Menghormati Handanovic

Dilansir oleh Nico Schira, Samir Handanovic bakal memperpanjang kontraknya bersama Inter Milan. Tak hanya itu, ia juga siap menurunkan gajinya.

Per musim depan, Inter Milan sendiri sudah dipastikan kedatangan kiper asal Kamerun, Andre Onana, yang direkrut secara gratis dari Ajax Amsterdam.

Presensi Onana dan Handanovic tampaknya akan meramaikan perebutan pos penjaga gawang I Nerazzurri. Simone Inzaghi tentu pening sekaligus gembira karena memiliki dua kiper dengan kapabilitas ciamik.

Akhir pekan kemarin (16/1), Inter Milan bertandang ke Stadion Gewiss Arena guna berduel dengan Atalanta.

Laga yang mempertemukan dua penghuni papan atas ini diprediksi ketat dan menguras energi.

Dari sebuah serangan gagal I Nerazzurri, bola berbalik arah menuju Luis Muriel. Striker La Dea tersebut berlari di antara Alessandro Bastoni dan Milan Skriniar.

Bola itu awalnya tampak bisa dikuasai oleh Bastoni. Namun ia malah terpeleset dan bola akhirnya didapatkan Muriel. Skriniar yang posisinya tertinggal lalu memacu larinya buat mengganggu Muriel.

Sayangnya, kecepatan penyerang Kolombia itu sudah diimbangi bek Slovakia tersebut.

Skor pertandingan masih 0-0 dan laga tersisa kurang lebih 10 menit lagi. Muriel berhasil masuk ke kotak penalti dan meluncurkan tembakan keras. Namun aksi itu dimentahkan dengan brilian oleh Handanovic!

Kedudukan imbang 0-0 bertahan sampai peluit panjang berbunyi. Laju kemenangan Inter Milan pun terhenti di tangan Atalanta.

Walau demikian, kesuksesan mengukir cleansheet di hadapan Atalanta yang bermain di kandang sendiri bukan hasil sepele.

Ada 6 tendangan ke gawang yang dilepaskan oleh anak asuh Gian Piero Gasperini tersebut. Berbanding 3 shots on target yang dilepaskan oleh tim asuhan Inzaghi.

Raihan sebiji poin tersebut juga cukup penting untuk menjaga jarak dengan AC Milan yang bertengger di posisi kedua classifica.

Penyelamatan penting Handanovic itu sejatinya hanyalah satu dari sekian banyak saves yang telah dibuatnya dalam periode nyaris satu dekade menjaga gawang I Nerazzurri.

Kendati demikian, selama memperkuat peraih Scudetto 2020/2021 ini, penampilan Handanovic lebih banyak disorot oleh fans.

BACA JUGA:  Thiago Alcantara: Metamorfosis Sempurna di Sabener Starsse

Banyak yang mengatakan bahwa kiper berpaspor Slovenia ini kualitasnya di bawah Francesco Toldo dan Julio Cesar, dua kiper Inter Milan kala mendulang banyak kesuksesan pada pertengahan sampai akhir 2000-an.

Handanovic tiba di Appiano Gentile, pada tahun 2012 alias dua tahun setelah I Nerazzurri merengkuh Treble Winners di bawah arahan Jose Mourinho.

Handanovic menjadi rekrutan pelatih muda, Andrea Stramaccioni, yang didapuk menjadi pelatih utama Inter Milan pada Maret 2012.

Kedatangannya bersamaan dengan kepergian sejumlah bintang era Treble Winners. Mulai dari Wesley Sneijder yang dilego ke Galatasaray, Maicon ke Manchester City, Goran Pandev ke Napoli, hingga kemudian Julio Cesar ke Queens Park Rangers (QPR).

Hal tersebut memastikan langkah Inter Milan di era transisi. Apalagi saat itu mereka didera krisis keuangan yang cukup parah.

