Sebelum melawat ke Stamford Bridge, kandang Chelsea, Manchester United (MU) sedang berada dalam kepercayaan diri tinggi. Setelah tampil mengecewakan pada paruh pertama kompetisi, Manchester United akhirnya berhasil menjalani tren positif. Tiga kemenangan krusial melawan Tottenham Hotspurs, Liverpool dan Manchester City adalah buktinya. Namun sayangnya, untuk laga krusial ini Louis Van Gaal harus kehilangan sejumlah pemain penting.
Susunan pemain
Tuan rumah tidak memliki banyak masalah dalam hal pilihan pemain. Jose Mourinho hanya kehilangan Diego Costa dan Loic Remy karena cedera. Posisi mereka di staring XI pun digantikan oleh Didier Drogba. Kurt Zouma kembali tampil sebagai starter, namun kali ini ia diposisikan sebagai gelandang bertahan bersama Nemanja Matic. Francesc Fabregas mengisi pos no.10 sedangkan Oscar bergeser sebagai sayap kanan dengan Willian dan Juan Cuadrado berada di bangku cadangan.
Di lini belakang, Van Gaal yang kehilangan Phil Jones dan Marcos Rojo menggantikan mereka dengan Paddy McNair dan menduetkannya dengan Chris Smalling. Sementara itu, Luke Shaw kembali muncul di starting XI sebagai fullback kiri. Cederanya Michael Carrick dan Daley Blind memaksa Van Gaal untuk kembali memainkan Wayne Rooney di posisi gelandang bersama Ander Herrera dan Marouane Fellaini. Herrera menggantikan peran Carrick sebagai no.6 sedangkan Rooney menggantikan peran Herrera. Sementara itu, posisi penyerang diisi oleh Radamel Falcao.
Dinamika Herrera
Sebelum kita menganalisis bagaimana pertandingan ini berjalan mari kita simak ulasan Jose Mourinho dalam konferensi pers setelah pertandingan berakhir :
“Kami mempersiapkan agar (jalannya pertandingan) seperti ini. (Pertandingan) ini sulit tapi tidak (lebih kompleks) dari yang kalian pikirkan. (Kami) mengontrol permainan direct mereka ke Marouane Fellaini dan (kami) mengontrol sayap mereka agar tidak melakukan umpan silang menggunakan kaki bagian dalam. Ketika kami tahu Wayne Rooney bermain di tengah, kami mengontrol pergerakannya ke kotak (penalti). (Kami) mengontrol bola-bola mati dan tidak memberi (mereka) tendangan bebas langsung karena mereka memiliki tiga orang spesialis (tendangan bebas).”
Sepanjang pertandingan, memang anak asuh Van Gaal memenangi penguasaan bola hingga 70.6% dengan total 662 umpan. Namun, aliran bola yang mereka mainkan kurang progresif. Permainan yang mereka bangun dari belakang cenderung hanya berpindah dari sisi ke sisi di lini belakang. The Red Devils kesulitan untuk memberikan bola ke Ander Herrerra yang bertugas sebagai penghubung antara lini belakang dan lini tengah. Mengapa demikian?
Chelsea menerapkan pressing situasional dengan pola 4-4-2. Ketika bola berada di penguasaan Smalling atau Mc Nair, Fabregas dan Drogba bertugas untuk menutup akses bola ke tengah dengan meletakkan Ander Herrerra di balik bayang-bayang badan mereka. Selain itu, mereka juga menutup akses umpan ke bek yang lain, sehingga bola hanya bisa dialirkan ke fullback yang berada di sisi lapangan. Ketika bola berada di penguasaan fullback MU, maka akses untuk menuju ke Herrerra akan semakin sulit sehingga bola harus dikembalikan ke belakang untuk dipindahkan ke sisi yang lain. Lalu bagaimana dengan umpan diagonal ke halfspace di area lawan yang berseberangan?
