Mario Kempes datang ke Indonesia dengan status sebagai legenda sepakbola Argentina. Bermain dalam tiga edisi Piala Dunia, Kempes bahkan sukses membawa Argentina juara pada 1978, sekaligus menyabet gelar top skor lewat enam golnya dalam gelaran tersebut.
Tidak hanya di level timnas, Kempes juga menorehkan banyak prestasi di level klub. Ia mencapai masa keemasannya saat masih bermain di Valencia. Dari 1976 hingga 1981, berbagai gelar berhasil dipersembahkan Kempes untuk klub berjulukan El Che itu.
Ia membawa Valencia memenangkan trofi Piala Super Spanyol (1978/79), Piala Winners (1979/80), dan Piala Super Eropa (1980). Pada musim panas 1981, Kempes kemudian meninggalkan Valencia untuk kembali bermain di negaranya sendiri, bersama River Plate.
Hanya semusim di sana, Valencia kembali meminang Kempes. Sayangnya, performa Kempes menurun pada kesempatan keduanya saat membela Valencia. Ia kemudian berlabuh ke klub Spanyol lainnya, Hercules.
Namun Kempes kembali gagal mengembalikan performa terbaiknya di Hercules. Setelahnya, ia hijrah ke Austria dan bermain selama enam tahun dari 1986 hingga 1992. Tiga klub berbeda di belanya selama di Austria, yakni First Vienna, St. Polten, dan Kremser SC.
Usianya yang tak lagi muda membuat Kempes kesulitan untuk melanjutkan karier di Eropa. Ia sempat mencoba menekuni bidang kepelatihan dengan menjadi asisten pelatih di Valencia. Hingga pada 1996, Kempes memutuskan hijrah ke Indonesia.
Pelita Jaya menjadi klub yang berhasil mendapatkan tanda tangan Kempes. Ia dikontrak sebagai pemain yang merangkap pelatih Peltia Jaya. Kedatangan Kempes tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia sepakbola Indonesia.
Meski tak lagi muda, Kempes masih bisa menunjukkan tajinya sebagai striker kelas dunia. Bermain dalam 15 pertandingan bersama Pelita Jaya, Kempes berhasil membukukan 10 gol.
Pada 1997, Kempes memutuskan gantung sepatu supaya bisa lebih fokus dengan karier kepelatihannya. Selain itu, usia Kempes juga sudah menginjakkan umur 43 tahun.
Selama menjadi pelatih, Kempes belum pernah dipercaya menangani klub besar. Meski begitu, karier kepelatihannya sempat menuai prestasi saat berhasil membawa The Strongest juara di Liga Bolivia pada 1999.
Umur karier kepelatihan Kempes sangat pendek, yakni berakhir pada 2001. Setelahnya, legenda Argentina setinggi 1,84 meter itu lebih banyak menghabiskan waktu sebagai komentator sepakbola.