Meski terkadang inkonsistensi masih kerap menghinggapi, namun penampilan Liverpool di bawah asuhan seorang Juergen Klopp dinilai mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
Perbaikan itu terjadi pada segi mentalitas yang terbukti dengan beberapa kali Liverpool bangkit dari ketertinggalan dan meraih kemenangan. Mentalitas itu sekali lagi tampak saat laga melawan Borussia Dortmund di Anfield (15/2). Dua kali tertinggal 2 gol, The Reds bisa bangkit dan mengejar ketertinggalan menjadi berbalik unggul 4-3 setelah Dejan Lovren mencetak gol pada injury time.
Selain soal daya juang itu, banyak pihak juga menganggap taktik yang diterapkan Juergen Klopp di Liverpool juga meningkatkan performa anak asuhnya.
Jika beberapa musim sebelumnya kita sering melihat Liverpool dengan possession football ala Sang Maestro dari Irlandia Utara, Brendan Rodgers, namun musim ini jelas sangat berbeda. Di bawah komando Klopp, Liverpool tampil lebih spartan dan beringas.
Heavy Metal Football, begitulah pria Jerman ini menyebutnya. Memang tidak ada pengertian khusus tentang istilah tersebut, namun jika kita mengacu pada musik heavy metal yang menjadi favorit seorang Juergen Klopp, bisa kita bayangkan bahwa heavy metal football sebagai taktik yang lugas, cepat, progresif, dan tanpa basa-basi.
Dan pada kenyataannya seperti itulah permainan Liverpool yang kita lihat sekarang. Bukan, bukan gegenpressing, itu hanya sebuah bagian dari heavy metal football itu sendiri. Karena cakupan heavy metal football lebih luas dari sekadar gegenpressing.
Heavy Metal Football yang dimaksud oleh Klopp adalah permainan sepak bola menyerang tanpa memberikan lawan kesempatan untuk sekadar bernafas atau merasa aman. Setidaknya ada 4 (empat) poin yang menjadi inti dari heavy metal football, yaitu high pressing, gegenpressing, umschaltspiel, dan direct pass.
High Pressing
Prinsip dasar heavy metal football adalah pressing dan serang, sesederhana itu. Dan peran dari high pressing adalah mengambil alih penguasaan bola secepat mungkin, dan sedekat mungkin dengan wilayah pertahanan atau gawang musuh.
Dengan high pressing, Liverpool akan memajukan garis pertahanannya (defensive line), dan berusaha menekan lawan di wilayah pertahanan lawan atau sedekat mungkin dengan gawang lawan.
Dengan memajukan garis pertahanan, otomatis Liverpool akan memperkecil jarak antarpemainnya lini per lini, dan menambah jumlah orang untuk melakukan pressing.
Gegenpressing
Ada 3 (tiga) fase dalam sepak bola, yaitu menyerang, bertahan, dan transisi antara keduanya. Ketika Liverpool sedang dalam fase menyerang, lalu bola berhasil direbut lawan, maka Liverpool akan melakukan perubahan fase dari menyerang ke fase transisi lalu ke fase bertahan. Fungsi gegenpressing atau bisa juga disebut counterpressing adalah untuk memutus siklus perubahan fase tersebut.
Gegenpressing bekerja ketika Liverpool kehilangan bola, maka Liverpool tidak harus masuk ke fase bertahan, melainkan melakukan pressing terhadap lawan tepat ketika setelah bola berhasil direbut oleh lawan.
Lebih mudahnya adalah ketika bola direbut lawan, kita rebut kembali dengan cara menekan dengan 1 atau beberapa pemain. Hal ini akan memutus siklus perubahan fase di atas, dan tentu hal ini pun dilakukan berdasarkan aturan.
Dalam gegenpressing ada aturan waktu yang harus dipatuhi untuk menekan lawan. Aturan waktu yang diperbolehkan untuk melakukan gegenpressing adalah 5-6 detik.