Hal tersebut bukanlah pilihan karena orientasi penjagaan pemain lawan yang diperagakan oleh The Blues. Fellaini yang biasanya menjadi jalan keluar MU untuk keluar dari tekanan mendapat pengawalan ketat dari Zouma, begitu pula dengan Rooney yang mendapat pengawalan ketat dari Matic. Kemungkinan untuk memenangkan bola kedua dari duel udara juga sedikit. Ashley Young dan Falcao harus melawan Branislav Ivanovic dan Gary Cahill yang lebih superior secara fisik.
Namun, bukan berarti MU benar-benar tidak bisa mengalirkan bola ke Herrerra. Sesekali, Herrerra mengeksploitasi penempatan posisi Hazard dan Fabregas yang buruk ketika memberikan pressing terhadap Smalling atau Antonio Valencia. Hanya saja, ketika mendapat bola, tidak ada target umpan yang bisa dijangkau karena orientasi penjagaan pemain yang dilakukan oleh John Terry dkk. Diagram di bawah ini akan menunjukkan bagaimana umpan-umpan yang diberikan Herrera lebih banyak merupakan umpan horizontal.
Improvisasi progresi permainan
Lalu, apakah tidak ada yang bisa dilakukan The Red Devils menghadapi sistem pertahanan yang diterapkan Chelsea? Dalam beberapa kesempatan, sejumlah pemain MU melakukan improvisasi yang cukup menarik. Smalling dan McNair misalnya. Keduanya terkadang membawa bola ke depan melewati sejumlah pemain Chelsea yang terlalu terpaku terhadap penjagaan pemain yang mereka lakukan. Namun sayangnya hal ini tidak diikuti dengan variasi pergerakan oleh Young, Juan Mata ataupun Falcao. Alhasil, improvisasi yang mereka lakukan hanya berakhir dengan tendangan spekulasi, atau umpan ke sisi lapangan yang berakhir dengan umpan silang yang tingkat akurasinya tak lebih dari 50%.
Selain itu, terkadang Falcao juga turun cukup dalam ke area tengah untuk melakukan link–up. Hal ini sebenarnya cukup mengejutkan karena Falcao dikenal tidak memiliki kemampuan untuk menghubungkan permainan dengan cukup baik. Namun hal ini cukup membantu progresi aliran bola anak-anak asuh Van Gaal. Matic dan Zouma tentu kewalahan jika harus menghadapi trio Falcao-Rooney-Fellaini sekaligus di lini tengah. Lagi-lagi hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik. Ketika Falcao sukses menghubungkan permainan, ritme permainan MU tetap lambat dan kombinasi permainan yang mereka lakukan monoton.
Memasuki 15 menit terakhir, Terry mengawal ketat Falcao ketika mencoba melakukan link up untuk menghambat progresi permainan MU. Gol yang dicetak Hazard pada menit ke-37 berawal dari Terry yang mencoba memotong bola yang diberikan kepada Falcao di garis tengah lapangan. Fabregas melakukan recovery terhadap bola liar sebelum memberikan bola ke Oscar yang kemudian melakukan backheel cantik untuk memberi asis kepada Hazard.
Selain link–up yang dilakukan oleh Falcao, MU sebenarnya juga dapat meningkatkan progresi permainan mereka dengan melakukan overload melalui pergerakan Juan Mata dari sisi kanan menuju tengah. Beberapa kali Rooney dan Mata mampu mendapatkan ruang bebas di zona 14 hasil dari kombinasi pergerakan Mata. Namun sayangnya, dari dua kesempatan tersebut bola justru diarahkan ke sisi luar kotak penalti menuju Fellaini. Falcao justru tidak tahu harus mencari ruang ke area mana.
