Lini masa saya pagi ini terasa amat riuh. Pasalnya, ada hal mengejutkan yang terjadi di ajang La Liga Spanyol. Klub raksasa dan bertabur bintang bernama Barcelona keok di tangan tim liliput dari sisi selatan Spanyol, Cadiz. Ya, kedudukan akhir 2-1 bagi keunggulan El Submarino Amarillo menghiasi papan skor Stadion Ramon de Carranza.
💛🔴 #CádizBarça #LaLigaSantander
FULL – TIME | 2-1 | HUGE VICTORY AGAINST @FCBarcelona !@Cadiz_CF @LaLigaEN pic.twitter.com/qrLi8urh9u
— Cádiz CF 🇬🇧🇺🇸 (@Cadiz_CFEN) December 5, 2020
Terlepas dari performa Lionel Messi dan kawan-kawan yang tengah menukik, adakah dari kita yang sebelumnya percaya kalau Jon Ander Garrido beserta kolega dapat menumpas perlawanan dari tamu agung asal Catalan tersebut?
Maka wajar bila kemenangan atas Barcelona disambut gembira pendukung setia Cadiz. Dahulu, membekap Los Cules adalah bunga tidur semata. Namun kini, hal itu jadi sebuah kenyataan dan tampaknya, bakal dirayakan dalam waktu yang cukup lama.
Berstatus sebagai tim promosi, perjalanan anak asuh Alvaro Cervera pada musim ini memang menawan. Secara tak terduga, mereka berhasil mengumpulkan 18 poin dari 12 pertandingan, hasil dari 5 kemenangan, 3 kali seri, dan 4 kekalahan. Sampai tulisan ini dibuat, El Submarino Amarillo berhak menghuni posisi lima klasemen sementara La Liga dan mengangkangi Barcelona yang tertahan di peringkat ketujuh.
Asa pun bergolak. Pelan tetapi pasti, keinginan untuk melihat Cadiz bisa tampil konsisten serta menjaga kans lolos ke kejuaraan antarklub Eropa meletup di dada fans. Namun mereka juga sadar bahwa perjalanan ke arah masih amat panjang sehingga asa tersebut dibungkus rapi dengan kesabaran.
Sebenarnya Cadiz memulai musim dengan hasil yang tak menyenangkan, mereka harus menelan kekalahan 0-2 di kandang sendiri atas Osasuna. Namun kekalahan itu tak memadamkan semangat mereka. Sebaliknya, Garrido dan kawan-kawan malah bangkit di laga-laga selanjutnya.
Ciamiknya lagi, Cadiz tak cuma meraih hasil bagus dari sesama tim semenjana. Athletic Bilbao dan Real Madrid yang kekuatannya satu atau bahkan dua tingkat di atas mereka juga sanggup ditumpas. Uniknya, sebelum menang dari Barcelona di kandang sendiri, seluruh raihan tripoin yang didapat Cadiz berasal dari partai tandang.
Wajar bila kemudian publik tertarik dengan kiprah mereka. Tak peduli bahwa skuad dari kesebelasan yang berdiri tahun 1910 ini jauh dari kata mentereng. Selain Alvaro Negredo, adakah penggawa Cadiz lainnya yang sebelumnya sudah kalian kenal?
Masa Awal yang Sulit
Didirikan oleh beberapa penduduk lokal, masa awal Cadiz berjalan tidak mudah. Pasalnya, eksistensi mereka sempat diganggu adanya perang saudara di Spanyol. Situasi yang mencekam bikin El Submarino Amarillo tak bisa tampil di kejuaraan resmi. Alhasil, tahun demi tahun banyak mereka habiskan dengan melakoni pertandingan persahabatan. Cadiz baru benar-benar menjalani kompetisi profesional secara penuh pada musim 1939/1940 atau seusai perang.
Kendati eksistensinya makin terjaga, menembus La Liga bukanlah perkara mudah bagi klub yang belum pernah memeluk gelar mayor tersebut. Mimpi bermain di kasta teratas baru terwujud pada musim 1977/1978. Itu pun cuma berlangsung semusim karena mereka terjerembab di papan bawah dan mesti terelegasi ke Divisi Segunda.
Peruntungan Cadiz membaik di era 1980-an dan awal 1990-an. Pada momen inilah, El Submarino Amarillo berkiprah cukup lama di La Liga. Secara total, mereka berkompetisi selama sepuluh musim hingga akhirnya turun kasta.
Apesnya, penurunan itu terjadi secara drastis karena tak hanya terjerembab ke Divisi Segunda, Cadiz bahkan terlempar ke Divisi Segunda B alias strata ketiga dalam kancah sepakbola Spanyol. Butuh waktu yang cukup lama sampai akhirnya mereka bisa naik lagi ke Divisi Segunda dan mencicipi lagi La Liga lagi pada musim 2005/2006. Nahasnya, momen itu juga berakhir prematur karena cuma berlangsung semusim.
Waktu yang Pas untuk Menembus Batas
Usai menunggu selama empat belas tahun, Cadiz kembali ke La Liga pada musim 2020/2021. Tak ada ambisi kelewat tinggi yang mereka gumamkan. Sintas di kasta tertinggi alias tak sekadar numpang lewat menjadi target utama.
Akan tetapi, semesta berkehendak lain. Alih-alih tampil seadanya guna lolos dari jerat relegasi, Garrido dan kawan-kawan malah tampil eksepsional dan sukses melambungkan asa. Ya, bertahan di La Liga sekaligus mencuri tiket bermain di Eropa bukanlah kemustahilan.
Cadiz boleh saja tetap menjadi cameo dalam gemerlap La Liga yang dikuasai Atletico Madrid, Barcelona, dan Real Madrid. Namun upaya mereka di musim ini, sepertinya perlu mendapat sorotan lebih. Ya, apa yang Cadiz sedang lakukan adalah mimpi yang selalu ada di benak klub-klub semenjana yakni menembus batas kebiasaan dan kemapanan.