Bertahanlah di Old Trafford, Pogba!

Nama Paul Labile Pogba sudah tak asing di telinga para penggemar sepakbola. Pemain nyentrik asal Prancis ini dianggap sebagai salah satu gelandang top dunia.

Mengawali karier di akademi US Torcy Youth dan Le Havre U-17, bakat Pogba lalu tersaring oleh talent scout Manchester United.

Ia lantas diboyong ke Inggris dan bergabung ke tim U-18 United. Kemampuannya yang menjanjikan sedari belia bahkan membuatnya digadang-gadang bisa menyejajarkan diri dengan gelandang legendaris United, Paul Scholes.

Akan tetapi, menembus skuad utama The Red Devils bukan persoalan gampang untuknya. Kurangnya kepercayaan dari Sir Alex Ferguson membuat Pogba hijrah ke Italia buat bergabung dengan Juventus secara gratis.

Sebetulnya, manajemen United sudah menawarinya perpanjangan kontrak. Namun pihak Pogba menolak sebab tak mendapat jaminan bermain lebih banyak.

Pogba merasa bahwa dirinya sebagai penggawa muda butuh menit bermain yang tinggi untuk menambah pengalaman sekaligus meningkatkan kemampuan.

Sementara manajemen I Bianconeri berani memberi garansi jika pemain beragama Islam ini bakal mendapat kepercayaan lebih untuk bermain dengan seragam Juventus.

Di Juventus, ia hanya butuh waktu sekitar dua musim untuk menjadi andalan di lini tengah.

Kariernya meroket sebagai seorang gelandang. Bermain bersama sejumlah nama besar seperti Claudio Marchisio, Andrea Pirlo, hingga Arturo Vidal membuat Pogba berkembang menjadi gelandang yang komplet.

Ia sanggup menjadi salah satu tumpuan kreativitas Juventus. Pogba juga bisa menjadi sumber gol dan asis bagi tim.

Total, dalam 178 pertandingan bersama I Bianconeri, Pogba mengemas 34 gol dan 40 asis. Rata-rata, ia menyumbang 1 gol atau 1 asis per dua pertandingan!

Presensi Pogba membuat Juventus sangat kukuh. Mereka begitu digdaya di Italia dengan merengkuh delapan gelar domestik. Masing-masing empat Scudetto dan sepasang Piala Italia serta Piala Super Italia.

Aksi-aksi mengagumkan Pogba di Italia lantas menarik atensi United sekali lagi. Pada musim panas 2016, ia dibawa pulang ke Old Trafford lewat mahar sensasional, 105 juta Euro! Pogba pun sah menjadi pemain termahal The Red Devils sepanjang sejarah.

Mengenakan lagi baju berwarna merah khas United yang ketika itu dinakhodai Jose Mourinho, Pogba langsung menjadi andalan di sektor tengah. Kekuatan tubuh yang ditunjang kemampuan umpan eksepsional membuat dirinya tak tergantikan.

Kendati gagal meraup titel Premier League, Pogba mengantar United memenangkan Piala Liga dan Liga Europa pada musim perdananya kembali ke Inggris.

Perjalanan mulus pada musim pertama tak menjamin cerita yang sama di musim berikutnya. Ungkapan tersebut rasanya cocok bagi pemain setinggi 191 sentimeter ini.

Ada begitu banyak hambatan yang ia alami. Mulai dari cedera, kecocokan dengan gaya bermain tim serta rekannya, sampai konflik internal. Alhasil, nama Pogba mulai tenggelam sebagai gelandang kelas dunia dan disebut-sebut ingin minggat dari kota Manchester.

Penampilannya yang dahulu garang berubah inkonsisten. Ia bisa sangat bagus di satu laga, tetapi dalam laga selanjutnya tampil super jeblok.

Padahal Pogba didampingi sejumlah pemain berkualitas di sektor tengah United. Mulai dari Marouane Fellaini, Juan Mata, Nemanja Matic, sampai Jesse Lingard.

Tatkala Mourinho didepak oleh manajemen The Red Devils dan disubstitusi oleh Ole Gunnar Solskjaer, muncul setitik harapan bila sang arsitek baru dapat lebih memaksimalkan tenaga Pogba.

Benar saja, ia sempat tampil ciamik pada musim pertama Ole. Sayangnya, pada musim selanjutnya ia terjebak stagnansi performa lantaran cedera dan penampilan yang kurang menggigit.

Presensinya lantas kian tertutup oleh kilai Bruno Fernandes yang menjadi rekrutan baru United. Meski demikian, asa melihat trio Bruno, Pogba, Matic atau Scott McTominay tetap diimpikan fans sebagai trio yang dapat membawa United berjaya kembali seperti dahulu.

Sinar Pogba sempat meredup sebab dalam beberapa laga, Ole memainkannya di luar posisi terbaik. Ia sempat diturunkan sebagai false winger dan tak membuahkan hasil memuaskan.

Mendorong Pogba bermain di belakang striker tunggal juga menyulitkan Ole karena Bruno begitu ciamik mengisi pos tersebut. Namun Ole selalu berupaya menemukan solusi untuk memaksimalkan tenaga pemenang Piala Dunia 2018 itu.

Jelang bergulirnya musim 2021/2022, United mendatangkan tiga pemain kelas wahid sekaligus. Mereka adalah Cristiano Ronaldo, Jadon Sancho, dan Raphael Varane. Banyak yang merasa jika musim ini adalah momen terbaik untuk The Red Devils bangkit.

Sampai tulisan ini dibuat, rival sekota Manchester City tersebut masih berkutat dengan beragam masalah. Performa mereka di Premier League masih inkonsisten. Pun saat beraksi di kancah Eropa.

Akan tetapi, Pogba kian diandalkan Ole buat memperkuat sektor tengah. Total, ia sudah bermain 9 kali di seluruh kompetisi. Hebatnya ia mampu mengukir 7 asis di Premier League. Sebuah bukti kalau pemain bernomor punggung 6 ini sangat esensial.

Walau demikian, masih ada satu hal yang mengganjal terkait Pogba. Hingga detik ini, dirinya belum menentukan masa depannya. Apakah bertahan di Old Trafford atau hengkang. Fans pun terus bertanya-tanya.

Padahal, kontraknya bakal kedaluwarsa pada musim panas 2022 mendatang. Dalam sebuah wawancara, Pogba cuma mengaku bahwa ia senang bermain di United seraya memuji Ronaldo.

Seiring waktu, Ole kian mengerti bagaimana memaksimalkan kemampuan Pogba. Hal inilah yang kudu dipertimbangkan baik-baik oleh sang pemain. Alih-alih pindah, bertahan di United adalah pilihan terbaik untuknya.

Proyek bersama Ole memang penuh ketidakpastian. Namun bila dirinya berkenan untuk terus terlibat di dalamnya bareng Bruno maupun Ronaldo, ia bakal dikenang sebagai megabintang yang membawa United menuju era kejayaan baru.

Komentar

This website uses cookies.