Minuman keras (miras) sering disebut sebagai biang kerok berbagai kerusuhan dan tindak kriminalitas. Namun, siapa sangka, ciu--salah satu jenis miras yang identik dengan masyarakat kelas bawah dan kriminalitas--justru mampu menjadi pemersatu berbagai kelompok suporter sepak bola.
Perlawanan terhadap ketidakadilan bisa muncul dari mana saja. Begitu pula perlawanan terhadap tirani yang coba mematikan Persebaya yang salah satunya bermula dari sebuah warung kopi.
Brunei Darussalam tak dikenal sebagai negeri sepak bola. Lebih sering menderita kekalahan dibanding meraih kemenangan. Tapi, mereka mulai serius melakukan pembinaan. Salah satu calon bintang mereka adalah Faiq Jefrey Bolkiah.
Sepak bola kini telah menjadi ladang yang menghasilkan uang. Sepak bola dianggap telah menjual jiwanya demi keserakahan pemilik modal dan pesepak bola yang tak ubahnya seorang selebritis.
Sepanjang sejarah sepak bola dunia, baru George Weah, pesepak bola dari Afrika yang mampu meraih gelar pemain terbaik dunia. Kiprah menterengnya di Eropa membuka jalan bagi banyak pesepak bola Afrika setelahnya untuk berkiprah di liga top dunia.
Akibat kebusukan pengelolaan sepak bola Indonesia yang bersinggungan dengan kepentingan politik tertentu, Persebaya diatur sedemikian rupa agar degradasi hingga akhirnya coba dihilangkan. Tapi, sejarah tak akan pernah bisa dihapus. Dan Persebaya tidak mati. Klub itu masih ada dan hanya tinggal menunggu waktu untuk bangkit kembali.