Mengapa Ada Istilah Liga Petani?

Liga Petani. (twitter.com-VillarealCF)

Istilah liga petani atau farmer league banyak muncul dalam beberapa tahun terakhir. Istilah tersebut merupakan bentuk ejekan yang dilakukan oleh para suporter kepada liga sepakbola yang tidak kompetitif.

Liga yang disematkan gelar tersebut biasanya hanya didominasi oleh satu tim atau beberapa tim saja sementara klub lainnya hanya sebagai pelengkap atau penggembira. Ejekan ini pertama kali muncul oleh para suporter tim Liga Inggris yang menganggap liganya adalah paling kompetitif dibanding lainnya.

Liga yang paling sering mendapat julukan atau ejekan farmer league adalah Ligue 1 (Prancis) dan Bundesliga (Jerman). Sebabnya karena dua liga tersebut terbilang tidak kompetitif dan hampir tiap tahun yang menjuarai hanya klub-klub itu saja.

Serie A pun tidak luput dari pelabelan liga petani. Dominasi Juventus dalam sepuluh tahun terakhir menjadi sebabnya. Namun, pelabelan itu mulai sirna setidaknya dalam 4 tahun terakhir karena duo Milan mulai bangkit di Serie A.

Farmers League melekat pada kompetisi Ligue 1 dan Bundesliga juga karena faktor pemain-pemain di kompetisi tersebut dianggap pekerjaan utamanya di pagi dan siang hari adalah petani, sementara mereka bermain sepak bola di sore atau malam hari untuk bersenang-senang, bukan untuk berkompetisi atau menjadi juara. Selain itu juga secara exposure dan skill dianggap tidak selevel dengan Liga Inggris, La Liga atau bahkan Serie A.

Namun di tengah nada miring terhadap Bundesliga dan Ligue 1, Bayern Munchen dan PSG membuktikan mereka tetap masih bisa bersaing di kancah kompetisi Eropa. Munchen bahkan bisa menjuarai Liga Champions musim 2019/2020 dan PSG juga pernah menginjakkan kaki sampai ke final.

Hal itu membuktikan bahwa istilah Liga Petani tidak selamanya benar karena tiap liga pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, istilah liga petani yang disematkan pada sebuah liga tentu bisa jadi bahan evaluasi untuk operator liga agar membuat kompetisi yang lebih kompetitif lagi.

Komentar

This website uses cookies.