Masalah Chelsea
The Blues bukannya tanpa masalah. Ketika melakukan serangan, jarak antarpemain mereka sering terlalu jauh. Fabregas yang ditempatkan sebagai no.10 jarang melakukan link–up dan justru bergerak secara vertikal ke arah kotak penalti. Hal ini menyebabkan MU mudah mengisolasi pemain-pemain Chelsea yang membawa bola terutama di sisi-sisi lapangan. Hal ini diperparah dengan sangat berhati-hatinya pergerakan Cesar Azpilicueta dan Ivanovic. Hasilnya, ketika Chelsea kehilangan bola tidak ada yang memberi tekanan kepada pemain-pemain MU. Chelsea lebih memilih untuk segera kembali ke posisi. Untungnya, hal ini tidak dimanfaatkan MU untuk segera membangun serangan. Ritme permainan mereka tetap lambat.
Selain itu, koordinasi antara Matic dan Zouma juga sering membuat area di depan kotak penalti Chelsea tidak terkawal, terutama ketika mereka bertahan sangat dalam. Matic cenderung untuk memburu ke arah bola dengan harapan Zouma akan meng-cover posisinya di area sentral. Namun, Zouma justru sering ikut bertahan di dalam kotak penalti dan meninggalkan ruang di depan kotak penalti tidak terkawal.
Peluang yang didapat Rooney pada awal-awal babak pertama terjadi karena Chelsea meninggalkan ruang di depan kotak penalti tanpa pengawalan. Namun sayangnya hal ini kurang dimanfaatkan oleh MU. Setan Merah lebih senang untuk memberikan umpan-umpan silang langsung ke mulut gawang daripada memberikan bola ke pemain yang dapat bergerak masuk ke zona 14.
Perubahan babak kedua
Pada babak kedua, Van Gaal tampaknya meminta para pemainnya untuk lebih memanfaatkan ruang yang sering ditinggalkan Zouma dan Matic yang ikut masuk ke area kotak penalti. Terlihat pada diagram di bawah ini bagaimana jumlah tembakan yang dilakukan MU dari zona 14 meningkat drastis.
Pada menit ke-67, Mourinho memasukkan Ramires untuk menggantikan Oscar. Ramires bertugas untuk menutup ruang yang ditinggalkan Zouma dan Matic ketika keduanya masuk ke dalam kotak penalti. Hal ini terlihat pada diagram di bawah setelah Ramires masuk zona 14 milik MU ditutup dengan baik oleh Ramires.
Penyelesaian akhir
Salah satu hal yang perlu disesalkan oleh Van Gaal mungkin adalah kualitas penyelesaian akhir timnya. Dari diagram di atas terlihat bahwa secara jumlah dan kualitas peluang kedua tim cukup berimbang. MU memiliki peluang yang lebih banyak dari Chelsea namun kualitas peluang yang dimiliki Chelsea jauh lebih baik. Secara umum, Chelsea hanya memiliki tiga peluang yang sangat bagus di mana dua di antaranya terjadi dalam satu fase yang sama, yaitu ketika tendangan Drogba berhasil diblok oleh Smalling, kemudian bola liar yang coba disambar Hazard hanya mengenai tiang. Dengan ini, dapat dikatakan bahwa peluang terbaik yang mereka miliki hanya dua – peluang yang satu lagi berhasil dikonversi menjadi gol oleh Hazard.
Pada akhir konferensi persnya Mourinho mengatakan :
“(Kami) menunggu untuk (terjadinya) sebuah kesalahan dan (kami) mencetak sebuah gol. Kami dapat membuat pemain-pemain kunci mereka menghilang. Tidak ada yang melihat mereka. Mereka ada di dalam kantong (pengawasan) kami.”
Memang tidak ada strategi yang spesial dari Mourinho untuk mengalahkan mentornya dulu di Barcelona. Bahkan, secara horizontal dan vertikal sebenarnya Chelsea meninggalkan banyak lubang untuk dapat dieksploitasi oleh anak asuh Van Gaal, namun Chelsea berhasil mengontrol pergerakan pemain-pemain MU dan memperbaiki lubang yang terdapat di timnya.