Wajarkah Cristiano Ronaldo Dikultuskan?

Di bawah langit kota Lisbon kala itu, kegelisahan Sir Alex Ferguson muncul bukan tanpa sebab. Seorang bocah berusia 18 tahun bernama Cristiano Ronaldo tampil memukau dengan mengacak-acak barisan pertahanan tim asuhannya.

Dalam sebuah laga persahabatan kontra Sporting Lisbon, pelatih Manchester United ketika itu kerap membenarkan posisi duduknya.

Sikap itu ia tunjukkan beberapa pekan sebelum bursa transfer ditutup, tepatnya di musim panas 2003 silam.

Bagi Ferguson, waktu 45 menit sudah cukup untuk meyakinkan dirinya bahwa The Magnificent 7 yang baru telah tiba.

Tak perlu berlama-lama, juru racik asal Skotlandia itu sontak menelepon Peter Kenyon, Kepala Eksekutif klub ketika itu, saat laga baru memasuki jeda babak pertama.

“Saya mendapat telepon saat jeda pertandinan dari Ferguson. Ia bilang, daripada melihat Ronaldo main untuk Sporting, tidak bisakah kita membawanya ke Old Trafford saja? Alhasil, ketika tim pulang ke Inggris usai melakoni laga tersebut, saya bertahan di Portugal untuk bernegosiasi dengan pihak Sporting”, terang Kenyon seperti dilansir Mirror.

Siapa sangka, nasib baik mendadak berubah arah, berhembus, dan memeluk erat Ronaldo.

***

Penggemar United di penjuru dunia masih diliputi euforia beberapa waktu belakangan ini. Seperti diketahui, si anak hilang, Ronaldo, dipastikan kembali berlatih di Carrington.

Di usianya yang ke-36 tahun, Ronaldo direkrut kembali oleh The Red Devils dari klub yang ia bela sebelumnya, Juventus.

Megabintang asal Portugal ini digadang-gadang bisa menjadi pembeda di lapangan. Dua gol kontra Newcastle United semalam (11/9) merupakan awalan yang baik.

Berbekal pengalamannya yang segudang serta pengetahuannya akan kultur Inggris, Ronaldo dirasa mampu melengkapi puzzle yang tengah disusun pelatih United saat ini, Ole Gunnar Solskjaer.

Keberadaan Ronaldo juga dianggap bisa memperkaya variasi serangan tim yang puasa gelar semenjak musim 2016/2017 tersebut.

Kesulitan tim saat berjumpa lawan yang menerapkan garis pertahanan rendah dinilai bisa ditekan dengan presensi Ronaldo. Asalkan ia turut aktif melakukan pressing.

Sebelum resmi datang ke kota Manchester, nama Ronaldo sudah diteriakkan suporter The Red Devils kala mereka bertandang ke Stadion Molineux, markas Wolverhampton.

BACA JUGA:  Josep Bartomeu: Mes Que Un President

Ketika United resmi memperkenalkannya via media sosial, respons publik begitu luar biasa.

Saking tingginya atensi terhadap kepulangan Ronaldo ke Old Trafford, United sampai berulangkali membuat cuitan di akun Twitter resminya perihal sang megabintang.

Mesti diakui, sosok Ronaldo begitu dipuja suporter United. Ia dikultuskan karena menjadi bagian penting tim saat meraih kejayaan di bawah arahan Ferguson pada pertengahan 2000-an.

Akan tetapi, muncul satu pertanyaan. Wajarkah Ronaldo dikultuskan seperti itu?

***

Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro memulai segalanya di The Theatre of Dreams. Hal tersebut dapat terlihat dari senyumannya yang merekah di dalam rangkulan tangan kiri Ferguson, berjejer dengan pemain anyar United lainnya saat itu, Kleberson.

Rangkulan itu bernada kemenangan. Sebab, Ronaldo bisa saja jatuh ke dalam pelukan Juventus, Chelsea, hingga Arsenal yang juga mengincarnya dari Sporting kala itu.

