Apa yang Anda harapkan dari situasi 4vs6? Sebuah gol cantik? Bagaimana jika bola yang Anda kuasai hilang?
Pemandangan di atas merupakan gambaran ketidakmampuan Indonesia dalam mengontrol tempo permainan. Kegagalan ini ternyata memiliki efek yang sangat mematikan: kalah 5-0! Lalu, apa hubungannya mengontrol tempo dengan kekalahan Indonesia U-23?
Overload natural
Pada pertandingan ini, Indonesia U-23 menggunakan skema 4-2-3-1, sedangkan Vietnam U-23 menggunakan skema 4-4-2. Dalam skema 4-2-3-1 terdapat tiga pemain di area sentral yang terdiri dari dua pivot dan satu pemain yang mengisi pos no. 10. Sedangkan dalam skema 4-4-2, hanya terdapat dua pemain yang berada di area sentral. Dari interaksi kedua skema ini, secara natural Indonesia memiliki keunggulan jumlah pemain di area sentral di mana terdapat situasi 3vs2.
Overload yang muncul secara natural ini dapat dimanfaatkan dalam sejumlah cara. Namun yang paling sederhana adalah untuk kombinasi umpan. Kombinasi umpan dalam situasi unggul pemain ini tentu saja akan membuat lawan tidak dapat melakukan pressing begitu saja apalagi jika tidak ada akses yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena kombinasi umpan dapat menciptakan ruang yang muncul di antara lini tengah dan lini pertahanan, seperti yang dialami Vietnam U-23 pada beberapa kesempatan di pertandingan ini.
Gambar di atas menunjukkan bagaimana kedua sayap Indonesia U-23 yang masuk ke halfspace untuk mengeksploitasi ruang antarlini yang terbentuk akibat pressing yang dilakukan oleh Vietnam U-23.
Dengan demikian, adanya keunggulan jumlah pemain di area sentral ini juga seharusnya dapat dimanfaatkan untuk mengontrol tempo pertandingan karena lawan tidak dapat melakukan pressing secara sembarangan. Mengontrol tempo ini adalah hal yang sangat penting, terutama jika dapat dilakukan dari saat fase build-up. Jika tim Anda mampu mengontrol tempo, maka tim Anda dapat memastikan pemain-pemain anda akan berada pada posisi yang tepat untuk dapat melakukan progresi dan penetrasi.
Mengapa hal ini penting?
Jika Anda mampu menempatkan diri di posisi yang tepat saat akan melakukan progresi, maka Anda juga dapat mengidentifikasi opsi-opsi yang akan tersedia ketika Anda menerima bola. Selain itu, Anda juga dapat mengidentifikasi siapa saja lawan yang akan datang memberikan pressure terhadap Anda atau rekan Anda.
Kemampuan untuk mengontrol tempo inilah yang tidak terlihat dari kubu Indonesia U-23 pada pertandingan ini. Sehingga. alih-alih memanfaatkan superioritas jumlah pemain di area sentral, Indonesia U-23 justru sering kehilangan bola akibat minimnya opsi yang dimiliki pemain yang menerima bola.
Bukan hanya untuk mengidentifikasi opsi umpan dan lawan, jika pemain-pemain Anda berada di posisi yang tepat, maka Anda juga dapat mengidentifikasi akses yang bisa didapatkan ketika bola hilang. Dengan kata lain, Anda telah mempersiapkan apakah Anda akan melakukan counterpressing atau kembali ke posisi untuk membentuk blok dengan kompaksi yang baik.
Gambar di atas menunjukkan bagaimana Muchlis Hadi mencoba untuk memberikan pressure padahal rekan-rekannya sama sekali tidak memiliki akses untuk dapat melakukan counterpressing.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika Anda memaksakan untuk melakukan pressing tanpa adanya akses, maka pressing tersebut akan sangat mudah untuk dilewati. Apabila pressing Anda dilewati, maka kompaksi dalam blok struktural tim Anda akan terganggu. Efeknya adalah terbukanya ruang yang memungkinkan untuk dapat dieksploitasi oleh lawan.
Gambar di atas menunjukkan akibat counterpressing tanpa adanya akses yang dilakukan oleh Indonesia (gambar sebelumnya) menghasilkan ruang di zona 5 Indonesia (ditunjukkan oleh lingkaran kuning). Memberikan ruang kosong bagi lawan di zona 5 berarti Anda telah memberikan senapan kepada lawan anda untuk dibidikkan ke kepala Anda!
Akses dan kompaksi
Hal utama yang menjadi dasar buruknya pressing Indonesia U-23 adalah akses dan kompaksi. Pressing merupakan usaha memberikan pressure dengan tujuan untuk merebut bola dari lawan. Ketika Anda memberikan pressure sebagai individu, maka Anda akan keluar dari rantai kompaksi tim anda. Apabila rantai kompaksi tim anda terpecah, maka akan terciptalah ruang yang dapat dieksploitasi oleh lawan. Oleh karena itu, pressing harus dilakukan sebagai satu unit blok struktural.
Untuk dapat melakukan pressing dibutuhkan akses. Akses ini direpresentasikan dalam jarak terhadap target pressing serta ketertutupan opsi yang dimiliki oleh lawan yang memegang bola. Semakin dekat jarak kita terhadap target pressing maka semakin baik akses yang kita miliki. Begitu pula dengan opsi yang dimiliki oleh lawan. Semakin sedikit opsi yang dimiliki lawan maka akses kita semakin baik. Akses ini biasanya didapatkan setelah melakukan sejumlah persiapan, misalnya mengarahkan lawan ke zona tertentu. Tanpa adanya akses, pressing yang kita lakukan akan sia-sia.
