Menyoal Pilihan Cristiano Ronaldo

Akhir Agustus silam, Cristiano Ronaldo sempat “menjadi” pemain Manchester City selama 24 jam.

Terhitung sejak tanggal 26 hingga 27 Agustus, rumor kepindahannya dari Turin ke sisi biru kota Manchester terus merebak. Pasalnya, kala itu kedua belah pihak memang saling membutuhkan satu sama lain.

Ronaldo tak bahagia di Juventus, ia membutuhkan suaka yang harus bisa memenuhi tuntutannya secara finansial.

Dari segelintir klub di Eropa, Manchester City memenuhi persyaratan itu. Selain itu, The Citizens juga membutuhkan seorang juru gedor baru di lini depan usai cabutnya Sergio Aguero ke Barcelona.

Manchester City menghabiskan musim panas lalu untuk membujuk Tottenham Hotspur supaya mau melepas Harry Kane ke Stadion Etihad.

Akan tetapi, segala usaha itu sia-sia dihadapan kepala batu Daniel Levy. Kane gagal diangkut dari London Utara.

Sebetulnya, juara bertahan Premier League tersebut bukannya tanpa rencana cadangan. The Citizens sempat mempertimbangkan wacana lama untuk mendaratkan Lionel Messi.

Apalagi pada saat yang nyaris bersamaan, Barcelona merilis pernyataan bahwa Messi takkan melanjutkan kariernya di tanah Catalan.

Alih-alih Manchester City dengan uang Uni Emirat Arab-nya, duit Qatar rupanya lebih menggoda Messi sehingga ia memutuskan bergabung dengan Paris Saint-Germain.

Waktu makin sempit buat Pep Guardiola untuk mencari penyerang yang bisa menggaransi torehan gol.

Bagai gayung bersambut, kabar mengejutkan datang dari utara semenanjung Italia. Seorang megabintang lain dikabarkan hendak angkat kaki dari klub tempatnya bermain.

Ronaldo tak lagi kerasan merumput di Stadion Allianz, markas Juventus. Dengan cepat, manajemen The Citizens mengubungi Jorge Mendes, agen sang pemain.

Dilansir dari ESPN, kesepakatan personal bahkan sudah digapai kedua belah pihak pada 26 Agustus. Sebagai bekas pemain Manchester United, pemberitaan tersebut mengundang banyak sorotan.

Figur-figur berpengaruh yang terafiliasi dengan The Red Devils bagai kebakaran jenggot. Termasuk eks rekan satu timnya yakni Wayne Rooney, Patrice Ecra, dan Rio Ferdinand.

Ketiganya menyayangkan rumor tersebut secara terbuka. Kepindahan tersebut dianggap akan melukai banyak fans Manchester United dan tentu saja melucuti harga diri The Red Devils.

Pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, paham betul mengenai persoalan ini.

Gembar-gembor kepindahan Ronaldo ke tetangga sebelah berbarengan dengan jadwal rutin konferensi pers pelatih. Jelang laga versus Wolverhampton, Solskjaer merespons pertanyaan wartawan tentang rumor itu.

“Ketika Anda bermain untuk Manchester United, Anda tidak akan pergi ke Manchester City. Saya tidak akan menyebutkan nama, tetapi Anda semua tahu siapa yang saya maksud,” ucap pelatih kelahiran Kristiansund, Norwegia tersebut.

Sontak, publik dibuat bertanya-tanya akan makna di balik pernyataan Solskjaer. Tak butuh waktu lama untuk sang angin berbalik arah.

BACA JUGA:  Busio Menuju Venezia Bukan untuk Liburan

Melalui campur tangan Sir Alex Ferguson, Manchester United sukses “membajak” Ronaldo dari genggaman Manchester City.

Dikuliahi perihal loyalitas, pemain asal Portugal itu pilih menuruti sosok yang ia anggap sudah seperti ayahnya sendiri.

Kedatangan keduanya di Manchester United memang sangat tiba-tiba. Bisa dibilang, The Red Devils sebenarnya tidak butuh-butuh amat sosok Ronaldo.

Komposisi pemain depan dirasa sudah cukup mumpuni untuk memangkas jarak kualitas dengan klub-klub top Inggris. Terlebih, The Red Devils baru saja merekrut Jadon Sancho dan memperpanjang kontrak Edinson Cavani.

Pembelian Ronaldo disebut-sebut hanya dilakukan Manchester United untuk mencegahnya bergabung dengan Manchester City guna menyelamatkan reputasi klub.

Ronaldo nyatanya ketinggalan sesi pra-musim kampiun Inggris 20 kali tersebut. Hal tersebut rupanya membawa dampak yang cukup signifikan di kemudian hari.

Meski sudah mencetak 9 gol dan 1 asis dari total 12 penampilan di semua ajang musim ini, kedatangan Ronaldo dinarasikan sebagian pihak justru malah membawa masalah baru ke Old Trafford.

Dalam analisis Michael Cox yang tertulis di The Athletic, Ronaldo tak bisa melakukan pressing dengan intensitas tinggi.