Begitu besar rasa sayang Ferguson, sampai-sampai si anak lugu langsung diberikan nomor punggung keramat di United.

Mengenakan baju nomor tujuh di Old Trafford tak pernah mudah. Selalu ada ekspektasi tinggi terhadap pemakainya.

Ada dua kemungkinan yang menunggu Ronaldo saat itu. Menjadi bintang dan bersinar atau tenggelam dilahap beratnya ekspektasi.

Pasalnya, ia meneruskan tongkat estafet yang sebelumnya dipegang Eric Cantoni dan David Beckham.

Baik Ferguson maupun Ronaldo—yang sempat meminta nomor 28—tahu akan hal itu. Demikian pula seluruh publik sepakbola. Saat tahu bahwa nomor punggung tujuh menjadi miliknya, Ronaldo tak ambil pusing dengan berbagai ekspektasi yang ada.

Mengemban angka tujuh di punggung, Ronaldo sukses mengemas 84 gol dari 196 penampilan di Liga Primer Inggris. Hal itu sejalan dengan masa kejayaan United yang semakin melonjak.

Ronaldo berhasil membantu The Red Devils menyegel tiga titel Liga Primer Inggris secara beruntun (2006/2007, 2007/2008, dan 2008/2009) dan satu gelar Piala FA.

BACA JUGA:  Sepak Bola di antara Bisnis dan Gairah

Puncaknya terjadi pada 2008. Di bawah langit malam kota Moskow yang diguyur hujan, Ronaldo ikut mengantarkan United ke tampuk tertinggi sepakbola Eropa usai membenamkan Chelsea lewat adu penalti di final Liga Champions.

Capaian itu juga mengantarnya beroleh penghargaan Ballon d’Or. Menariknya, ia menjadi orang terakhir yang memamerkan trofi tersebut di tanah Inggris karena setelahnya, ia terbang ke Spanyol demi memenuhi ambisi memperkuat Real Madrid.

***

Bursa transfer musim panas kali ini layaknya oasis di tengah gersangnya dunia sepakbola selama satu setengah tahun ke belakang akibat pandemi.

Si bocah kurus yang dulu datang ke kota Manchester telah bertransformasi menjadi pesohor lapangan hijau.

Nahasnya, ia tengah gelisah. Ia ingin pulang. Mendengar rumor kepindahan sang anak ke rival sekota, Manchester City, Ferguson tak tinggal diam.

Dilansir dari Manchester Evening News, melalui saluran telepon, Ferguson menghubungi anak kesayangannya dan memberi tahu arah jalan pulang. Hanya dalam hitungan jam, dunia seakan diputar balik.

Sekeras apapun upaya untuk menolaknya, suara pengultusan Ronaldo akan tetap terdengar. Bukan karena ia berwujud dewa, melainkan seorang pria yang telah mengarungi dunia dan ingat jalan ke rumah.

Sebab bagaimanapun, kisah Ronaldo dan United selalu dirajut dengan rapi. Di tengah kegelisahan yang mendera, seorang pria yang telah memperoleh segalanya pasti akan menuju rumah.

Dalam beberapa waktu ke depan, tampaknya semua elemen Liga Primer Inggris mempunyai hak untuk bersukacita.

Pasalnya semua pemain akhirnya memiliki kans yang sama untuk bermain satu lapangan dengan sang megabintang tanpa repot-repot bertarung demi tiket Liga Champions.

Hal yang sama juga berlaku bagi para sponsor. Mereka dipastikan kebanjiran eksposur dan mungkin saja uang, paling tidak sampai kontrak lelaki Portugal itu di Old Trafford kedaluwarsa pada 2023 mendatang.

“Viva Ronaldo! Viva Ronaldo! Running down the wing, hear United sing, Viva Ronaldo!”

Komentar
Penggemar kritis Timnas Indonesia dan Manchester United selain buku, film, dan musik. Aktif menulis di blog pribadi, pojokbebal.wordpress.com. Bisa disapa lewat akun Twitter @icaleida.