Mengenang Cristiano Ronaldo Terbaik saat Meraih Ballon d’Or 2008

Cristiano Ronaldo dengan trofi Ballon d'Or 2008. (Getty Images)
Cristiano Ronaldo dengan trofi Ballon d'Or 2008. (Getty Images)

Hingga kali kedua berseragam Setan Merah, rasanya belum ada pemain Manchester United yang bisa menyamai level Cristiano Ronaldo di musim terbaiknya pada 2007/2008. Saat-saat di mana anak yang lahir di Madeira, 600 mil dari pusat negara Portugal menjalani puncak mimpinya pada suatu malam anugerah Ballon d’Or, Desember 2008. Ronaldo merengkuh Ballon d’Or pertamanya dan membuka era dominasi serta rivalitas 10 tahun dengan Lionel Messi.

Sama sekali tak ada perdebatan saat itu. Seantero dunia sepakbola sepakat bahwa Ronaldo adalah yang terbaik. Sir Alex Ferguson menyebut Ronaldo “absolutely perfect” setelah dua golnya kontra Everton pada Desember 2007. Bahkan Johan Cruyff sempat menempatkan Ronaldo di atas legenda United, George Best dan Denis Law saat keduanya masih berusia 22 tahun.

Ronaldo masih dikenal sebagai seorang winger komplit. Trisula Ronaldo, Rooney, Tevez menjadi mimpi buruk bagi klub-klub Eropa kala itu. Permainan cair dan kejutan-kejutan dari Ronaldo terus datang menghujam gawang lawan. Kedua kakinya sama-sama kuat, begitu pun saat melompat, ujung kepalanya siap menyambar bola tinggi, termasuk saat final Liga Champions kontra Chelsea. Jarak lapangan juga tak terlalu bermasalah baginya. Masih ingat free kick 27 meternya ke gawang Portsmouth?

Knuckle ball Ronaldo menjadi senjata letal yang membuat kiper lawan bergeming. Bola meluncur deras dengan arah yang tiba-tiba berubah karena hanya menghasilkan 0,5-1 putaran per detik. Nyaris tidak berputar dibandingkan dengan banana kick David Beckham atau tendangan geledek Roberto Carlos yang rata-rata mencapai 10 putaran per detik.

Anak-anak dan pesepakbola di belahan dunia lain mulai mencoba triknya. Menempatkan katup bola ke penendang, mengambil ancang-ancang cukup jauh, hingga mengambil bola menggunakan bagian punggung kaki. Seluruh gestur sang calon mega bintang menjadi influence untuk banyak orang saat itu.

Eks manajer Bolton Wanderers, Gary Megson yang timnya pernah menjadi korban knuckle kick memuji kualitas Ronaldo sebagai seorang jenius. Kejeniusan dan kerja keras itu membawa Ronaldo mencapai 42 gol dari 48 laga di semua ajang sepanjang musim 2007/2008. Capaian itu membawanya ke peringkat teratas FIFPro World Player of the Year Trophy, back to back victory untuk penghargaan PFA Player of the Year Awards, dan Football Writers Awards.

Nasib sial sempat menimpanya ketika kiprah Portugal terhenti di perempat final Euro 2008 bersama dengan cedera ankle kaki kanan yang membuatnya menepi selama dua bulan. Namun, tak lama setelah itu Ronaldo membayar tuntas dengan 8 gol dari 11 laga di awal musim Premier League 2008/2009.

Hingga pada akhirnya, malam puncak Ballon d’Or tiba, di mana untuk pertama kali Cristiano Ronaldo mengalahkan Lionel Messi di ajang anugerah pesepakbola paling bergengsi tersebut. Top skor Premier League itu unggul jauh dari sang rival dengan selisih 165 poin. Ia juga menyingkirkan Fernando Torres, pencetak gol kemenangan bagi Spanyol di final Euro 2008 yang bertengger di pos ketiga.

Pesepakbola 23 tahun itu akhirnya menjalani mimpi, memenangkan Ballon d’Or untuk pertama kali setelah dalam empat edisi sebelumnya hanya masuk nominasi. Ronaldo memecah kebuntuan sebagai pemain Premier League yang kembali menjadi pemenang Ballon d’Or sejak terakhir kali diraih oleh Michael Owen pada 2001, serta menjadi pemain Portugal ketiga yang memenangkannya setelah Luis Figo (2000) dan Eusebio (1965).

Sampai saat ini , ia juga menjadi pemain Manchester United satu-satunya yang sanggup menyentuh trofi bola emas itu dalam 50 tahun terakhir setelah George Best memenangkannya pada 1968 saat berseragam Setan Merah.

Setelahnya, rekor demi rekor lahir dari CR7. Termasuk transfer Saga ke Real Madrid yang mencuat sejak Euro 2008 dan membuat situasi Setan Merah memanas dari manajemen klub hingga kalangan suporter. Perdebatan terus mengudara, keserakahan vs loyalitas, kekuatan klub vs kebebasan individu, dan aspek-aspek lainnya yang membuat Ronaldo berada dalam posisi sulit, bertahan di klub yang membesarkannya atau lanjut menjalani mimpi di Real Madrid, klub impian sejak kecil.

Ronaldo tetap lebih memilih Manchester pasca Euro berkat pengaruh Ferguson. Ia terus meningkat, semakin kuat, dan bertransformasi menjadi pemain yang lebih lengkap. Di tengah performa Rooney yang sedang stagnan, Ronaldo dengan step-over, knuckle ball, dan pengalaman yang lebih matang menjadikannya sosok penting bagi Setan Merah.

Semua orang mengira ia telah berada di puncak, sebelum akhirnya hijrah ke Madrid dan menembus batasnya sendiri hingga ratusan gol serta puluhan gelar mengiringi kiprah sang mega bintang.

Tak heran saat Benzema mengangkat trofi Ballon d’Or untuk pertama kali, ia menyebut ambisi Cristiano Ronaldo sebagai salah satu dorongan terkuat yang turut membawanya ke level tertinggi seperti sekarang.

Komentar
BACA JUGA:  Surat untuk Bastian Schweinsteiger