Gelar juara Liga Primer Inggris sudah dipastikan menjadi milik Chelsea kala klub London Barat tersebut mengalahkan Crystal Palace pada pertandingan pekan ke-35. Maka dari itu, pertandingan yang melibatkan Manchester City dan Southampton pada pekan pamungkas ini sebenarnya sudah tak berpengaruh besar bagi posisi Manchester City di tabel klasemen, mengingat mereka pun sudah mengunci peringkat kedua sejak pekan ke-37. Namun, bagi Southampton, pertandingan ini adalah pertandingan penentu kelolosan mereka ke Liga Europa musim depan. Sayangnya, The Saints gagal memanfaatkan kekalahan telak Liverpool dari Stoke City, sehingga mereka pun harus merelakan jatah Liga Europa ke klub Merseyside tersebut.
Tulisan ini akan menunjukkan cara Manchester City mengalahkan Southampton. Bagaimana tim asuhan Manuel Pellegrini memanfaatkan area sayap, half space, dan channel, semua akan diterangkan di sini.
Baik Manchester City (selanjutnya ditulis Man. City) maupun Southampton sama-sama memainkan pola dasar 4-2-3-1. Dua sumber utama serangan Man. City berada pada sosok Yaya Toure dan David Silva. Toure bermain dan menjemput bola dari daerah yang lebih dalam, sebagai deep creator. Sementara itu, David Silva yang bermain lebih ke depan berperan sebagai seorang advanced playmaker.
Bersama Frank Lampard dan James Milner, Silva dan Toure bergerak ke segala arah. Milner dan Silva paling sering melakukan pertukaran posisi untuk bergerak dari flank satu ke flank lainntya, baik untuk mengisi posisi sayap atau half space. Ketika berada di half space, Milner dan Silva – juga pemain-pemain Man. City lain yang berada di area tersebut – selalu berusaha berdiri dan mencoba masuk melalui channel (celah) antara dua bek Southampton. Sementara itu, pemain Man. City yang berada di area sayap kerap kali berusaha menarik perhatian bek sayap lawan dalam usaha memperlebar channel di pertahanan Southampton.
Sebagai pengantar singkat, channel merupakan celah antara dua pemain, baik itu berupa celah antara bek sayap dan bek tengah, atau celah antara dua bek tengah. Half space merupakan area statis – yang tidak terpengaruh oleh pengambilan posisi para pemain – antara area sayap dan area tengah. Dari dua area inilah Man. City banyak mengeksploitasi lawannya selama ini. Hal yang sama pun terlihat pada laga melawan Southampton ini.
Area sayap, half space, dan channel
Gambar di atas bukan hanya menunjukkan posisi pemain-pemain Man. City saat menyerang, tetapi juga bentuk pertahanan Southampton secara umum. Dalam kesempatan ini, Fernandinho yang menguasai bola di-press oleh Filip Djuricic sekaligus berhadapan dengan dua lapis pertahanan Southampton.
Lihat pengambilan posisi Milner dan Pablo Zabaleta. Milner berdiri di half space yang kebetulan juga merupakan channel antara dua pemain belakang Southampton, sedangkan Zabaleta bergerak dari area sayap. Dari bentuk pertahanan yang diambil oleh Southampton ditambah faktor Sergio Aguero, terindikasi bahwa rencana awal Southampton adalah untuk menutup area tengah (terutama zona 5) dan mengarahkan Man. City untuk bermain melebar dan memaksa mereka melepaskan umpan silang melambung. Dalam fase bertahannya, tentu akan lebih mudah bagi tim asuhan Ronald Koeman untuk menangkal umpan silang melambung, apalagi bila umpan tersebut diarakan kepada Aguero yang berperawakan kecil.
Namun, alih-alih terpancing oleh rencana Southampton, para pemain Man. City justru terus berusaha untuk terus menciptakan kombinasi umpan pendek cepat di sekitar half space. Bila memungkinkan, Man. City tentu akan masuk lewat zona 14, akan tetapi, bila tidak memungkinkan mereka akan mengarahkan bola ke area sayap untuk mencari celah melepaskan umpan silang mendatar.
Southampton terhitung sukses mengamankan zona 5 mereka dan menciptakan kompaksi yang cukup bagus di area tengah. Namun, salah satu efek buruknya adalah beberapa kali area sayap mereka terbuka terlalu lebar. Hal ini berhasil dimanfaatkan Man. City pada menit ke-31 ketika Lampard mencetak gol pertama memanfaatkan umpan silang mendatar James Milner dari sisi kiri pertahanan Southampton.
Menit 14:50, giliran Toure menguasai bola. Ia di-press oleh Victor Wanyama dan Steven Davis. Dalam kesempatan ini, Toure mengarahkan bola ke Aguero, tetapi berhasil digagalkan oleh Nathaniel Clyne, bek kanan Southampton.
Di luar berhasil tidaknya Man. City memaksimalkan skema menyerangnya, coba perhatikan penempatan posisi Silva, Aguero, dan Milner. Penempatan posisi Silva dan Milner merupakan bagian dari usaha Man. City dalam membuka channel antara Tobias Alderwireld dan José Fonte. Dengan Milner dan Silva berdiri di sisi luar, Alderweireld dan Fonte ikut tertahan dan mengambil langkah sedikit melebar untuk mengawasi pergerakan keduanya. Hal ini bisa jadi berguna bila Toure melakukan kombinasi umpan satu-dua dengan Aguero dan mencoba masuk (ditunjukan oleh panah abu-abu muda) ke channel tengah di antara Alderweireld dan Fonte.
