Sadar bahwa performa mereka sungguh jeblok di paruh musim ini, manajemen AC Milan mengupayakan pembenahan. Salah satu cara yang ditempuh adalah memulangkan Zlatan Ibrahimovic ke Stadion San Siro. Enaknya, transfer tersebut ditunaikan secara gratis karena kontrak Zlatan dengan klub sebelumnya, Los Angeles Galaxy, sudah kedaluwarsa.
Kekalahan lima gol dari Atalanta menjadi penutup tahun yang memilukan bagi I Rossoneri. Kemenangan seolah enggan menghampiri mereka. Sejak musim ini berjalan, kecuali Desember, Alessio Romagnoli dan kawan-kawan hanya mampu menang sekali dalam sebulan.
Agustus kontra Brescia, September lawan Hellas Verona, Oktober bertamu ke Genoa, dan November menjamu SPAL. Desember memang memberikan Milan dua kemenangan, tapi Atalanta memaksa Milan mengingat Desember sebagai kemalangan.
Terjerembap di posisi sebelas klasemen dengan 21 poin, dan hanya melesakkan 16 gol dari 17 giornata adalah indikasi dari masalah serius yang menggerogoti. Padahal Milan lebih sedikit kebobolan ketimbang Atalanta, penghuni peringkat lima. Namun ketajaman di sektor penyerangan menjadi pembeda nasib kedua kesebelasan.
Fabio Borini, Samu Castillejo, Rafael Leao, Krzysztof Piatek, Ante Rebic, dan Suso yang menjadi amunisi di barisan depan tak memperlihatkan sesuatu yang luar biasa. Secara keseluruhan, mereka cuma mengumpulkan 5 gol. Jumlah yang sangat tidak ideal.
Meski hanya dua musim membela panji I Rossoneri, Zlatan masih jadi pencetak gol terbanyak tim dalam satu dekade terakhir. Total, pria Swedia ini menyumbang 42 gol dan tak bisa dilampaui pemain mana pun sejak meninggalkan kota Milan pada 2012 silam.
Puluhan pemain datang dan pergi, tapi rasanya tak ada yang seheroik Zlatan. Bahkan gelontoran uang senilai 200 juta euro pada musim 2017/2018 lalu cuma menyisakan ironi tak terperi. Milan hari ini seperti seekor singa sirkus dalam film The Wild yang lupa cara mengaum. Parahnya, singa tersebut juga kehilangan naluri sebagai pemangsa. Milan adalah The Big Fat Pussy Cat, elegi yang pas dari film tersebut.
Sejak kedatangan Zlatan, media sosial Milan terus menggemakan tanda pagar pagar #IZBACK. Milan seperti menyambut kepulangan sang penyelamat. Antusiasme di dada Milanisti pun ikut melonjak.
Wajib diakui bahwa sosok penuh ambisi dan karisma seperti Zlatan benar-benar dibutuhkan oleh Milan pada saat ini. Keberhasilan mengamankan tanda tangan bekas penggawa Ajax Amsterdam, Juventus, dan Internazionale Milano ini adalah anugerah terindah di tengah periode sulit.
Sebetulnya, agak riskan untuk menyerahkan nasib kepada pria berusia 38 tahun. Namun Milan takkan peduli, mereka sudah terjepit keadaan dan mesti bangkit sesegera mungkin bila tak ingin merasakan hal yang lebih buruk.
‘Debut’ Zlatan berseragam Milan tak berjalan mulus pada 6 Januari kemarin. Melawan Sampdoria, I Rossoneri cuma mengepak sebiji poin usai bermain imbang 1-1. Zlatan sendiri baru merumput di babak kedua setelah dimasukkan Stefano Pioli buat menggantikan Piatek.
Keputusan berbeda dibikin sang pelatih tatkala Milan bertandang ke markas Cagliari pada Sabtu (11/1) kemarin. Zlatan langsung diturunkan sebagai starter di lini depan bersama Leao. Hasilnya, Milan sukses memetik kemenangan via skor akhir 2-0. Zlatan sendiri jadi penyumbang gol kedua I Rossoneri pada laga tersebut.
Terlalu dini untuk menyebut Milan akan lekas bangkit gara-gara keberadaan Zlatan. Ingat, sepakbola adalah permainan sebelas melawan sebelas. Sehebat apapun sang striker, ia pasti membutuhkan dukungan dari rekan setim, khususnya untuk mencetak gol.
Kendati demikian, kehadiran Zlatan bisa membuat atmosfer di tubuh Milan makin optimis. Apalagi posisi mereka per hari ini (12/1) terkerek naik ke peringkat delapan via torehan 25 poin. Mengingat kompetisi yang masih teramat panjang, kemungkinan bagi I Rossoneri buat mentas di turnamen antarklub Eropa musim depan tetap terbuka.
Syaratnya sederhana, perekrutan pemain yang mereka lakukan sebagai langkah pembenahan di bursa transfer musim dingin memang tepat dan Milan bisa tampil konsisten lagi di atas lapangan. Tanpa keduanya, misi bangkit tentu sulit diwujudkan.
Jadwal Milan di tiga giornata Serie A selanjutnya disebut tidak terlalu berat. Masing-masing berjumpa Udinese, Brescia, dan Verona. Milanisti jelas berharap bahwa Zlatan sanggup membawa timnya beroleh hasil positif karena bagi mereka, Zlatan adalah mantra kekuatan untuk melepaskan diri dari era yang dijejali perasaan nelangsa.
Kalau Zlatan tidak bisa merapalkan Avada Kadavra seperti kepunyaan Voldemort guna memusnahkan lawan. Setidaknya mantra Expelliarmus layaknya milik Harry Potter akan bekerja sempurna untuk melucuti mental lawan sekaligus membangkitkan Milan di sisa musim ini.