate Makan atau Makan Konate, terserah anda mau bagaimana menyebutnya, datang ke Persib dengan paket bersama Djibril Coulibaly dari Barito Putera. Dan pada musim awalnya, Konate yang seorang gelandang serang berhasil mengoleksi 14 gol dan membawa Persib juara Liga untuk pertama kalinya setelah 19 tahun puasa gelar. Torehan yang bahkan tidak bisa dipenuhi saat Persib masih dihuni Sergio Van Dijk atau Christian Bekamenga dulunya.

Berbeda dengan Djibril Coulibaly yang diputus kontraknya karena cedera, Konate justru tampil konsisten dan tetap membela panji Persib di Liga Indonesia musim 2015 sebelum terhenti karena pembekuan PSSI. Kendati sempat pulang kampung ke Mali, tatkala Persib mengkonfirmasi keikutsertaannya di Piala Presiden 2015, Konate bersama Vladimir Vujovic dan Illija Spasojevic adalah nama pemain asing yang diikat kontrak dan dipanggil lagi untuk membela Persib.

Ada beberapa sosok pemain Persib yang patut diidolai, menurut versi saya. Selain Hariono, M. Ridwan hingga Firman Utina, masih ada sang gelandang berkebandangan Mali sebagai salah satu pemain yang memang patut diidolai dari versi saya. Gol-nya yang paling berkesan bagi saya saat dia merebut umpan back pass Ahmad Alfarizie dari Arema saat semifinal musim lalu dan mencetak gol ketiga Persib di pertandingan itu sekaligus menyudahi perlawanan Arema melalui perpanjangan waktu. Tidak hanya gol, umpan kepalanya kepada Vladimir Vujovic di penghujung laga membuat Persib menyamakan kedudukan dan memaksa perpanjangan waktu. Namun, gol Konate di semifinal itu sangat berkesan. Tidak hanya menyudahi perlawanan Arema, namun juga membukakan jalan Persib untuk mengunci tiket final hingga kemudian menjuarai liga setelah menumbangkan Persipura lewat drama adu penalti.

Di gelaran Piala Presiden, Konate walau bermain stabil, masih belum menyumbang gol hingga babak delapan besar saat melawan Pusamania Borneo FC di kandang. Di kala Persib keteteran karena harus mengejar gol untuk lolos, Borneo justru mampu mencuri gol tandang di Jalak Harupat melalui gol Jajang Mulyana waktu itu. Gol kaki kiri yang dicetak Makan Konate tersebut membangkitkan semangat Persib untuk mengejar gol tambahan dan ditutup dengan gol Zulham Zamrun untuk membawa Persib lolos ke semifinal. Laga yang diwarnai tiga kartu merah tersebut, dalam hemat saya, adalah ajang Konate untuk semakin menunjukkan peran vitalnya bagi Persib.

BACA JUGA:  Tren Bisnis Sepakbola Indonesia Berubah, PSSI Tidak

Semalam, Konate menunjukkan kenapa dia masih layak disebut pahlawan Persib. Walau tidak menyumbang gol, pergerakan dan mobilitasnya di lini tengah bersama Hariono dan Firman Utina memungkinkan aliran bola terjaga untuk lini depan. Dan satu tendangan kerasnya pun menghasilkan rebound yang bisa dimaksimalkan Atep untuk membawa Persib unggul 2-1. Fleksibilitas Konate untuk bermain sebagai gelandang serang atau bergantian dengan Firman Utina untuk menjadi pemain pivot sangat membantu transisi Persib dalam bergantian menerapkan formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3. Konate membawa dimensi permainan yang dinamis bagi Persib ketika beberapa pemain kunci Persib pun yang kembali dari hukuman kartu bisa ikut bersinergi dengan Konate secara baik. Sedikit trivia, kenapa saya menyebut Konate sebagai pahlawan, karena dia pun kebetulan lahir tepat tanggal 10 November. Anda tentu sadar kan setiap tanggal itu kita merayakan hari apa di Indonesia?

Kontribusi pemain dalam era sepak bola modern sekarang tidak hanya dilihat dari kontribusi gol atau assist. Ada beberapa statistik yang mampu memberi sajian kepada kaum awam untuk melihat kontribusi si pemain dalam sebuah pertandingan. Misal, chances yang dibuat dalam satu pertandingan atau key passes yang dilepaskan. Dan peran Konate semakin mencolok, baik saat menyerang, ataupun turun bertahan, karena tak jarang, di laga semifinal, Konate kerap berduel langsung dengan Rizky Pellu atau Eka Ramdani saat membantu merebut bola dan mengembalikan possession. Pokoknya, apa pun kondisinya, Konate solusinya. Karena dia hampir ada di setiap lini, baik tengah, depan, kanan atau kiri entah untuk transisi penyerangan atau membantu bertahan.

Peran nyata Konate juga membantu Djajang Nurdjaman untuk menentukan komposisi gelandang tengahnya. Fleksibelnya Konate bisa membantu Djajang menentukan komposisi dua gelandang tengah yang diturunkan nantinya di partai final untuk mendampingi Makan Konate. Namun apa pun itu, keberadaan Konate bisa membuat Persib memenangi duel lini tengah di setiap pertandingannya.

