Mencari Penawar Kecemasan di Lini Pertahanan Liverpool

Pelatih sepakbola legendaris, Sir Alex Ferguson, pernah berkata bahwa, “Attack wins you games, defence wins you title”. Oleh orang awam sekalipun, kalimat itu cukup mudah diterjemahkan yakni gelar juara dapat diraih bila sebuah tim memiliki pertahanan setebal baja.

Perkataan Ferguson tersebut merujuk pada Manchester United yang dinakhodainya. Selepas kepergian Peter Schmeichel, United sibuk mencari kiper pengganti dengan kualitas sepadan. Massimo Taibi, Mark Bosnich, Fabien Barthez, sampai Tim Howard didatangkan ke Stadion Old Trafford. Namun mereka lebih akrab dengan aksi-aksi yang tak memuaskan.

Segalanya baru berubah ketika Edwin van der Sar direkrut dari Fulham pada musim panas 2005. Kiper Belanda tersebut mengadirkan ketenangan sekaligus kekokohan di bawah mistar. Hasilnya pun manis sebab mantan kiper Ajax Amsterdam dan Juventus itu mempersembahkan empat gelar Liga Primer Inggris, dan masing-masing sebiji Piala Liga, Liga Champions serta Piala Dunia Antarklub.

Setali tiga uang, Ferguson juga meyakinkan klub untuk belanja bek tengah dengan kemampuan hebat sebab presensi Henning Berg, Laurent Blanc, Wes Brown, dan Ronny Johnsen takkan cukup dijadikan benteng lini belakang. Apalagi di awal era 2000-an, Ferguson malah melego bek tengah terbaiknya, Jaap Stam, ke Lazio.

Pada akhirnya, United kedatangan dua nama baru yaitu Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic. Tak ada ekspektasi kelewat batas terhadap keduanya, tetapi performa mereka sungguh luar biasa dan jadi pilar utama di area pertahanan selama bertahun-tahun sekaligus menyumbangkan banyak trofi juara.

Jurgen Klopp dan Liverpool

Menyeberang ke musim 2020/2021, ada superioritas Everton yang menyita perhatian penggila Liga Primer Inggris. Selain itu, ada juga sang rival sekota, Liverpool, yang jadi bahan perbincangan. Sang juara bertahan sedang disorot karena performa buruk yang dipamerkan lini belakangnya.

The Reds boleh saja duduk manis di peringkat tiga klasemen sementara. Namun dari lima pertandingan yang sudah mereka lakoni, gawang Liverpool sudah jebol sebanyak 13 kali! Angka tersebut merupakan yang paling tinggi di antara klub yang menghuni 10 besar. Padahal musim lalu, mereka baru kejebolan 13 kali setelah 14 pertandingan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja.

BACA JUGA:  Solskjaer Harus Membuat Manchester United Lebih Baik

Bila diperhatikan, lini belakang Liverpool tidak mengalami banyak perubahan. Komposisi Alisson di bawah mistar serta kuartet Trent Alexander-Arnold, Joe Gomez, Virgil van Dijk, dan Andrew Robertson sebagai empat bek, tetap mengisi starting line up secara reguler.

Akan tetapi, cedera yang dialami Alisson membuatnya harus menepi. Jurgen Klopp sebagai pelatih pun terpaksa menurunkan kiper kedua, Adrian, untuk sementara waktu. Sayangnya, performa kiper berpaspor Spanyol itu tidak bisa dikatakan baik.

Saat keok 2-7 dari Aston Villa, penampilannya buruk. Walau demikian, Adrian bukan satu-satunya kambing hitam. Penampilan seluruh bek yang dimainkan Klopp malam itu sangat jeblok. Khusus Gomez, terlihat penurunan performa yang signifikan dari bek asal Inggris ini. Ia seringkali out of position sehingga meninggalkan lubang menganga di lini pertahanan. Keadaan inilah yang dimaksimalkan Jack Grealish dan kawan-kawan untuk membombardir gawang Adrian.

Di laga Liga Primer Inggris perdana Liverpool musim ini melawan Leeds United, Gomez juga ditunjuk sebagai biang keladi gol-gol yang dibuat anak asuh Marcelo Bielsa. Ia tidak sigap dalam mengantisipasi pergerakan lawan sehingga gawang timnya kebobolan dua kali. Mujur, skor akhir di laga tersebut masih berpihak kepada The Reds.

