Mengoleksi Jersey Klub Indonesia Memberi Sensasi Tersendiri

Jpeg

Kostum yang dikenakan oleh pemain di lapangan merupakan benda memorabilia yang paling banyak dicari fans sepak bola. Ada yang segera mencari ke toko resmi ketika jersey anyar dirilis, ada yang mencari kostum lawas, hingga yang berburu seragam berlabel match worn alias bekas yang dikenakan oleh pemain untuk bertanding.

Semuanya tentu punya cara masing-masing untuk memperoleh barang buruan. Uang jelas jadi prasyarat utama untuk memperoleh kostum yang diinginkan. Tapi, di Indonesia ada yang unik. Seperti halnya mencari sejarah, untuk mendapatkan kostum klub kebanggaan di Indonesia lebih sulit daripada mencari jersey klub Eropa seperti Manchester United, Barcelona, dan lain sebagainya.

Belakangan ini beberapa klub mulai sadar untuk membuka toko merchandise resmi klub. Tapi, itu juga masih banyak kekurangan di sana-sini, mulai dari soal stok barang hingga informasi yang minim kepada publik. Di sinilah kemudian dibutuhkan usaha lebih keras untuk mendapatkan jersey klub lokal.

Salah satu yang suka mengoleksi jersey klub Indonesia adalah Akbar Kusumowibowo. Dijumpai di kediamannya yang tak jauh dari stadion Mandala Krida, Akbar menunjukan koleksi kostum berbagai klub Indonesia yang jumlahnya lebih dari 400 helai itu. Menariknya, semuanya original atau pemberian langsung dari pemain yang bersangkutan.

Semuanya bermula ketika pada tahun 1997, Akbar memperoleh jersey PSIM Yogyakarta bernomor punggung 27. Setelahnya dia ketagihan untuk membeli jersey asli klub Indonesia tapi usahanya tak mudah, karena pada masa itu sulit untuk mendapati kostum klub lokal tersedia di toko olahraga.

Memperoleh jersey dari klub dan pemain

Beruntung, keluarga Akbar memiliki kedekatan dengan manajemen PSIM. Hal itu karena keluarganya adalah pemilik toko roti Asli yang punya kerja sama dengan tim yang berkandang di Mandala Krida itu dalam hal menyupali kebutuhan snack.

“Setiap musimnya kami memperoleh kostum PSIM. Biasanya satu atau dua stel seragam, kandang dan tandang, yang diantar ke toko,” cerita Akbar tentang jatah jersey bagi keluarganya.

Alhasil, dia punya koleksi jersey PSIM yang relatif lengkap. Sebagai pendukung PSIM sekaligus punya kedekatan dengan manajemen, akhirnya Akbar juga akrab dengan pemain-pemain Laskar Mataram. Apalagi pada dekade 2000-an, pemain PSIM banyak yang tinggal di kampung yang sama dengan rumah Akbar berada.

Di kemudian hari, berkat kedekatan dengan pemain ini, tanpa diminta pun Akbar sering memperoleh jersey dari pemain. Dia pernah memperoleh jersey dari pemain PSIM era 1990-an Widadi Karyadi, kemudian Kristiono, Ony Kurniawan, Agung Prasetyo, Topas Pamungkas, Andri Wirawan, Andi Kurniawan, hingga Dulsan Lestaluhu.

Akbar memang pandai dalam membina hubungan yang baik. Sebagai pendukung dia bisa menempatkan diri secara luwes dengan pemain. Ketika sang pemain sudah tak di PSIM pun komunikasi tetap berlanjut. Misalnya dengan Ali Ibrahim Yaya. Kiper asal Kamerun yang bermain di PSIM awal dekade lalu. Dia masih sempat beberapa kali kirim surat elektronik dengan mantan penjaga gawang yang kini tinggal di Belgia tapi masih sering menanyakan kabar terbaru PSIM.

Meski demikian, tetap ada beberap helai kostum PSIM yang bukan merupakan pemberian. Tapi, beli atau hasil berburu, terutama untuk jersey keluaran lama yang belum dia koleksi.

[Best_Wordpress_Gallery id=”3″ gal_title=”Kolektor Jersey Klub Indonesia”]

Jersey klub Ligina

Selain PSIM, jersey klub Indonesia lainnya juga dikoleksi oleh Akbar. Koleksinya mulai dari Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, Persib Bandung, hingga klub Galatama yang kini sudah tiada, Arseto Solo dan Mataram Indocement.

Ada cerita menarik di sini. Jika melihat koleksi jersey yang dimiliki maka kita akan mendapati kenyataan bahwa desain kostum klub Indonesia era 1990-an hingga awal 2000-an memiliki corak yang sama.

“Era awal Liga Indonesia itu klub disuplai satu apparel, jadi desain satu klub dengan yang lainnya itu sama. Biasanya klub cukup menambahkan logo klub saja. Sponsor juga sudah diberi karena nama liganya sama dengan sponsor utama di bagian dada jersey,” jelas Akbar.

Meski akhirnya kostum klub tidak ikonik karena mirip semua, ada satu hal yang menguntungkan. Karena disuplai perusahaan olahraga terkemuka, produknya relatif mudah dijumpai di toko olahraga di pusat perbelanjaan dengan harga kisaran 69 ribu rupiah per potongnya.

Koleksinya makin bertambah banyak memasuki tahun 2007 setelah dirinya masuk forum jersey. Salah satu member Jersey Forumotion ini mengatakan bahwa tahun itu dianggapnya sebagai booming jersey, makin banyak teman-temannya yang kecanduan untuk mengoleksi jersey. Keberadaan forum juga memudahkan bertukar informasi atau untuk membeli jersey bersama-sama dari luar negeri.

“Dulu biasa beli jersey dari Inggris bareng-bareng biar ongkos kirimnya lebih murah. Saat itu rasanya gatal kalau satu minggu saja tidak dapat kiriman jersey baru hehe,” tutur Akbar yang juga mengoleksi jersey Juventus dan Liverpool ini.

Koleksi jersey mantan pemain PSIM

Satu lagi kategori koleksi akbar adalah mengoleksi kostum mantan pemain PSIM. Pemain di Indonesia selama ini dikenal tak bertahan lama di satu klub karena durasi kontrak yang biasanya hanya berkisar satu musim. Ingin menambah sensasi mengoleksi jersey, maka dia memutuskan berburu kostum sang mantan pemain PSIM. Lama-lama keterusan sehingga jadi berminat mengoleksi jersey klub sebelum si pemain bergabung PSIM.

Jersey yang dia koleksi antara lain milik Radikal Idealis mantan pemain PSIM yang kemudian bergabung dengan Persela Lamongan, Antoni Linkers (PSIS Semarang), Agung Suprayogi (Persela dan PSS), Gesang (PSIS), M. Eksan (PSS), juga ada kostum Samdee Garmojay saat di Semen Padang, dan masih banyak lainnya.

Akbar masih terus menambah koleksinya. Sejauh ini dia masih enggan untuk menjual jersey yang dimilikinya meski banyak yang menawar kostum-kostum legendaris miliknya. Baginya, jersey adalah penanda sejarah yang bisa bercerita tentang kecintaan besarnya pada sepak bola.

 

Komentar

This website uses cookies.