Membela David de Gea

Dalam laga semifinal Piala FA musim 2019/2020 yang diselenggarakan pada 19 Juli kemarin, Manchester United tumbang di tangan Chelsea dengan skor 1-3. Salah satu figur yang dituding sebagai biang keladi kekalahan The Red Devils adalah kiper berkebangsaan Spanyol, David de Gea.

Bermain di partai krusial yang bisa memperbesar kans United beroleh trofi musim ini, De Gea justru tampil antiklimaks. Banyak pengamat sepakbola dan fans The Red Devils menganggap bahwa sepakan Olivier Giroud dan Mason Mount yang membuahkan gol pertama serta kedua The Blues sejatinya dapat diantisipasi De Gea. Namun entah kesurupan apa, kiper berumur 29 tahun itu malah tak berdaya.

Pada musim panas 2011 yang lalu, pelatih United kala itu, Sir Alex Ferguson, mengajukan permintaan khusus kepada pihak manajemen untuk memboyong kiper baru buat menggantikan Edwin van Der Sar yang pensiun. Dari sekian nama yang jadi incaran, De Gea jadi figur yang berhasil diamankan. United mesti mengucurkan dana tak kurang dari 19 juta Pound untuk membereskan transfernya dari Atletico Madrid.

Ferguson tentu punya alasan mengapa De Gea menjadi buruannya. Oleh sang gaffer, kiper setinggi 192 sentimeter tersebut dinilai punya kemampuan eksepsional seperti van Der Sar dan bisa dijadikan tumpun United dalam jangka waktu yang lama karena saat diboyong ke Stadion Old Trafford, ia baru berusia 21 tahun.

Laga debut sosok kelahiran Madrid itu bersama United berjalan dengan mulus setelah mengantar tim barunya menang 3-2 atas sang tetangga berisik, Manchester City, di ajang Community Shield. Setelah itu, karier De Gea di Inggris tampak semakin cemerlang. Namanya pun makin sering disandingkan dengan kiper-kiper top lainnya semisal Gianluigi Buffon, Iker Casillas, dan Manuel Neuer.

Aksinya yang menawan di kota Manchester konon bikin Real Madrid kepincut. Di musim panas 2015, berulangkali media Inggris dan Spanyol mewartakan bahwa Los Blancos siap merogoh fulus senilai 50 juta Pound guna menggamit De Gea. Ia diproyeksikan sebagai suksesor Casillas yang makin uzur. Beruntung, rumor tersebut tak pernah terwujud dan pengoleksi 41 penampilan bareng tim nasional Spanyol ini tetap merumput di Stadion Old Trafford.

BACA JUGA:  Melihat Proyek Masa Depan Manchester United

Sialnya, bersamaan dengan performa United yang makin menurun, De Gea juga sering mendapat kritikan lantaran penampilannya yang tak meyakinkan. Presensi suami Edurne ini di bawah mistar seolah tak memberi rasa aman bagi para pemain belakang The Red Devils.

Apa yang dialami De Gea bahkan memantik eks pelatihnya di United, Jose Mourinho, angkat bicara. Dalam sebuah wawancara, pria asal Portugal itu menyebut bahwa performa sang kiper tak sepadan dengan gaji selangit yang diterimanya. Usut punya usut, De Gea menerima 375 ribu Pound atau sekitar 6 miliar Rupiah per pekan!

Selepas Ferguson pensiun, United terus melakukan pergantian pelatih. Meski satu-dua gelar sanggup diraih, tapi kekokohan yang ada pada diri mereka tak sehebat dahulu. Namun De Gea, nyatanya tetap menjadi kepercayaan para penerus Opa Fergie. Saya pun merasa bahwa dirinya masih pantas dibela.

