Arturo Vidal dan Jodoh yang Tertunda

Neuzugang Arturo Vidal vom Fußball-Bundesligisten FC Bayern München posiert am 28.07.2015 in seinem neuen Trikot während einer Pressekonferenz in der Allianz Arena in München (Bayern). Foto: Sven Hoppe/dpa +++(c) dpa - Bildfunk+++

“Kalau jodoh tak akan lari ke mana”. Ungkapan ini sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Maknanya jelas, jika dua pihak sudah digariskan untuk bersatu maka apa pun yang terjadi keduanya akan tetap bersatu.

Ungkapan tersebut nampaknya cocok dengan situasi gelandang berkebangsaan Chile, Arturo Vidal. Pemain yang turut mengantarkan negaranya menjuarai Copa America 2015 ini pada 2011 diminati oleh raksasa Jerman Bayern Munich. Vidal pun kala itu diberitakan telah mencapai kesepatakan untuk bergabung dengan FC Hollywood. Jupp Heynckess, pelatih tim Bavaria ketika itu, seperti dilansir Bild bahkan sudah mengatakan bahwa Vidal hanya akan pindah ke Muenchen. Namun nasib pemain sepak bola sedikit banyak tergantung kebijakan klub. Bayer Leverkusen tempatnya bermain kala itu menolak menjual sang pemain ke sesama klub Bundesliga.

Pada situasi inilah datang raksasa Italia Juventus yang mencoba membangun kembali puing-puing kejayaan mereka pascaskandal pengaturan skor Calciopoli. Mahar sebesar sepuluh juta Euro pun disetujui Leverkusen dan Vidal pun berganti kostum putih hitam. Kepindahan Vidal ke Serie A langsung mengundang komentar Presiden Bayern Muenchen Uli Hoeness. “Vidal telah melanggar janji,” sebut mantan pemain timnas Jerman itu.

Empat tahun berselang, Vidal turut membantu Juventus kembali merajai Italia. Empat gelar scudetto dalam empat tahun berhasil direngkuh La Vecchia Signora bersama Vidal di ruang mesin. Tak hanya itu, akhir musim 2014/2015 mantan pemain Colo-Colo ini bahkan turut mengantar Juventus ke final Liga Champion, final pertama mereka sejak 2003.

Dalam rentang waktu yang sama Muenchen pun nampaknya telah move on dari kegagalan merekrut Vidal. Sederet pemain bintang berdatangan, mulai penjaga gawang Manuel Neuer, bek Jerome Boateng hingga sang pemain termahal Javi Martinez. Mereka turut membentuk Muenchen menjadi kekuatan paling menakutkan di Eropa. Tiga gelar juara –Bundesliga, DFB Pokal dan Liga Champion– diraih pasukan Jupp Heynckess itu pada musim 2012/2013. Komposisi pasukan Muenchen hanya bisa disamai oleh dua raksasa Spanyol, Real Madrid dan Barcelona.

BACA JUGA:  Surat Terbuka Untuk Adidas

Saat kedua belah pihak tengah menapaki jalan masing-masing, saat itulah takdir mempertemukan mereka kembali. Pindahnya gelandang Bastian Schweinsteiger ke Manchester United menyisakan satu tempat kosong di lini tengah Muenchen. Belum lagi kehadiran Direktur Teknik, Michael Reschke, di deretan pajabat kunci klub. Reschke yang pindah dari Leverkusen pada 2014 adalah sosok yang mendatangkan Vidal ke Jerman.

Reschke pulalah yang telah meyakinkan direksi Muenchen untuk melupakan sakit hati atas kegagalan transfer Vidal pada 2011. CEO Muenchen Karl Heinz Rummenigge menyebut Reschke telah memberitahunya bahwa kegagalan transfer Vidal pada 2011 karena Leverkusen menolaknya.

Di satu sisi Juventus tengah melakukan perubahan komposisi skuat. Vidal sebagai salah satu pemain penting yang sempat menurun performanya lantaran cedera tahun lalu, diminati oleh banyak klub besar yang siap membayar mahal. Beberapa klub Inggris dikabarkan siap meminang salah satu gelandang box to box terbaik dunia itu.

Namun, hanya Muenchen yang serius berminat mendatangkan Vidal. Keseriusan itu ditunjukkan dengan uang sebesar 37 juta Euro –via transfermarkt.de– yang dibayarkan Muenchen untuk mendatangkan pemilik 69 caps bersama Chile itu.

Tepat pada 28 Juli 2015, Vidal akhirnya secara resmi menandatangai kontrak berdurasi empat tahun dengan Muenchen. Transfer yang akhirnya terealisir setelah empat tahun “tertunda”.

Menarik dilihat bagaimana kiprah Vidal di Muenchen. Bukan rahasia lagi jika penampilan gelandang pencetak 12 gol bagi Chile ini tak semaksimal sebelum operasi lutut pada 2014. Vidal sendiri sempat mengakui hal itu, meski belakangan mengaku sudah pulih 100%. Entah bagaimana kebenarannya, hanya penampilan di lapangan yang akan membuktikan.

BACA JUGA:  Timbul Tenggelam Bersama Igor Protti

Meski mendatangkan pemain berkelas dalam sosok Vidal, Muenchen tak lepas dari kritik. Salah satunya menyangkut masa depan karir sang pemain. Dalam usia 28 tahun Vidal diprediksi tak akan lama berada di puncak permainan. Terlebih melihat gaya bermain Vidal yang sangat menguras fisik. Kecuali ia bisa menyesuaikan gaya bermain dengan usianya, pemain kelahiran Santiago ini mungkin hanya akan maksimal hingga tiga tahun ke depan.

Muenchen sudah menanti empat tahun dan mereka masih saja memilih Vidal. Klub peraih treble winners 2013 ini bahkan rela mengeluarkan uang berlipat-lipat dari nilai transfer Vidal sebelumnya. Akan sangat disayangkan jika akhirnya pencetak 35 gol di Serie A ini tak maksimal akibat terkendala kondisi fisik. Adalah tugas pelatih Pep Guardiola dan tim dokter Muenchen untuk memastikan penantian Muenchen tidak sia-sia.

 

Komentar
Fans bola layar 14", karena fans layar kaca sudah terlalu mainstream.