Lima Pesepak Bola Asia Tenggara yang Sukses Berkarier di Indonesia

Nama Fandi bin Ahmad atau lebih dikenal sebagai Fandi Ahmad sudah tidak asing lagi bagi sepak bola Indonesia. Dirinya bukan hanya populer karena pernah menangani Pelita Jaya selama empat musim yaitu mulai edisi 2006 hingga 2010, tetapi juga semasa aktif menjadi pemain Fandi sempat memperkuat NIAC Mitra di kompetisi Galatama pada tahun 1982.

Fandi yang pernah mendapatkan sikutan dari asisten pelatih Persib saat ini, Herri Setiawan kala keduanya berjumpa saat timnas Indonesia berhadapan dengan Singapura di SEA Games tahun 1991, tercatat sebagai pemain asing asal Asia Tenggara pertama yang berlaga di sepak bola Indonesia bersama David Lee (red: catatan penulis). Meskipun hanya bermain satu musim Fandi memberikan cerita manis, termasuk gol kemenangan yang dicetaknya saat NIAC Mitra berhadapan dengan klub asal Inggris, Arsenal pada laga persahabatan, yang berakhir dengan kemenangan 2-0 untuk klub asal Surabaya itu.

Setelah Fandi, berangsur-angsur pemain asal Asia Tenggara ikut mencicipi panasnya sepak bola Indonesia. Berikut lima pemain yang mampu menapaki kesuksesan ketika berkarier di Liga Indonesia.

1. Safee Sali

Kiprah penyerang yang kini bermain untuk Johor Darul Takzim ini pertama kali dikenal oleh publik sepak bola Indonesia adalah ketika gelaran Piala AFF 2010, di mana dirinya bersama tandemnya di lini depan Norshahrul Idlan Thalaha bermain padu, termasuk meluluh lantakan pertahanan Indonesia di partai puncak.

Pada 5 Februari 2011, pemain bernama lengkap Mohd Safee Mohd Sali ini resmi memperkuat Pelita Jaya –yang kemudian dikenal sebagai Pelita Karawang— dengan biaya transfer sebesar 30.000 dollar. Ada dua kejadian luar biasa yang pastinya akan sulit dilupakan oleh publik stadion Singaperbangsa, yaitu gol salto Safee saat Pelita Karawang berhadapan dengan Persijap Jepara pada 3 Maret 2011 dan quattrick yang diciptakannya ke gawang Gresik United pada musim keduanya bersama The Young Guns—Julukan Pelita, tepatnya pada 24 Maret 2012. Di musim keduanya bersama Pelita, Safee bahkan ditunjuk sebagai kapten tim. Meski tak pernah meraih juara, namanya akan dikenang oleh publik sepak bola Indonesia.

2. Khairul Amri

Di timnas Singapura, Khairul Amri kesulitan meraih tempat di tim utama, bukan saja oleh penyerang naturalisasi Aleksandar Duric atau Shi Jiyai, Amri juga tersingkir oleh penyerang lokal Singapura lain seperti Indra Shahdan atau Noh Alam Shah. Namun kontribusi Amri untuk tim nasional Singapura tidak bisa dianggap remeh, dirinya acapkali mencetak gol penting, termasuk satu gol yang dirinya ciptakan di leg pertama babak final Piala AFF 2012 yang berakhir dengan keluarnya Singapura sebagai kampiun.

Meskipun bertubuh mungil yaitu 172 cm, tidak membuat Amri mati kutu ketika menghadapi lini belakang lawan yang bertubuh lebih besar, Amri mengatasi hadangan para defender yang lebih superior secara fisik dengan kecepatan yang dimilikinya. Total sembilan gol dari 23 penampilan dicatatkan Amri selama berseragam klub asal Kalimantan Timur, Persiba Balikpapan. Sayangnya karir Amri di Indonesia tidak berakhir manis, dirinya menderita cedera lutut yang membuatnya absen cukup lama. Manajemen Beruang Madu –julukan Persiba sempat menawarkan perpanjangan masa bermain bagi Amri yang memang dikontrak untuk satu musim, namun tawaran tersebut ditolak dan Amri kembali ke Singapura pada akhir musim.