Berbicara mengenai opsi yang dimiliki oleh lawan, tidak terlepas dari kompasi blok struktural dalam tim kita. Dengan kompaksi yang buruk, maka lawan akan menemukan ruang yang terbuka. Pemain yang berada di ruang yang terbuka merupakan opsi umpan yang sangat baik karena dirinya akan memiliki waktu ekstra untuk mengidentifikasi opsi yang dimilikinya sebelum datangnya pressure dari pemain lawan.
Gambar di atas menunjukkan buruknya kompaksi dalam blok struktural Indonesia U-23. Namun, beruntung bagi Indonesia U-23 karena hanya ada satu pemain yang mencoba mengeksploitasi ruang antarlini yang muncul. Dapat diperhatikan bagaimana minimnya akses pressing terhadap pemain Vietnam U-23 yang berada di sisi lapangan. Hal ini menyebabkan dirinya tidak terjebak sehingga ia dapat mengidentifikasi opsi yang tersedia di ruang antarlini.
Pada gambar di atas terlihat bagaimana Indonesia U-23 memaksakan pressing tanpa adanya akses yang baik. Selain tidak ada akses, kompaksi dalam blok struktural Indonesia U-23 juga sangat buruk, sehingga terdapat ruang yang terbuka bagi Vietnam U-23. Dapat diperhatikan, tanda seru (!) menunjukkan di mana saja posisi yang seharusnya ditempati untuk mendapatkan akses pressing serta menjaga kompaksi.
Fullback
Akibat buruknya pengaturan tempo dan kompaksi di kubu Indonesia U-23, yang paling sering menjadi korban adalah fullback mereka. Namun dalam beberapa kesempatan, fullback Indonesia U-23 juga melakukan sejumlah keputusan yang buruk.
Gambar di atas menunjukkan akibat buruknya kompaksi dalam blok struktural Indonesia U-23, Vietnam U-23 pun berhasil mengeksploitasi ruang antarlini. Yang menarik adalah bagaimana fullback Indonesia U-23 menjadi orang pertama yang memberikan pressure. Hal tersebut tentu saja membuka ruang bagi pemain sayap Vietnam U-23 untuk masuk dan melakukan penetrasi.
Gambar di atas menunjukkan proses yang mengawali terjadinya gol pertama. Dapat diperhatikan bagaimana fullback Indonesia U-23 memberikan pressure yang berakibat terbukanya ruang bagi penyerang Vietnam U-23. Pergerakannya ke ruang ini memancing reaksi dari bek tengah kanan Indonesia U-23. Setelah melakukan kombinasi umpan dengan penyerang, sayap Vietnam U-23 melepaskan tembakan yang mengenai tangan bek tengah kiri Indonesia U-23.
Pertanyaan lain yang muncul adalah, mengapa sayap Vietnam U-23 dapat melepaskan tembakan? Dapat diperhatikan bagaimana bek tengah kiri Indonesia U-23 yang seharusnya meng-cover bek tengah kanan justru mencoba mengantisipasi untuk memberikan pressure terhadap penyerang Vietnam U-23 yang jaraknya jauh.
Gambar di atas menunjukkan proses yang mengawali terjadinya gol kedua. Situasi ini muncul akibat kegagalan Indonesia melakukan manajemen terhadap tempo permainan mereka sehingga serangan yang mereka bangun dilakukan dengan support yang minim. Akibatnya adalah bola mudah hilang, dan ketika bola hilang tidak dapat melakukan counterpressing dengan baik.
Mengontrol tempo
Mengapa Indonesia U23 gagal mengontrol tempo permainan?
Jika Anda perhatikan gambar di atas, Vietnam U-23 melakukan pressing dalam skema 4-4-2/4-2-4. Kedua penyerang mereka akan mencari akses ke kedua bek tengah Indonesia U-23 sehingga menciptakan situasi 2vs2. Tentu saja mengontrol tempo adalah hal yang sulit dilakukan jika dari fase build-up saja lawan dapat memberikan pressing semacam ini.
Mengapa lawan dapat melakukan pressing?
Karena Indonesia U-23 tidak menciptakan situasi overload dari awal atau sejak fase build-up. Indonesia U-23 memang memiliki keunggulan natural 3vs2 di area sentral, namun jika progresi bola sejak fase build-up bisa ditekan, maka keunggulan di area sentral ini tidak berguna. Jika Anda sanggup menciptakan overload sejak dari fase build-up, maka sirkulasi bola di fase ini akan lancar. Lancarnya sirkulasi ini akan membuat pressing lawan menjadi sia-sia.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan overload saat fase build-up ini.
Pertama, dengan memanfaatkan salah satu pivote yang turun mengisi di antara kedua bek tengah yang melebar.
Kedua, dengan mengikutsertakan penjaga gawang saat fase build-up. Fase ini memiliki risiko yang sangat tinggi, namun sirkulasi yang baik dapat menciptakan serangan yang mematikan.
Terakhir, adalah dengan memanfaatkan salah satu fullback.
Build-up dengan tiga pemain seperti ini — selain menciptakan overload — dapat memudahkan para pemain untuk mengakses jalur-jalur umpan yang terbuka ketika bola dipindahkan.
Kesimpulan
Ada dua hal yang paling mendasar dalam sepak bola. Pertama, manajemen ruang dan konektivitas, dan kedua, manajemen tempo. Mengontrol tempo di sini ditujukan untuk mengontrol struktur permainan tim Anda yang berguna untuk melakukan manajemen ruang. Namun perlu digarisbawahi bahwa mengontrol tempo bukan berarti memainkan sepak bola yang lambat. Keputusan mengenai tempo seperti apa yang anda inginkan tentu saja bergantung pada kualitas pemain. Bacaan lebih mendalam mengenai tempo dapat anda temukan di sini.