Latihan sangat penting bagi setiap tim sepak bola. Tujuan utamanya jelas untuk membangun sebuah tim yang kuat dan kompak. Tanpa ada latihan yang rutin, strategi pelatih bisa tak berjalan maksimal di atas lapangan.
Namun, di sisi lain, jika terlalu sering latihan dengan intensitas besar, bisa berakibat fatal. Pemain bisa kelelahan atau pun terlalu mudah cedera karena sistem tubuhnya kurang waktu istirahat.
Di Indonesia, pola latihan sangat bergantung pada siapa pelatih yang memimpin tim tersebut. Filosofi pelatih sejatinya tak hanya terlihat dalam permainan timnya, tapi juga pada program latihan yang diterapkan.
Secara umum, di Indonesia seperti halnya di luar negeri, punya dua pilihan latihan, yakni double session atau triple session. Double session maksudnya latihan sehari dua kali, biasanya pagi dan sore hari. Sedangkan triple session berarti tiga kali sehari latihan. Selain pagi dan sore, biasanya siang hari dilakukan latihan tapi seringkali pelatih memilih latihan di pusat kebugaran. Sesi latihan jelang pertandingan biasanya dikurangi menjadi sekali atau hanya ujicoba lapangan demi menghindari cedera dan menjaga kebugaran pemain.
Kecenderungan umum di Indonesia
Di Indonesia, secara umum pelatih lebih memilih latihan dua kali sehari. Keduanya dilakukan di lapangan atau stadion markas klub. Latihan pagi biasanya berlangsung mulai pukul 07:00 hingga sekitar pukul 08:30 ketika matahari mulai meninggi dan makin panas.
Sementara pada sore hari, latihan biasa dimulai pukul 15:30 hingga 17:00 atau menjelang maghrib. Jika saat anak-anak kita bermain bola dan baru berhenti ketika adzan maghrib berkumandang, sejatinya sepak bola profesional di Indonesia juga demikian. Pelatih pasti menghentikan latihan kalau sudah menjelang maghrib.
Materi latihannya bisa dibilang serupa. Dimulai dengan lari keliling lapangan kemudian pemanasan yang dipimpin oleh kapten tim atau pelatih fisik. Kemudian kitman menyiapkan peralatan seperti bola dan menyusun cone serta alat lainnya sesuai dengan petunjuk pelatih. Baru kemudian pemain latihan dengan bola, bisa melakukan kucing-kucingan, passing, shooting, latihan rotasi menyerang-bertahan dan lain sebagainya.
Sesi terakhir umumnya dilakukan game. Bisa setengah lapangan atau juga satu lapangan penuh. Sesuai kehendak pelatih.
Program latihan seperti itu mulai dinilai usang belakangan ini setelah ada pengembangan latihan sepak bola bukan latihan dengan bola. Untuk latihan sepak bola ini bisa dibahas di lain kesempatan.
Maka jangan heran, jika kamu pendukung klub lokal dan sering datang ke lokasi latihan, kerap bergumam “latihannya gini-gini aja”. Memang itu pola umum di Indonesia, hanya pelatih tertentu yang programnya lebih beragam.
Latihan di pusat kebugaran
Untuk latihan di pusat kebugaran, itu terkait juga dengan manajemen. Jika modal mepet, latihan di pusat kebugaran jelas tidak jadi pilihan utama. Terlalu mahal biaya yang dikeluarkan karena selain untuk sewa tempat dan peralatan juga harus ada penghitungan untuk asupan gizi pemain. Porsi latihan yang lebih banyak tentu membutuhkan asupan gizi lebih.
Hanya pelatih dan klub tertentu yang rajin melakukan latihan di pusat kebugaran. Untuk menyebut beberapa di antaranya adalah Dejan Antonic dan Jacksen F. Tiago. Latihan kebugaran ini tidak sekadar di program triple session, tapi juga double session yang biasanya menggantikan salah satu latihan di lapangan, bisa pagi atau sore.
Untuk tim nasional, biasanya pemusatan latihan (puslat) timnas memberi fasilitas pusat kebugaran ini. Misalnya, pemain timnas U-19 dan U-23 yang biasa puslat di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kerap terlihat latihan di fitness center GOR UNY.
Latihan kebugaran seperti ini seringkali tidak ada di agenda pelatih. Pemain umumnya melakukan sendiri dengan alasan meningkatkan performa individu. Etos kerja pemain yang mau menambah porsi latihan sendiri ini patut untuk dicontoh. Tentu mempertimbangkan faktor kesehatan juga, tidak asal latihan.
Setelah bertanding, apakah perlu latihan?
Ada satu hal yang hingga kini masih jadi perdebatan di kalangan pelatih dan ofisial klub lokal, yakni apakah perlu latihan setelah bertanding?
Untuk yang pro tentu merasa latihan itu perlu, karena bisa digunakan untuk pemulihan fisik dan briefing mengenai permainan tim dari laga yang telah dilalui. Tapi, bagi yang kontra merasa bahwa pemain perlu istirahat, jadi biarkan pemain tidur lebih lama dan tidak diberi beban lagi karena energi terkuras setelah bertanding.
Penulis sendiri lebih pro, bahwa latihan setelah bertanding itu perlu. Adalah hal yang normal jika usai bertanding, otot terasa nyeri. Tapi, latihan bisa membantu tubuh melakukan pemulihan dan merangsang regenerasi serta membantu jaringan otot untuk tumbuh kembali.
Namun, perlu diingat, latihan yang dilakukan adalah dengan intensitas rendah. Tidak membebani dengan latihan fisik berat, cukup jogging keliling lapangan atau dengan bola, seperti misalnya melakukan gerakan menggiring bola secara perlahan.
Latihan sehari setelah pertandingan juga sangat penting bagi pelatih untuk memberi tahu kesalahan pemain dalam pergerakan saat laga berlangsung. Baik pelatih maupun pemain tentu ingatannya tentang pertandingan masih segar sehari setelah laga bila dibandingkan baru diberi tahu lebih dari sehari. Memberi tahu di lapangan juga lebih baik dibandingkan hanya disampaikan secara lisan di penginapan tim.
Alfred Riedl, ketika melatih timnas Indonesia kerap melakukan latihan sehari setelah pertandingan. Programnya ringan, setidaknya tak seintensif ketika latihan biasanya. Pelatih asal Austria itu juga memberikan evaluasi dari laga yang telah dilakoni.
Itulah gambaran umum mengenai latihan klub sepak bola Indonesia. Kamu sering atau pernah menyaksikan latihan klubmu? Silakan berbagi dengan kami apa pengalamanmu.