Leonardo Medina, Misi Bangkitkan PERSIS dengan Pemain Muda

Leonardo Medina resmi menjadi pelaith kepala PERSIS Solo. (persissolo.id)
Leonardo Medina resmi menjadi pelaith kepala PERSIS Solo. (persissolo.id)

PERSIS Solo secara resmi menunjuk Leonardo Medina sebagai pelatih kepala klub menggantikan Jacksen F. Tiago dan caretaker Rasiman. Leo, sapaan akrab pelatih kelahiran Mexico City itu sebelumnya merupakan eks asisten pelatih Benjamin Mora di Johor Darul Ta’zim FC. Di kasta tertinggi sepakbola Malaysia, keduanya telah bekerja sama sejak musim 2019/2020 dan mempersembahkan dua gelar Liga Super Malaysia secara beruntun.

Riwayat Leo sebagai pelatih belum banyak diketahui. Dilansir transfermarkt, sebagian besar karier pelatih 52 tahun tersebut berkutat pada level akademi atau skuad kelompok umur. Sebelum ke JDT, Leo menjadi pelatih kepala CF America Jugend, akademi klub Liga MX Meksiko. Dengan bekal skuad PERSIS yang cukup banyak terdiri dari pemain muda, kapasitas Leo sebagai pelatih kepala patut dinantikan ketika Liga 1 nanti kembali berjalan.

“Tim ini memiliki rata-rata pemain yang cukup segar, sekitar 27 tahun. Kombinasi pemain muda dan senior membuat tim ini semakin menarik dan atraktif di atas lapangan,” ungkap Leo dikutip dari laman resmi PERSIS. Berdasarkan data transfermarkt, skuad PERSIS musim ini memiliki rata-rata usia 25.7 tahun, termasuk salah satu yang termuda di antara kontestan Liga 1 lainnya.

Jika dilihat dari latar belakang sang pelatih anyar dan karakter skuad PERSIS musim ini, keduanya dapat saling melengkapi untuk tujuan jangka panjang dengan mengandalkan para pemain muda. Nama-nama seperti Zanadin Fariz, Althaf Indie, Irfan Jauhari dan lain-lain berada di tangan yang tepat sehingga diharapkan semakin berkembang di bawah asuhan Leonardo Medina.

Terlebih, PERSIS juga memiliki segudang pemain berpengalaman sebagai perpaduan. Terutama sosok Fernando Rodriguez yang sebelumnya juga pernah bekerja sama dengan Leo saat masih di skuad Harimau Selatan.

Dari segi taktikal dan ide permainan, Leo tentu akrab dengan karakteristik sepakbola Asia Tenggara yang mengandalkan kecepatan. Namun menurutnya, sepakbola Indonesia dan Malaysia memiliki perbedaan pada aspek intensitas permainan.

Baginya, sepakbola Indonesia lebih mirip dengan karakter permainan di Meksiko yang intens menyerang, sementara di Malaysia lebih banyak menunggu dan mengandalkan serangan balik cepat. Dalam skema pelatih Benjamin Mora, Leo terbiasa dengan formasi 4-3-3 menyerang.

Hal serupa sepertinya akan diterapkan Leo terhadap skuad Laskar Sambernyawa. Atraktif menjadi kata kunci dalam wawancara pertamanya bersama klub. Ia ingin secara maksimal memanfaatkan potensi para pemain muda dengan PERSIS Youth yang terus berkembang di berbagai kelompok umur. “Saya sebelumnya sudah berbicara banyak dengan coach Rasiman, kita memiliki pemain-pemain berpotensi di PERSIS Youth Academy.”

Kedatangan pelatih berlisensi UEFA Pro itu semakin menambah persaingan antar pelatih top di Liga 1 musim ini setelah kedatangan Thomas Doll, Bernado Tavares, dan Luis Milla. Penunjukkan Leo sebagai pelatih kepala juga menepis rumor yang mengaitkan Benjamin Mora dengan PERSIS.

Mora sendiri kini memutuskan pulang ke Meksiko untuk melatih Atlas yang saat ini menempati posisi dua terbawah di Liga MX. Sedangkan PERSIS kini berada di urutan Ke-14 klasemen sementara Liga 1 dengan pekerjaan utama pelatih kepala untuk mengangkat derajat PERSIS sebagai tim promosi musim ini.

Belum ada kepastian terkait keberlanjutan Liga 1 di tengah pengusutan tragedi Kanjuruhan dan upaya perbaikan tata kelola sepakbola nasional. Di samping itu, Leonardo Medina memiliki keuntungan untuk menguji kekuatan skuad dan meracik timnya sebelum kompetisi kembali berjalan. Dilihat dari latar belakang Leonardo Medina dan karakter skuad miliknya musim ini, apakah sang pelatih cocok untuk menukangi Laskar Sambernyawa yang berusaha bangkit?

Komentar
BACA JUGA:  Stadion Manahan: Representasi Gunungan dalam Pagelaran Wayang Sepak Bola Indonesia