Dalam banyak fase transisi bertahan (serangan balik Man. City), Southampton tampak gagal mempertahankan kompaksi pertahanannya. Man. City mendapatkan lebih banyak celah dalam fase ini, baik ruang di area sayap maupun di tengah (celah vertikal antar lini belakang dan lini tengah Southampton). Sebuah situasi pada menit 31:50 memperlihatkan hal ini.
Pergerakan Toure dan Milner ke area kanan membantu Man. City membuka ruang di area tengah Southampton, karena pergerakan keduanya ikut menarik Davis dan Sadio Mane bergerak melebar. Dalam kesempatan inilah, Silva masuk ke area tengah tersebut dan menerima umpan Fernandinho tanpa gangguan berarti. Saat Silva menerima bola dan bergerak ke depan, Milner dan Toure ikut bergerak maju dan mencoba masuk lewat channel antara Fonte dan Alderweireld. Aguero yang sejak awal berdiri di channel kanan Southampton pada akhirnya berhasil menerima umpan terobosan Silva.
Tanpa pergerakan Toure dan Milner yang memancing Davis dan Mane bergerak melebar, sangat mungkin celah di tengah yang diisi oleh Silva tidak akan sebesar yang terlihat dalam gambar. Selain membuka celah di tengah, pergerakan keduanya juga berfungsi untuk membuka jalur umpan yang lebih menjanjikan bagi Fernandinho.
Salah satu prinsip dasar dallam bertahan adalah merapatkan ruang gerak di area tengah dan mengarahkan lawan bermain melebar, untuk kemudian melakukan touchline pressing atau paling tidak, memaksa lawan melepaskan umpan silang melambung. Dalam pertandingan ini, Southampton mencoba melakukan hal ini tetapi sayangnya, Southampton gagal menciptakan kesinambungan pertahanan yang baik. Southampton memang terhitung beberapa kali sukses mengamankan area tengah, tetapi dalam banyak kesempatan area sayap mereka terbuka terlalu besar dan memberikan banyak ruang bagi Man. City untuk bergerak.
Berikut beberapa ilustrasi sederhana bagaimana Man. City mencoba mengeksploitasi area sayap.
Dalam fase build-up, salah satu fullback Man. City bergerak naik (tergantung di sebelaj mana bola digulirkan) dan menyejajarkan diri dengan lini tengah tim. Hal ini bukan sekadar improvisasi individual, tetapi memang dimaksudkan untuk memberikan coverage yang cukup di area sayap. Dengan pergerakan fullback mereka ini, Man. City bisa merusak kompaksi horizontal pertahanan lawan serta bila diperlukan, mereka memiliki opsi umpan dan opsi serangan lain di area sayap. Bila dalam fase ini fullback mereka berada terlalu dalam, penguasaan area sayap dan efektivitas serangan bisa berkurang.
Situasi ini kembali memperlihatkan bagaimana City menyerang dari sayap tanpa memaksakan diri melepas umpan silang melambung. Milner menguasai bola di area kanan, sementara Aguero mengambil posisi di half space. Silva yang tadinya berada di sayap kiri bergerak ke tengah, ke area no. 10. Hal ini ditujukan untuk menciptakan jalur umpan bagi Milner kepada dirinya. Merespons hal ini, Aguero yang tadinya berada di luar kotak penalti masuk ke kotak penalti via channel antara Clyne dan Fonte sekaligus menerima umpan pendek cepat dari Silva.
Penciptaan area gerak di sayap juga bisa dilakukan dengan cara menggerakkan lawan ke area tertentu. Pada menit 56:20, Man. City memperlihatkan bagaimana pergerakan dan penempatan posisi dari tiga pemain mereka mampu mengarahkan pergerakan pemain-pemain Southampton sehingga mampu membuka area sayap bagi Milner.
Dari area sayap kanan, Aguero menggiring bola, memberikan umpan pendek kepada Toure, untuk kemudian bergerak masuk ke dalam kotak penalti. Pergerakan Aguero ini sekaligus menarik Ryan Bertrand yang sejak awal menjaganya. Toure kemudian memberikan bola ke sayap kanan, di mana Milner berada. Aguero, bersama Toure, Silva dan Lampard, memenuhi area penalti dan mengalihkan fokus pemain-pemain Southampton kepada mereka. Hal ini menciptakan ruang yang sangat besar di sayap kanan dan memberikan banyak waktu bagi Milner untuk melepaskan umpan silang ke tiang jauh.
Kesimpulan
Tim yang memainkan blok pertahanan rendah serta mampu menjaga kompaksi horizontal dan vertikal akan memaksa lawan untuk bermain melebar. Banyak tim yang saat dipaksa bermain melebar seperti tidak menemukan jalan lain, kecuali melepaskan sebanyak mungkin umpan silang melambung, yang jauh dari kata efektif. Ini yang terjadi pada Borussia Dortmund dalam pertandingan menghadapi Juventus di Signal Iduna Park.
Pada pertandingan ini, Southampton pun berhasil memaksa Man. City untuk bermain melebar. Bedanya, Man. City tidak kehilangan akal. Mereka tidak “terpancing” untuk membombardir kotak penalti Southampton dengan umpan-umpan silang melambung dan justru berhasil menemukan celah di half space dan area tengah pertahanan lawan melalui kombinasi umpan-umpan pendek yang cepat dan mendatar.