Berbicara pemain muda yang mencuri perhatian di Liga Primer Inggris musim 2019/2020, nama Dean Henderson tentu tidak bisa dikesampingkan begitu saja.
Hingga saat ini, kiper Sheffield United itu mengoleksi sembilan nirbobol, terbanyak kedua setelah Allison Becker, dan sudah menyelamatkan gawang sebanyak 65 kali.
Performa impresifnya membantu The Blades yang berstatus tim promosi, mengejutkan para pencinta Liga Primer Inggris dengan bertengger di papan atas klasemen, tepatnya posisi keenam.
Bukan saja sukses membawa timnya menggebrak konstelasi di kasta tertinggi persepakbolaan Negeri Tiga Singa, Henderson pun berhasil memikat pelatih tim nasional Inggris. Gareth Southgate memanggilnya ke dalam skuat The Three Lions pada ajang kualifikasi Piala Eropa 2020 Oktober 2019 silam.
Meski berstatus pemain pinjaman dari Manchester United, apa yang dilakukan oleh kiper berusia 22 tahun tersebut pada musim debutnya di Liga Primer Inggris bareng Sheffield United sangat mengagumkan.
Sayangnya, meski musim ini Dean Henderson sudah menunjukkan kualitasnya, belum ada sinyal dari Ole Gunnar Solksjaer untuk membawanya pulang ke Stadion Old Trafford musim depan.
Solskjaer tampak masih belum bisa memberikan tempat utama untuk kiper asal Inggris tersebut. Penyebabanya adalah keberadaan David De Gea yang perannya masih sangat vital untuk The Red Devils, walau performa bekas pemain Atletico Madrid itu mengalami penurunan dua musim terakhir.
Kondisi ini sendiri terdeteksi oleh dua klub raksasa Eropa, yaitu Chelsea dan Paris Saint-Germain yang dikabarkan berminat menggunakan jasa Henderson di tim mereka.
Tanpa bermaksud meremehkan Sheffield sebagai tempat bernaung Henderson saat ini, tapi dengan situasi kariernya di klub pemilik yang belum menemukan titik terang, bisa jadi langkah hengkang dari Theatre of Dreams akan diambil Henderson demi mengejar impian sebagai kiper kelas dunia.
Akan tetapi, bila hengkangnya Henderson benar-benar terjadi, hal ini sekaligus memperpanjang riwayat kiper asal Inggris yang tampaknya kurang berjodoh sebagai kiper nomor satu United, khususnya setelah memasuki tahun 1990 hingga saat ini.
Jika berbicara The Red Devils, mustahil agaknya untuk tidak mengakui tim yang bermarkas di Stadion Old Trafford itu selalu memiliki deretan penjaga gawang hebat. Sebut saja Peter Schmeichel, Fabian Barthez, Tim Howard, Edwin Van Der Sar, sampai De Gea.
Namun, dari lima nama di atas, tidak ada satu pun kiper yang berkewarganegaraan Inggris. Jika ada pertanyaan siapa kiper asal Inggris terakhir yang berjaya dengan seragam United, dua nama yang mungkin kerap disebut-sebut pendukung setuanya adalah Alex Stepney dan Gary Bailey.
Stepney merupakan mantan penjaga gawang United periode 1966-1978. Ia juga bertitel sebagai kiper dengan jumlah penampilan terbanyak dalam sejarah klub ini dengan catatan 539 kali tampil dan mengoleksi 175 cleansheet.
Selain itu, selama 11 tahun mengabdi di Stadion Old Trafford, Stepney telah memberikan sumbangsih trofi-trofi bergengsi bagi The Red Devils, mulai dari gelar Liga Inggris (format lama) hingga Piala/Liga Champions.
Usai Stepney hengkang ke Dallas Tornado pada 1978, tongkat estafet kiper asal Inggris yang sukses di United berpindah tangan ke Bailey yang mengabdi dalam rentang 1978-1987.
Awal karier Bailey bersama rival sekota Manchester City ini memang tidak berlangsung baik, karena membuat blunder fatal di laga puncak Piala FA 1979 melawan Arsenal.
Akan tetapi, pelatih United saat itu, Dave Sexton, tetap memberi kepercayaan kepadanya. Semusim kemudian, kualitas dan kepercayaan diri Bailey meningkat.
Hasilnya, ia mampu membantu United menempati posisi runner–up Liga Inggris. Setelah itu, kariernya di Teater Impian justru melesat sehabis mempersembahkan trofi Piala FA di musim 1983 dan 1985. Secara keseluruhan, Bailey turun di lebih dari 200 partai bersama The Red Devils sepanjang kariernya di sana.
Karier cemerlang Stepney dan Bailey bersama United, dapat dikatakan sebagai penutup era kejayaan kiper asal Inggris di Stadion Old Trafford. Setelah mereka, kiper Inggris tak lagi berjodoh dengan posisi kiper utama klub yang melambungkan nama David Beckham dan Cristiano Ronaldo tersebut.
Terjadi pergeseran peran kiper Inggris di tubuh The Red Devils dari pemeran utama menjadi cameo. Deretan penjaga gawang asal Inggris di era berikutnya, seperti Kevin Pilkington, Ben Amos, Ben Foster, atau Sam Johnstone hanya muncul sesaat dan hilang kemudian.
Jangankan berhasil menempati posisi sebagai kiper nomor wahid, bersabar menjalankan tugas sebagai kiper kedua, bahkan ketiga saja tidak sanggup mereka lalui.
Dari empat nama di atas, praktis hanya Foster yang punya nasib sedikit lebih baik dibandingkan kiper Inggris lainnya saat berseragam The Red Devils.
Penjaga gawang yang saat ini membela Watford itu, masih sempat mencicipi 23 pertandingan selama lima musim berbaju United. Ia mampu pula merengkuh dua trofi Liga Primer Inggris serta tiga gelar Piala Liga.
Kembali ke sosok Dean Henderson, karier sepakbolanya di masa depan kini ada berada di tangannya. Dengan ketertarikan pasar yang semakin meningkat, ia wajib membuat keputusan sesegera mungkin. Tak peduli bahwa kontraknya bersama United baru kedaluwarsa pada musim panas 2022 nanti.
Pulang kampung ke United dan menunggu Solskjaer jenuh dengan De Gea, meski ini terdengar bak kemustahilan, adalah opsi yang tersedia. Namun menerima pinangan klub lain, entah itu The Blades atau bukan, juga sebuah pilihan yang patut dipertimbangkan demi mendapat waktu bermain yang akan membantunya menaikkan level sebagai seorang penjaga gawang.
Satu hal yang pasti, figur kelahiran Whitehaven itu harus bijak dalam melihat keadaan. Hal terpenting untuknya saat ini adalah kemajuan karier profesionalnya. Bukan sekadar membela klub A atau B. Walau siapapun pasti menyadari jika merumput bareng United sebagai kiper utama adalah mimpi bagi banyak kiper di muka Bumi, termasuk Dean Henderson sendiri.
Tentukan pilihanmu sekarang, Dean.