Pesepak Bola Indonesia Tidak Takut

Tanggal 14 Januari 2016 akan diingat oleh publik Indonesia dan juga dunia sebagai peringatan akan aksi teror di Jakarta. Ledakan dan suara tembakan membahana di seputar Sarinah yang sempat membuat seantero Jakarta mencekam.

Tapi, seperti yang sudah kita tahu, kampanye positif segera dilakukan, meski sebagian orang bilang itu terlambat. Hestek #PrayforJakarta berubah menjadi #KamiTidakTakut. Foto mengenai penjual sate, tukang ojek yang menyelamatkan korban, hingga pedagang asongan yang menjual minuman kepada aparat berseliweran.

Pesannya jelas, Jakarta tidak apa-apa. Teror membuat kita panik tapi kepanikan tak berlarut-larut karena warga Indonesia sejatinya tak takut dengan aksi demikian itu. Meski semua tahu, tidak takut bukan berarti tak lagi waspada.

Di belahan Jakarta yang lain, pesepak bola Indonesia berkumpul untuk membahas mengenai perkembangan sepak bola Indonesia. Sudah sejak lama tentunya kita menantikan adanya gebrakan atau setidaknya pernyataan sikap dari pesepak bola.

Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) akhirnya mengeluarkan pernyataan. Berikut ini isi surat deklarasi APPI.

 

Deklarasi APPI #Menolak Turnamen

Kami Pesepak Bola yang tergabung di Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI)

Merujuk pada situasi dan kondisi sepak bola nasional saat ini, dengan ini kami menyampaikan deklarasi dan sikap kami sebagai berikut:

  1. Turnamen yang beberapa kali dilaksanakan saat ini tidak bisa dijadikan solusi atas kondisi sepak bola nasional serta memberikan perlindungan yang maksimal kepada pesepak bola.
  2. Turnamen justru menjadikan kesenjangan dan ketidakadilan serta ketidakpastian bagi para pesepak bola khususnya bagi mereka yang klubnya tidak ikut bermain.
  3. Pesepak bola mendorong klub-klub yang tidak mengikuti turnamen-turnamen profesional selanjutnya apabila tidak ada kepastian pelaksanaan liga profesional, hal ini juga demi kepentingan klub-klub.
  4. Sesuai dengan situasi dan kondisi sepak bola nasional saat ini, pesepak bola mendesak kepada operator yang berniat menjalankan liga untuk berkoordinasi guna mendapatkan persetujuan dari pemerintah.
  5. Pesepak bola mendorong pemerintah untuk segera menggulirkan kompetisi sepak bola yang profesional dan berjenjang demi kepastian persepakbolaan nasional.
  6. Kami EXCO APPI bersama dengan pesepak bola lainnya MENOLAK untuk bermain di turnamen-turnamen profesional selanjutnya hingga ada kepastian dan atau adanya jaminan kapan diselenggarakannya liga sepak bola profesional di Indonesia.

Demikian deklarasi dan pernyataan sikap kami untuk #MenolakTurnamen

Hormat Kami,

Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI)

 

Publik kemudian bertanya-tanya. Mengapa mereka menolak turnamen padahal itu dilakukan agar bisa membantu pesepak bola mencari nafkah, juga pihak lain yang terlibat di sepak bola.

BACA JUGA:  Berdoa untuk Paris

Lalu, apakah pernyataan ini kemudian tidak disalahartikan bahwa APPI mendukung kelompok tertentu yang ngotot ingin menggulirkan liga?

Muncul pertanyaan lain pula, turnamen seperti apa yang akan mereka boikot? Piala Jenderal Sudirman sebentar lagi usai. Piala Gubernur Kalimantan Timur dan Piala Walikota Padang sudah digagas serta telah muncul tim mana saja yang akan ikut serta.

Menjadi rancu kemudian ketika APPI menyebut “turnamen profesional”. Sungguh saya bingung dengan kriteria ini. Apa indikator suatu turnamen itu profesional dan tidak? Apakah kemudian turnamen kelas tarkam tidak perlu diboikot? Padahal ekses negatifnya juga besar, seperti cedera pemain yang tak ditangani oleh pemakai jasa.

Pada satu sisi, APPI sudah baik ketika secara serius merumuskan deklarasi ini. Saya pun setuju dengan upaya untuk menggulirkan liga. Tapi, bagaimana jika persoalan sebelum pembekuan PSSI itu kembali terjadi?

Gaji pemain yang tak terbayarkan akan kembali menjadi tajuk berita olahraga berbagai media. Belum lagi selentingan isu pengaturan skor. Apakah jika nanti hal itu terjadi para pemain ini siap bergandengan tangan untuk melakukan boikot? Tidak sekadar jongkok di lapangan sebelum pertandingan dimulai.

Rasanya, deklarasi APPI ini perlu lebih dipertajam. Ada beberapa poin yang masih membingungkan seperti yang saya sebut sebelumnya. APPI perlu pula menegaskan posisinya berada di mana dalam kisruh antara Menpora dan PSSI kali ini.

Posisi yang jelas dan tegas. Sikap yang membuktikan bahwa perkumpulan pesepak bola ini memang kuat dan tidak takut dengan kepentingan kelompok tertentu.

Atau jangan-jangan APPI sendiri masih belum solid. Belum tentu pula kan semua pesepak bola negeri ini menaati poin-poin deklarasi APPI? Mari kita tunggu bagaimana deklarasi ini berjalan dan apa gebrakan APPI selanjutnya.

BACA JUGA:  Manajemen Waktu

 

Komentar
Akrab dengan dunia penulisan, penelitian, serta kajian populer. Pribadi yang tertarik untuk belajar berbagai hal baru ini juga menikmati segala seluk beluk sepak bola baik di tingkat lokal maupun internasional.