Kepergian Handanovic ke I Nerazzurri yang tengah menurun sebenarnya cukup menarik. Pada musim 2011/2012, Handanovic bersama Udinese duduk di peringkat ketiga sedangkan Inter justru di posisi keenam.

Udinese berhak tampil di babak kualifikasi Liga Champions sementara Inter Milan tidak. Dalam prosesnya, seorang kiper sekelas Handanovic baru melakoni debut di Liga Champions pada musim 2018/2019. Ya, enam musim kemudian!

Ia menjadi penjaga gawang Inter Milan pada salah satu momen terburuk klub. Pada musim debutnya saja, klub yang kini dimiliki Suning Group itu duduk di peringkat sembilan Serie A dengan kebobolan 57 gol sepanjang musim.

Inter Milan juga sempat mengakhiri musim di peringkat delapan pada musim 2014/2015 kala dibesut Walter Mazzarri.

Posisi mereka mulai membaik sejak dipegang oleh Luciano Spalletti pada musim 2017/2018 hingga akhirnya ditukangi Antonio Conte dan sekarang Inzaghi.

Dalam penantiannya yang panjang dan diliputi berbagai puji dan caci, Handanovic akhirnya mencatatkan prestasi pada musim lalu.

BACA JUGA:  Carney Chukuwuemeka: Berkembang di Chelsea atau Menjadi Loan Army?

Handanovic mengantar Inter Milan beroleh Scudetto musim 2020/2021. Kian manis, catatan itu dilengkapinya dengan kesuksesan memboyong Piala Super Italia 2021 setelah menekuk Juventus di partai final. Dua buah piala yang diraih lewat banyak pengorbanan.

Sejak dibesut Spalletti pada musim 2017/2018, Inter Milan tidak pernah lagi kebobolan di atas 40 gol dalam semusim.

Kebobolan terbanyak mereka terjadi pada musim 2019/2020 yakni 36 gol atau kalau dirata-rata tidak sampai 1 gol per laga.

Ketangguhan para bek memang pantas diberi kredit. Namun penampilan Handanovic juga berpengaruh atas pencapaian itu. Bukan apa-apa, sejak bergabung dengan I Nerazzurri, dari 342 pertandingan Serie A, dirinya cuma absen dalam 13 pertandingan saja!

Handanovic kerap disebut sudah terlalu tua, tapi nyatanya angka penampilannya tetap mencengangkan disertai penampilan yang tetap berkelas pula.

Interisti memang sudah hafal dengan beberapa kondisi ketika sang kapten kebobolan dalam posisi sama sekali tidak bergerak.

Salah satu istilah yang kerap muncul di grup WhatsApp saya bahkan cukup jelas menjulukinya Handomblong pada posisi itu. Tapi, ya, lagi-lagi, statistik jelas membuktikan walaupun ia kerap terlihat ndomblong, banyak penyelamatan dan catatan cleansheet yang diukirnya.

Membela sebuah klub yang sama dalam satu dekade musim adalah hal yang cukup langka dalam kancah sepakbola modern.

Dengan usia Handanovic, tren yang ada sekarang plus statusnya yang seorang kapten, boleh dibilang kedatangan Onana lebih terkait dengan upaya Inter mengamankan masa depan dengan cara-cara irit tapi ciamik khas Giuseppe Marotta.

Boleh jadi, dalam satu atau dua musim ke depan, Inter Milan akan bermain dengan persaingan di antara Handanovic dan Onana.

Interisti tak perlu berpikir jauh tentang Onana. Sekarang, klub kesayangannya sedang berada di jalur balap menuju tangga juara Serie A dengan Handanovic sebagai salah satu aktor utamanya.

Komentar
Pemiliki blog ariesadhar.com dan pengelola FPL Ngalor Ngidul yang terusir dari striker, terengah-engah kala jadi gelandang, ditipu berulang kali saat jadi bek, lantas nyaman berada di bawah mistar.