Longstaff Bersaudara: Pilar Masa Depan Newcastle United

Selama beberapa pekan terakhir, berita tentang akuisisi Newcastle United yang dilakukan oleh Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman, dari tangan Mike Ashley, terus bergulir. Konon, akuisisi tersebut bakal dilakukan sang pangeran lewat konsorsium Saudi Arabia’s Public Investment Fund.

Meski belum menjadi kenyataan, hal ini membuat media-media Inggris maupun dunia semakin ramai memberitakan bahwa Pangeran Mohammed siap melakukan cuci gudang di tubuh klub berjuluk The Magpies itu. Penggawa bintang akan didatangkan ke Stadion St. James’ Park guna mendongkrang penampilan Newcastle. Pun dengan sosok yang duduk di kursi pelatih.

Seperti diwartakan 90min, nama Gareth Bale, Edinson Cavani, dan James Rodriguez masuk ke dalam radar incaran. Sementara sosok Steve Bruce yang dianggap tak kapabel sebagai juru strategi, siap disubstitusi oleh Rafael Benitez yang menangani Newcastle pada 2016-2019 maupun mantan bos Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino.

Akan tetapi, kita kesampingkan dahulu gosip-gosip perpindahan pemain dengan nama besar atau kedatangan pelatih dengan kualitas paripurna. Anggap saja Pangeran Mohammed sudah resmi mengambilalih Newcastle dari tangan Ashley, maka salah satu langkah yang wajib dilakukannya adalah mempertahankan keberadaan kakak beradik Longstaff, Sean dan Matthew, di tubuh tim dan bahkan menjadikan mereka pilar.

Sean Longstaff

Berusia 22 tahun, Sean merupakan sosok kelahiran Newcastle dan dikenal sebagai pendukung The Magpies sedari belia. Di usianya yang masih muda, Sean memperlihatkan kematangan yang luar biasa. Tak heran jika Bruce memberinya kesempatan bermain cukup banyak sepanjang musim 2019/2020 sebagai starter.

Sebagai gelandang, saya melihat Sean merupakan figur yang kemampuannya lengkap. Giringan. akurasi umpan dan tembakannya mumpuni, terlebih kedua kakinya sama-sama hidup. Visinya dalam bermain juga apik. Ditambah kelihaiannya dalam mencari dan mengeksploitasi ruang serta keberanian dalam duel-duel fisik hingga melakukan tekel, Sean punya atribut lengkap guna berperan jadi dinamo permainan di sektor tengah.

BACA JUGA:  West Ham United: Rumah yang Tak Nyaman Itu Bernama Stadion Olimpiade London

Debut Sean bareng Newcastle terjadi pada musim 2018/2019 silam. Kala itu dirinya diturunkan sebagai pemain pengganti oleh Benitez yang saat itu masih menjabat sebagai pelatih dalam partai Boxing Day melawan Liverpool. Nahas, laga itu berujung pahit karena The Magpies keok 0-4.

Sementara laga di ajang Piala FA musim 2018/2019 versus Blackburn Rovers pada 15 Januari 2019 takkan bisa dilupakan Sean karena di situlah ia mencetak gol perdananya di kancah profesional bersama Newcastle. Sementara di Liga Primer Inggris, Sean membukukan gol pertamanya saat The Magpies menang 2-0 dari Burnley pada 26 Februari 2019.

Meski demikian, Sean punya riwayat cedera yang cukup mengerikan. Kampanyenya di musim 2018/2019 berakhir di tengah jalan akibat cedera ligamen. Sean wajib menjaga kondisi fisiknya secara prima agar tak didera cedera serupa di masa yang akan datang karena itu bisa memengaruhi kariernya.

Lesatan Sean di skuat utama Newcastle selama kurang lebih dua musim terakhir bikin klub yang lebih mapan tergoda untuk merekrutnya. Kabarnya, tim Liga Primer Inggris lain, Manchester United, sangat tertarik memboyongnya ke Stadion Old Trafford. Namun kubu Newcastle telah memagari Sean dengan banderol yang lumayan mahal yakni 50 juta Paun sehingga United mundur teratur.

Matthew Longstaff

Sementara adik Sean, Matthew, baru berumur 20 tahun. Penggawa yang akrab dipanggil Matty ini diberi kesempatan oleh Bruce buat menjalani debut profesionalnya bareng Newcastle pada putaran kedua Piala Liga musim 2019/2020 kontra Leicester City. Walau gagal mengantar The Magpies lolos ke fase berikutnya, penampilan Matty dinilai menjanjikan.

Potensi yang dipunyai Matty begitu sulit diabaikan begitu saja oleh sang pelatih. Saat melakoni debut di Liga Primer Inggris dalam partai melawan Manchester United (6/10) di kandang sendiri, Matty menghentak sejadi-jadinya. Bagaimana tidak, ia jadi pahlawan Newcastle malam itu usai melesakkan satu-satunya gol yang lahir dalam laga tersebut.

Siapapun menganggap bahwa debut Matty bersama The Magpies teramat sempurna. Matty sendiri pasti tak pernah membayangkan hal itu akan terjadi. Gol indah Matty ke jala David de Gea bahkan berujung pada penghargaan Goal of The Month di bulan Oktober. Impresif sekali, kan?

BACA JUGA:  Newcastle United Menyongsong Era Baru

Tak berbeda jauh dengan sang kakak, Matty dinilai sebagai gelandang muda dengan atribut yang komplet dari sisi teknis. Terlebih, dirinya juga memiliki kepercayaan diri tinggi buat membuktikan kapasitasnya. Namun demikian, Matty yang masih hijau dirasa perlu mematangkan karakter bermainnya serta cakap dalam menata emosinya di atas lapangan hijau supaya tidak gampang melakukan pelanggaran atau bersikap konyol.

Sebagai peramu taktik, Bruce sadar bahwa Longstaff bersaudara mempunyai potensi serta kapasitas untuk menjadi pilar utama Newcastle di masa yang akan datang. Maka Bruce pun terus berupaya untuk mengintegrasikan keduanya ke dalam tim supaya pengalaman mereka bertambah, matang sebagai individu dan sanggup bekerja sama dengan seluruh rekan setim.

Bagi Newcastle dan suporternya, keberadaan Longstaff bersaudara di skuat utama adalah kebanggaan tersendiri karena mereka adalah produk akademi dan juga warga lokal Newcastle. Siapapun sadar bahwa sekarang, hanya sedikit jebolan akademi dari sebuah klub yang berhasil menembus tim utama sekaligus dijadikan andalan.

Baik Sean dan Matty jelas butuh waktu untuk mengembangkan kemampuannya hingga titik maksimal sebagai pesepakbola profesional. Lewat penanganan yang tepat, keduanya bisa melejit sebagai gelandang-gelandang jempolan dan ditahbiskan sebagai pilar anyar Newcastle. Siapa tahu, sosok yang dapat menghadirkan kejayaan yang sudah lama hilang dari Stadion St. James’ Park bukanlah Bale, Cavani atau James, melainkan Longstaff bersaudara.

Howay The Lads!

Komentar
Penggemar sepakbola yang bisa disapa via akun Twitter @ikhsanfirdauss