3. Suchao Nuchnum

Datang bersamaan dengan Shintaweechai “Kosin” Hathairattanakool pada masa pinjaman keduanya di Persib Bandung pada liga musim 2009. Suchao langsung menjadi idola bobotoh setelah dirinya mencetak gol pada pertandingan perdananya saat Persib berhadapan dengan Pelita Jaya pada 21 November 2009. Paras Suchao yang terbilang cute juga-lah yang mengembalikan tren bobotoh wanita untuk datang ke stadion, setelah sebelumnya ada keenganan akibat alasan keamanan.

Total pemain tim nasional Thailand ini bermain dalam 15 pertandingan dengan mencetak tiga gol, di mana salah satu dari ketiga gol tersebut dicetak Suchao dengan sensasional yaitu melalui sepakan pojok saat Maung Bandung menghantam Persik Kediri dengan skor 6-2. Sayangnya itu juga jadi partai terakhirnya bersama Persib.

Meskipun hanya berada di Bandung dalam waktu yang sangat singkat, sinerginya dengan Eka Ramdani begitu padu. Nama Suchao akan selalu disebut oleh bobotoh apabila muncul pertanyaan siapakah salah satu pemain asing terbaik yang pernah memperkuat Maung Bandung.

4. Noh Alam Shah dan Muhammad Ridhuan

Keduanya datang secara bersamaan, lantas menjadi kunci Arema saat menjuarai Liga Super Indonesia musim 2009/2010. Baik Ridhuan yang berposisi sebagai gelandang sayap ataupun Noh Alam Shah sebagai penyerang berperan penting terhadap raihan sukses Arema pada musim tersebut.

Along –sapaan akrab Alam Shah— dan Ridhuan merupakan langganan tim nasional Singapura, dan merupakan favorit dari pelatih Radjoko “Raddy” Avramovic, keduanya bermain bersama sejak tahun 2003. Along sendiri mencatatkan rekor gol terbanyak dalam satu pertandingan di Piala AFF dengan tujuh gol saat Singapura menggilas Laos 11-0 pada 15 Januari 2007. Sementara Ridhuan sendiri memiliki fenomena terbilang unik, karena dirinya lebih sering dipasang sebagai bek sayap ketika berlaga untuk tim nasional Singapura.

Keduanya memilih hijrah ke Indonesia dengan alasan publik sepak bola Singapura belum bisa menghargai sepak bola, dibuktikan dengan sepinya stadion sehingga membuat pemain kehilangan motivasi, ditambah Along berpendapat bahwa wasit di negaranya selalu bersikap tidak adil kepada dirinya.

Keduanya bermain selama tiga musim dan apabila digabungkan total keduanya mencetak hampir lima puluh gol. Salah satu yang menyebabkan keduanya hengkang tentunya adalah dualisme kepemilikan yang saat itu mulai dialami oleh Arema. Selain gelar juara, memori manis yang diberikan Along adalah sebuah gol overhead kick pada derby Malang di musim perdananya bersama Arema. Gol tersebut merupakan umpan dari Ridhuan, tandem sehatinya.

Nama-nama di atas menandakan bahwa beberapa pemain yang mengikuti Fandi Ahmad berhasil meraih sukses di Indonesia. Namun ada beberapa pemain lain yang tidak berhasil menunjukan peforma terbaik, contoh besar tentunya adalah kapten tim nasional Singapura, Shahril Ishak yang tampil melempem saat membela Persib di Liga Super Indonesia musim 2010.

Ada kecenderungan klub di sepak bola Indonesia sedikit enggan untuk menggunakan jasa pemain sesama Asia Tenggara karena kualitas dianggap tidak jauh berbeda namun status yang dimiliki para pemain Asia Tenggara lain tersebut adalah pemain asing, sehingga akan berpengaruh terhadap gaji yang akan diberikan dan kuota pemain asing.

Belakangan ini, pemain Asia Tenggara jarang berlaga di Indonesia. Tentu kehadiran pemain dari negeri Jiran, Singapura, Thailand, maupun negara lain di kawasan Asia Tenggara bisa menyemarakkan Liga Indonesia jika nantinya kembali bergulir.

 

Komentar

This website uses cookies.