Saat berduel dengan Everton di Derbi Merseyside, Gomez juga kerap tak menyadari keberadaan pemain lawan di belakang punggungnya. Ketika Lucas Digne membawa bola seraya menyisir sisi kanan pertahanan Liverpool, maka besar kemungkinan ia bakal mengirim umpan silang ke kotak penalti buat diselesaikan Dominic Calvert-Lewin.

Siapapun tahu bahwa Calvert-Lewin punya keunggulan dalam duel-duel bola atas. The Athletic bahkan menulis secara khusus tentang efektivitas sang penyerang di momen tersebut. Tatkala bola benar-benar dilambungkan Digne menuju Calvert-Lewin, Gomez yang berada dekat dengannya seolah tak menyadari jika ujung tombak The Toffees itu sudah siap mengeksekusi bola secara presisi. Benar saja, ketika Calvert-Lewin melompat guna menyundul bola, Gomez malah terpaku.

Makin sial bagi tim asuhan Klopp, di laga ini juga mereka kehilangan Virgil van Dijk. Terjangan Jordan Pickford membuat pria jangkung asal Belanda itu mengalami masalah di ligamennya. Melalui laman resmi klub, The Reds mengonfirmasi jika van Dijk harus menjalani operasi seraya beristirahat selama beberapa bulan. Lewat akun Twitter resminya, van Dijk mengatakan bahwa hal itu mesti dilakukannya agar lekas kembali ke lapangan.

Kehilangan van Dijk tentu memunculkan kecemasan di dada pendukung Liverpool. Terlebih Gomez justru tak konsisten belakangan ini sedangkan Joel Matip sebagai bek tengah alternatif juga baru pulih.

BACA JUGA:  Samurai Liverpool: Wataru Endo

Menurut statistik yang dihimpun Planet Football, ketika duo van Dijk dan Matip mengisi pos bek sentral (terjadi di 25 pertandingan), maka rasio kemenangan mencapai 76 persen dan rataan kebobolan hanya 0,64 kali per laga. Sementara tandem van Dijk dan Gomez (dari 30 pertandingan) membuat Liverpool punya rasio kemenangan 83,3 persen dan rataan kejebolan 0,7 kali per pertandingan. Terakhir, Gomez dan Matip justru belum pernah diturunkan bersama sebelumnya.

Tatkala bertanding di Liga Champions melawan Ajax dini hari tadi (22/10), Klopp memutuskan untuk memasang Gomez dan Fabinho sebagai benteng pertahanan. Hasilnya lumayan apik sebab The Reds pulang dengan angka penuh di tangannya. Namun pakem darurat ini butuh penyempurnaan sekaligus alternatif karena cedera dan suspensi bisa datang kapan saja.

Tekad bulat Ferguson buat menebalkan lini pertahanan tim asuhannya dahulu wajib diikuti Klopp. Ia pasti memiliki sejumlah strategi agar timnya tetap bermain baik. Namun kebutuhan akan sumber daya berkualitas adalah absolut. Mengandalkan Gomez, Matip, bahkan Fabinho yang sering ditarik ke pos bek tengah walau aslinya berposisi sebagai gelandang bertahan, takkan cukup bagi Liverpool untuk mengarungi musim ini sampai selesai.

Di bursa transfer nanti, mereka kudu memanfaatkan kesempatan untuk menambah amunisi anyar. Nama-nama semisal Dayot Upamecano (RB Leipzig) maupun Ben White (Brighton & Hove Albion) bisa dijadikan target buruan. Terlebih keduanya memiliki kriteria yang sesuai dengan kebutuhan Klopp.

Keadaan kusut ini memang memusingkan. Perlu ketenangan lebih guna mendapatkan solusinya dan inilah yang sedang dicari Klopp beserta pihak manajemen. Bagaimanapun juga, mereka pasti enggan The Reds jadi tim yang tak kompetitif gara-gara kehilangan van Dijk seorang.

Komentar
Buruh tulis dan penikmat sepakbola Inggris yang dapat disapa via akun Twitter @isalomonkalou