Selama beberapa pekan terakhir, barangkali telinga para pencinta sepak bola semakin akrab dengan nama Red Bull Leipzig.
Kesebelasan yang mentas di ajang Bundesliga Jerman ini sukses mencuri perhatian dengan duduk di puncak klasemen sementara dengan mengungguli tim-tim tradisional seperti Bayern Munchen dan Borussia Dortmund.
Dari 12 pertandingan yang telah dilakoni, anak asuh Ralph Hasenhuttl sukses memenangi sembilan di antaranya, serta beroleh 3 hasil imbang. Ya, Timo Werner dkk. belum tersentuh noda kekalahan. Koleksi poin Red Bull Leipzig pun menembus angka 30, dan untuk sementara berselisih 3 dengan Bayern Munchen.
Bagi tim yang baru promosi, torehan tersebut tentu luar biasa. Bagi fans Bundesliga sendiri, performa Red Bull Leipzig kali ini mengingatkan mereka akan pencapaian Kaiserslautern musim 1997/1998.
Die Roten Teufel yang pada saat itu ditukangi Otto Rehhagel sukses keluar sebagai jawara Bundesliga meski berstatus klub promosi.
Namun, berbeda dengan Kaiserslautern, publik Jerman sendiri tak menaruh kekaguman yang sama terhadap Red Bull Leipzig. Bagi mereka, tim berjuluk Die Bullen ini bisa meraup prestasi lebih dikarenakan sokongan dana kuat dari perusahaan minuman energi asal Austria, Red Bull GmbH.
Suka tidak suka, pendukung Red Bull Leipzig sendiri mesti mengakui bila peran Red Bull sebagai pemilik klub teramat besar. Akan tetapi, publik semestinya juga mau dan berani untuk membuka mata lebar-lebar jika invasi perusahaan yang didirikan pada tahun 1987 ini di bidang olahraga memang tak main-main.
Sebelum Red Bull Leipzig didirikan, Red Bull telah mengakusisi kesebelasan asal Austria, Austria Salzburg, medio pertengahan 2000-an. Pihak Red Bull lantas mengubah nama klub menjadi Red Bull Salzburg seperti yang kita kenal saat ini.
Red Bull Salzburg menjadi penguasa kompetisi lokal Austria setelah berhasil mencomot empat titel juara liga dan satu Piala Austria dalam lima musim terakhir.
Hanya berselang beberapa bulan usai mencaplok Austria Salzburg, Red Bull mengepakkan sayapnya ke wilayah Amerika Utara dengan mengakuisisi tim yang berlaga di Major League Soccer (MLS), New York/New Jersey MetroStars. Sekarang kita mengenal tim tersebut dengan nama New York Red Bulls.
Prestasi Red Bulls sendiri cukup lumayan dengan menjuarai MLS wilayah timur pada musim 2010, 2013, 2015, dan 2016 walau belum pernah menjadi juara MLS.
Sebelum bergerilya di cabang sepak bola, Red Bull justru telah lebih dulu menancapkan tanduknya di dunia balap. Pada 2004, perusahaan yang diinisiasi oleh Dietrich Mateschitz ini membeli tim balap Formula 1 (F1) Jaguar Racing.
Nama Jaguar Racing kemudian diubah menjadi Red Bull Racing. Sayangnya, tak ada detail yang mengungkapkan berapa mahar yang mesti disetor Red Bull kala itu.
Hebatnya, di tahun yang sama usai membeli Jaguar Racing, Red Bull juga langsung membeli sirkuit balap di Spielberg, Austria, A1-Ring. Sirkuit ini lantas diberi nama Red Bull Ring setelah pembelian.
Tak sampai disitu, pihak Red Bull juga memugar bagian-bagian yang dirasa terlalu kuno untuk standar sirkuit berkelas internasional. Dengan wajah yang lebih segar, Red Bull Ring pun kembali masuk dalam kalender balap F1 (per musim 2014) dan juga MotoGP (per musim 2016).