Mengapa? karena menurut Juergen Klopp (juga dipahami pula oleh Pep Guardiola dan pelatih lainnya), waktu terbaik untuk melakukan gegenpressing saat kehilangan bola adalah 5-6 detik, karena saat itu lawan pun sedang dalam fase transisi dan mencari rekan, atau ke mana bola akan diarahkan.
Jika dalam waktu 5-6 detik Liverpool gagal merebut kembali bola dengan gegenpressing, maka Liverpool bisa segera fall back (masuk ke fase transisi, lalu ke fase bertahan), atau setidaknya para pemain Liverpool kembali ke pos bertahan masing-masing.
Umschaltspiel
Umschaltspiel adalah kata dari bahasa Jerman yang bila diterjemahkan, umschalt adalah transisi, dan spiel adalah permainan, maka pengertian umschaltspiel adalah transisi permainan.
Transisi permainan seperti apa yang diinginkan Klopp dalam heavy metal football-nya? Dalam heavy metal football, Klopp menginginkan transisi yang cepat dari bertahan ke menyerang. Dalam bahasa yang lebih mudah, ketika Liverpool berhasil merebut bola dari lawan, Liverpool langsung melakukan serangan langsung tanpa melakukan delay atau memainkan tempo.
Tidak seperti Barcelona yang memainkan penguasaan bola, Liverpool akan melakukan serangan secara langsung, cepat, dan tanpa basa-basi.
Pemahaman taktik dan pembacaan situasi dibutuhkan oleh setiap pemain tentunya. Karena permainan dengan transisi menyerang yang cepat, mengharuskan pemain untuk memahami posisinya masing-masing dan pergerakan yang harus dilakukan dalam kurun waktu yang relatif cepat untuk mengambil keputusan.
Tentu jika melihat penjelasan di atas, jelas Liverpool membutuhkan pemain-pemain yang memiliki kecepatan dan teknik yang baik. Dan kemungkinan hal tersebut akan didapatkan musim depan.
Namun jika melihat skuat yang ada saat ini, dan melihat perkembangan permainan Liverpool sampai saat ini, nampaknya para pemain Liverpool sedikit demi sedikit telah mampu beradaptasi dengan taktik Juergen Klopp, termasuk beradaptasi dengan transisi cepat yang diinginkan Klopp.
Direct Pass
Dengan pola transisi cepat dari bertahan ke menyerang, direct pass memang tepat untuk dilakukan. Dengan direct pass, pemain Liverpool dituntut untuk segera melepaskan umpan tanpa melakukan delay permainan (bila memungkinkan).
Dengan direct pass, aliran bola akan lebih cepat mencapai advanced area (area depan) dan memperbesar kemungkinan serangan yang efektif.
Kelemahan direct pass adalah mengurangi keberhasilan umpan dan penguasaan bola, juga memicu naiknya tempo permainan. Jadi hal yang wajar bila tempo permainan yang disuguhkan Liverpool adalah tempo permainan cepat yang berorientasi pada gol.
Selain hal di atas, kelemahan lain dari direct pass adalah lebih cepat menguras stamina pemain. Ini alasan mengapa kita sering melihat tempo permainan Liverpool yang menurun menjelang akhir pertandingan.
Harus diakui bahwa keempat inti dari heavy metal football tersebut belum sepenuhnya berhasil dijalankan oleh Liverpool dengan sempurna, baik secara individu pemain maupun secara tim. Namun sejauh ini, Liverpool sudah menunjukkan perkembangan yang signifikan dengan pola Klopp tersebut.
Meski menguras stamina, nyatanya heavy metal football bukan hal yang mustahil untuk diterapkan di Liverpool. Tentu, Juergen Klopp sudah memiliki pandangan dan pertimbangan dalam hal ini. Dan Klopp pasti sudah memiliki beberapa nama pemain yang akan menjadi target belanja Liverpool musim depan, guna menyempurnakan heavy metal football.