Sekitar satu jam yang lalu, tim redaksi Football Fandom menerima rilis pers dari ArekBonek1927. Rilis pers tersebut berisi pernyataan sikap mengenai kejadian penyerangan talkshow berjudul “Sepak Bola Surabaya Dalam Bahaya!” yang disiarkan secara langsung oleh SBO TV, sebuah stasiun TV lokal Surabaya.
Pada aksi penyerangan tersebut, sekelompok orang yang diduga berasal dari salah satu organisasi masyarakat (ormas) masuk begitu saja dan mengamuk di tempat kejadian. Salah satu dari para penyerang tersebut bahkan sempat membentak-bentak dan menampar salah seorang narasumber, Saleh Ismail Mukadar yang merupakan mantan ketua umum (ketum) Persebaya 1927.
Usai penyerangan tersebut, ribuan bonek pendukung Persebaya 1927 langsung turun ke jalan. Mereka bermaksud untuk menyerbu kantor ormas yang mereka tengarai bertanggungjawab atas insiden di SBO TV. Beruntung, pihak kepolisian berhasil mencegah para bonek untuk melakukan penyerangan terhadap kantor Pemuda Pancasila yang berlokasi di Jln. Jaksa Agung Suprapto.
“Memanasnya” kota Surabaya ini merupakan prolog dari Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang beragendakan pemilihan ketua umum, wakil ketua umum, dan anggota Komite Eksekutif.
Sebagai respons dari berbagai kejadian di atas, bonek pendukung Persebaya 1927 sudah menyatakan sikap mereka. Berikut isi rilis pers tersebut:
PSSI Alat Perjuangan Bangsa, Bukan Alat Perjuangan Ormas Semimiliter
Insiden penyerangan, pemukulan dan perusakan yang terjadi dalam
diskusi Persebaya di SBO TV kemarin semakin menegaskan betapa
sepakbola Indonesia sudah dikangkangi mafia dan premanisme. Insiden
memalukan itu menjadi cermin paling jernih yang memantulkan wajah
sepakbola Indonesia: busuk, buruk, barbar, korup, dan menghalalkan
segala cara.
Infiltrasi ormas-ormas semimiliter ke dalam tubuh PSSI sudah
berlangsung sedemikian jauh. Beberapa tokoh ormas-ormas semimiliter
berseragam loreng bahkan menjadi pengurus PSSI hingga pengurus klub.
Nalar kekerasan yang melekat dalam cara berpikir dan bertindak ormas
semimiliter itu akhirnya dipakai untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan sepakbola.
Itulah latar belakang aksi penyerangan dan kekerasan dalam diskusi di
SBO TV tadi malam.
Dan itu bukan satu-satunya kejadian. Sudah berkali-kali Bonek menjadi
korban centeng PSSI itu. Andi Peci diseret dari kediamannya dan
menderita beberapa jahitan karena aksi pembacokan. Beberapa Bonek lain
juga sudah mengalaminya. Begitu juga ditempat lain, misalnya bus yang
mengangkut pemain dan offisial Persis Solo di Samarinda, yang juga
mengalami kekerasan dari preman dan tukang pukul berseragam loreng.
Didirikan dan dihidupkan oleh orang-orang terhormat serta penuh
dedikasi seperti Soeratin, MH Thamrin hingga Otto Iskandar Dinata,
PSSI kini terjerembab menjadi sekadar ormas. Ya, sekadar ormas!
Membiarkan PSSI menggunakan preman ormas semimiliter adalah pelecehan
tak terkira terhadap sejarah panjang PSSI itu sendiri. Jangan biarkan
PSSI menjadi Persatuan Semimiliter Sepakbola Indonesia.
Sepakbola punya caranya sendiri untuk menyelesaikan persoalan. Mereka
yang paham atmosfir di tribun tahu, jika memang punya persoalan,
datanglah ke stadion, hadapi satu lawan satu. Antara suporter melawan
suporter — bukan menyewa preman dan tukang pukul yang diberi jersey
tim supaya terlihat sebagai suporter.
Kami Bonek Persebaya 1927 menyatakan pernyataan sikap:
1. Mengutuk keras tindakan kekerasan dalam diskusi di SBO TV dan
menuntut kepolisian untuk mengusut dan menindak tegas para pelakunya.
2. Menuntut PSSI untuk tidak menggunakan ormas semimiliter sebagai
tukang pukul dan centeng.
3. Menolak penyelenggaraan Kongres PSSI di Surabaya.
Untuk Bonek Persebaya 1927, rapatkan barisan untuk menggelar
perlawanan panjang sampai keadilan ditegakkan.
Keadilan adalah ibunda dalam setiap perlawanan dan perjuangan kami.
Kami akan terus berjuang dengan segala kemampuan dan ketidakmampuan.
Kami akan melawan dengan sebaik-baiknya, dengan sehormat-hormatnya.
TUAN RUMAH TIDAK AKAN SUDI BERUNDING DENGAN MALING YANG MERAMPOK DI RUMAHNYA.
Salam Satu Nyali
Andie Peci
CP: 085233331927
———————————–
*Disclaimer: Isi rilis pers kami salin tanpa perubahan sedikitpun.