Asri Akbar

asri-akbar

Gelandang tangguh jebolan Persim Maros ini dahulunya sempat membela Persib selama satu musim pada 2012-2013. Bersama dengan Hariono saat itu, Asri Akbar digadang-gadang akan memberi stabilitas di lini tengah Persib. Namun sayang, Asri Akbar memilih hengkang ke Sriwijaya di akhir musim. Kecenderungan menggunakan Hariono dan meningkatnya peran Hariono saat itu, membuat impian bobotoh melihat duo Hariono-Asri Akbar langgeng di Persib harus pupus.

Peran Asri Akbar sendiri terkenal karena determinasi dan tendangan jarak jauhnya yang menawan. Beberapa kali itu kerap dia tunjukkan sejak membela PSM Makassar dan Persiba Balikpapan.

Dalam laga semifinal, sejak leg pertama memang Sriwijaya tidak diunggulkan mengingat meratanya skuat Arema dan kohesi pemain Arema yang sudah lama terbentuk karena tidak mengalami perubahan drastis. Dibanding Sriwijaya yang merombak skuat dan berganti pelatih, Arema jauh lebih tertata dan lebih siap secara mental. Namun hasil 1-1 di kandang Arema, membuat Sriwijaya sedikit di atas angin karena mengantongi keuntungan gol tandang. Di laga itu pun Asri Akbar yang notabene baru sembuh dari cedera tidak bermain penuh dan harus digantikan pada pertengahan babak kedua. Fachrudin Aryanto dan Wildansyah jadi sosok protagonis bagi Sriwijaya di leg pertama saat itu.

BACA JUGA:  Mengingat Christian Lenglolo, Mengingat PSIR

Di laga kedua yang berlangsung di stadion Manahan, Solo, nampaknya naskah cerita memang sudah digariskan untuk menjadi milik Asri Akbar. Momentum Sriwijaya yang cenderung bertahan dan mempertahankan keunggulan gol tandang dimanfaatkan Arema yang turun menyerang dan menekan sejak menit awal. Trio gelandang SFC kemarin yang diisi Asri Akbar-Yu Hyun Koo-Syakir Sulaiman kewalahan menghadang determinasi Juan Revi-Fery Aman Saragih di lapangan tengah. Namun sejak water break dan momentum digantinya Fery Aman dengan I Gede Sukadana, titik balik penampilan Asri Akbar menjadi angin segar bagi lini tengah Sriwijaya. Puncaknya saat dia merebut bola dari Sukadana dan menerobos penjagaan Juan Revi untuk melepas tendangan jarak jauh yang menembus gawang Kurnia Meiga, dan memberi keunggulan untuk Laskar Wong Kito.

Di babak kedua pun, peran Asri Akbar cukup dominan karena bergantian dengan Yu Hyun Koo dia mampu mengisi lini tengah dan mengalirkan bola untuk Syakir yang cenderung lebif ofensif. Jika Konate Makan mampu bermain sebagai gelandang serang atau pivot, Asri Akbar, menurut hemat saya, justru lebih bertipe penjelajah sebagai box to box. Dan kemampuan ini cukup membantu Sriwijaya untuk memenangi duel lini tengah dan memaksa Arema memainkan bola panjang yang kerap dikirim lini tengah ke Samsul Arif atau Lancine Kone dan jelasnya mudah diantisipasi lini belakang SFC.

Walau ditarik keluar bersama Titus Bonai selepas gol Lancine Kone, peran Asri Akbar masih sangat layak mendapat apresiasi tinggi karena walaupun gol kemenangan dicetak Talaohu Abdul Musafri, kunci kemenangan Sriwijaya kemarin malam adalah lini tengah yang dikuasai sepenuhnya karena keberadaan Asri Akbar yang mampu bersinergi dengan Yu Hyun Koo untuk menjaga kedalaman dan mengalirkan bola. Ada beberapa pemain yang menonjol di Sriwijaya saat bersua Arema, selain Asri Akbar ada duet bek tengah Abdoulaye Maiga dan Fachrudin Aryanto. Atau kiper Dian Agus Prasetyo. Namun menilik kontribusi, dan terlebih juga gol-nya di penghujung babak pertama, rasa-rasanya memilih Asri Akbar sebagai pemain terbaik di laga di Solo tidaklah terlalu berlebihan, bukan?

Akan menarik melihat duel lini tengah kedua tim saat final nanti. Terlebih secara taktikal, pendekatan kedua tim cukup sama dan kerapkali menggunakan 4-3-3 yang bertransformasi menjadi 4-2-3-1 di beberapa momen tertentu dalam pertandingan. Dengan pemutihan kartu Hariono dan Asri Akbar yang kembali fit dan tengah dalam titik terbaik permainannya, duel lini tengah agaknya mampu menjadi hiburan tersendiri di partai final mendatang.

 

Komentar
Penulis bisa dihubungi di akun @isidorusrio_ untuk berbincang perihal banyak hal, khususnya sepak bola.