Para pesepakbola, bermain di posisi apapun, selalu punya potensi untuk dihujat. Namun mereka yang berperan sebagai kiper umumnya ditimpa caci maki yang lebih mengerikan dibanding penggawa di posisi lain. Satu kali melakukan blunder, dosanya akan diingat publik sampai kiamat. Padahal, blunder-blunder itu bisa juga disebabkan oleh jebloknya performa pemain belakang.

Mungkin perbandingan ini berlebihan, tapi saya masih ingat ketika bertanding sebagai kiper futsal manakala kuliah di Universitas Katolik Parahyangan. Dalam lingkup yang lebih kecil seperti ini saja, tekanan untuk selalu tampil bagus dan tidak boleh membuat kesalahan begitu besar. Apalagi rimba yang kejam seperti Liga Primer Inggris.

Pada sebuah pertandingan antar jurusan, saya dipercaya menjadi kiper tim Teknik Informatika kala bersua tim Teknik Sipil. Ketika itu, suporter yang mendukung tim Teknik Sipil jumlahnya lebih banyak. Beberapa dari mereka bahkan melakukan tindak intimidasi kepada saya guna merusak fokus serta menjatuhkan mental.

Dalam situasi yang tak mengenakkan itu, saya berusaha tetap tenang. Namun celaka, upaya saya tak membuahkan hasil yang baik. Hanya beberapa saat seusai sepak mula, saya melakukan blunder konyol. Saya tak bisa mengantisipasi tendangan pelan yang mengarah ke arah gawang saya dengan paripurna. Akibatnya, tim Teknik Informatika yang saya bela ketinggalan.

BACA JUGA:  Fun Football dan Ketidakseriusan Dua Federasi

Dari arah tribun serta raut wajah rekan-rekan setim, seolah muncul pertanyaan yang saya sendiri tak tahu bagaimana cara menjawabanya. “Kok gitu aja kebobolan sih?

Ibarat film laga Hollywood, saya yang jadi tokoh utama di situ tengah melakukan kesalahan fatal dan membuat segalanya jadi rumit. Rasanya seperti terkena tembakan yang tepat di jantung. Dunia bergerak amat lambat dan suara penonton mendadak lenyap. Saya sebal kepada diri sendiri? Tentu saja!

Padahal momen itu saya tunggu-tunggu sekali karena sebelumnya sudah mampu mengantar tim yang saya perkuat jadi juara dalam kompetisi futsal intern di Fakultas Teknologi Informasi dan Sains.

Singkat kata, saya dapat memahami apa yang De Gea rasakan meski sedikit. Menjadi seorang kiper memang tak pernah mudah karena sorotan negatif begitu gampang menimpa diri kita setiap kali gagal tampil apik. De Gea, semenjak datang pertama kali ke Stadion Old Trafford, telah memberi banyak hal kepada United.

Tercatat, ia menyumbang tujuh titel sejauh ini. Mulai dari gelar Liga Primer Inggris, Piala FA, Piala Liga, Community Shield, hingga Liga Europa. Mengacu pada statistik yang dihimpun Transfermarkt, De Gea juga selalu mencatatkan nirbobol lebih dari 10 kali tiap musimnya (dari seluruh ajang yang diikuti The Red Devils).

Melontarkan kritik kepada De Gea memang sah-sah saja. Namun kebobrokan United tak melulu salahnya karena siapapun tahu, klub yang sekarang diasuh Ole Gunnar Solskjaer itu punya masalah kompleks di lini belakang sehingga De Gea yang berdiri di bawah mistar sangat mudah diekspos lawan.

Saya masih percaya De Gea bisa tampil lebih baik di musim mendatang. Dengan syarat, United bisa mereparasi kerusakan yang ada di lini pertahanannya. Bila itu sanggup dilakukan, sinar De Gea kemungkinan bisa menyala kembali dengan lebih terang di kota Manchester.

Komentar
Penggemar sepakbola yang kini bekerja di salah satu Rumah Sakit di kota Bandung. Bisa disapa di akun Twitter @Wisnu93