Setahun berselang atau pada 2005, Red Bull membeli tim F1 yang bermarkas di Italia dan kerap dirundung problem finansial, Minardi. Aroma Italia masih dipertahankan Red Bull dengan memberinya nama Scuderia Toro Rosso yang jika diartikan dalam Bahasa Inggris juga bermakna Red Bull Racing Team.
Red Bull pun sah memiliki dua tim balap di F1 meski “peran” keduanya bisa dikatakan berbeda.
Jauh sebelum membeli tim F1 untuk kemudian dilakukan rebranded, sejak 1990-an Red Bull telah memiliki lebih dari 60% saham di tim balap Sauber. Hal itu menjadikan Red Bull sebagai sponsor utama tim tersebut.
Namun kerja sama itu putus pada 2001 lantaran kubu Sauber lebih memilih Kimi Raikkonen sebagai pebalap baru mereka ketimbang protégé milik Red Bull, Enrique Bernoldi.
Kesungguhan Red Bull untuk meraih kesuksesan di ajang balap pun terbayar lunas pada 2010 yang lalu. Saat itu, pebalap mereka yang berasal dari Jerman, Sebastian Vettel, berhasil menggondol gelar juara dunia. Tak sampai di situ, Red Bull Racing juga keluar sebagai juara dunia konstruktor, mengalahkan tim-tim balap kenamaan seperti Ferrari, McLaren, dan Williams.
Hebatnya, Red Bull yang saat itu memperoleh pasokan mesin dari pabrikan asal Prancis, Renault, dan Vettel berhasil meneruskan dominasi mereka di ajang F1 setelah lagi-lagi keluar sebagai yang terbaik pada musim balap 2011, 2012, dan 2013.
Teruntuk ajang balap, Red Bull bahkan memiliki sebuah program pembinaan pebalap-pebalap muda yang kelak bisa diorbitkan. Bernoldi dan Vettel adalah dua dari puluhan, bahkan ratusan pmbalap yang dibina Red Bull.
Nama-nama lain yang merupakan pebalap binaan Red Bull adalah yang kini membela Red Bull Racing dan Scuderia Toro Rosso, yaitu Daniil Kvyat, Daniel Ricciardo, Carlos Sainz Jr., dan Max Verstappen.
Di luar sepak bola dan balap, Red Bull juga memiliki dua tim hoki es, yaitu E.C Red Bull Salzburg yang mentas di Liga Hoki Es Austria dan EHC Red Bull Munchen yang berlaga di Liga Hoki Es Jerman.
Sementara dengan urusan status sponsor, Anda akan dengan mudah menjumpai lambang banteng kembar di kendaraan yang ditunggangi Marc Marquez dan Dani Pedrosa di MotoGP. Begitu juga dengan motor KTM milik Pol Espargaro dan Bradley Smith yang akan hadir di MotoGP musim 2017.
Jika Anda juga mengikuti ajang balap motocross, MXGP, logo Red Bull pasti terpampang dengan jelas di tubuh motor KTM yang dikendarai oleh juara dunia MXGP delapan kali asal Italia, Antonio Cairoli.
Sebuah kejuaraan gawean Red Bull yang mengadu kelihaian pilot menghadapi beraneka macam rintangan dalam menerbangkan pesawat bertajuk Red Bull Air Race juga telah eksis sejak 2003 silam hingga hari ini.
Apa yang dilakukan perusahaan minuman berenergi ini memang amat fantastis, meski publik masih banyak yang bersikap skeptis dengan menyebut kesuksesan demi kesuksesan itu didapat karena uang.
Dan bila Anda termasuk salah satu di antaranya, ada baiknya Anda mencari tahu tentang kerja keras dan geliat Red Bull di bidang olahraga. Sungguh, pekerjaan hebat ini tidak dimulai kemarin sore.
Karena Red Bull memang gives you wings.
NB: Gives you wings adalah slogan dari Red Bull.