Padahal, atribut defensif macam itu amat diperlukan dalam sepakbola modern dan dilakukan juga oleh para penyerang sepertinya.

Apalagi Manchester United yang mengandalkan serangan balik di bawah arahan Solskjaer, sangat bergantung pada aspek tersebut untuk merebut bola sedini mungkin dari kaki lawan.

Di Juventus, Maurizio Sarri dan Andrea Pirlo harus memutar otak untuk mengakomodasi Ronaldo yang karena faktor usia, sudah tidak mampu diforsir untuk mengejar pemain lawan tetapi naluri golnya sangat krusial buat tim.

Gara-gara pemain berusia 36 tahun tersebut tak mengikuti rangkaian pra-musim Manchester United, informasi yang didapatkan Solskjaer tentang kemampuan fisik dan taktinya menjadi sangat minim.

Alhasil, pemain The Red Devils lain kini jadi punya area jelajah yang lebih luas demi menyokong Ronaldo yang lemah dalam melakukan pressing.

Hal itu membuat jarak antar lini menjadi lebih lebar dan bikin pertahanan yang digalang Harry Maguire lebih mudah ditembus.

Agaknya, Solskjaer sudah menemukan solusi dengan menerapkan formasi 3-5-2 dalam dua pertandingan terakhir di mana timnya meraih satu kemenangan dan sekali seri. Hanya saja, reliabilitas skema tersebut masih belum teruji untuk jangka panjang.

Bagaimana jika saat itu Ronaldo memilih bergabung dengan Manchester City saja? Akankah situasinya akan berjalan serupa? Kemungkinannya, iya.

Pep Guardiola dikenal sebagai penyusun strategi yang detil dan teratur. Pria asal Catalan itu sangat menuntut disiplin dari pemain-pemainnya untuk menjalankan instruksi yang diberikan. Termasuk perkara pressing.

Pep tak membeda-bedakan sosok pemain bintang dan yang bukan. Dilansir dari The Athletic, saat melatih Barcelona, Pep bahkan menerapkan diet khusus bagi Messi untuk tidak mengonsumsi kola, pop corn, pizza, dan coklat. Tujuannya supaya Messi tetap bugar untuk melakukan pressing.

Bagaimana jika Ronaldo tak mau menuruti arahan Pep untuk melakukan pressing? Eks pelatih Bayern Munchen itu bisa saja mengikuti Sarri dan Pirlo atau yang Solskjaer sedang coba lakukan untuk menciptakan sistem yang lebih akomodatif untuk Ronaldo. Namun, Pep bukan pelatih yang gemar berkompromi.

BACA JUGA:  Jalan Lain Sang Pangeran Kecil

Lelaki berusia 50 tahun tersebut dikenal tidak segan-segan menyingkirkan pemain yang gagal memenuhi standar permainannya. Tak ayal, status kebintangan Ronaldo dinilai tak bakal bikin Pep melunak.

Ronaldo memang sangat dibutuhkan Manchester City yang berhasrat menemukan pengganti Aguero. Namun buktinya, sejauh ini The Citizens cukup nyaman bermain tanpa striker dengan naluri membunuh.

Musim lalu saja, mereka tetap mampu menjuarai Premier League dengan Ilkay Gundogan sebagai top skorer liga dengan torehan 13 gol dari total 83 gol timnya.

Catatan tersebut juga membuktikan jika  Manchester City adalah tim yang kolektif. Kedatangan sesosok pemain yang tidak bisa menyatu secara integral dengan skema yang sudah stabil malah berpotensi mengacaukan pola permainan tim. Belum lagi jika proses adaptasinya berjalan lambat.

Bisa-bisa, manuver Ronaldo dibatasi jika bermain di bawah skema terstruktur Pep. Lain halnya di Manchester United, sepakbola fluid racikan Solskjaer yang mengandalkan skill individu membuatnya lebih banyak mendapat ruang untuk bereksplorasi.

Dengan catatan 9 gol miliknya, Ronaldo mengungguli tiga pemain Manchester City yang biasa dipasang sebagai penyerang sentral yakni Phil Foden (5 gol), Gabriel Jesus (4 gol), dan Ferran Torres (3 gol).

Di Stadion Etihad, tak ada jaminan Ronaldo bakal jadi mesin gol utama. Pep sendiri kerap bikin kesal pemain Fantasy Premier League karena kebiasannya merotasi pemain di setiap gameweek.

Sepertinya, pilihan Ronaldo dengan bergabung ke Manchester United memang sudah tertulis di bongkahan bintang.

Berkat hobi barunya menyelamatkan muka The Red Devils di menit-menit akhir, ia dipuja bak dewa oleh publik Old Trafford. Hal tersebut linear dengan tabiat Ronaldo yang menyukai atensi.

Apresiasi macam itu belum tentu ia dapatkan di rumah sang tetangga. Lagi pula, apa yang spesial dari mencetak gol ketiga atau keempat bagi The Citizens di menit 85? Di Manchester United, Ronaldo setidaknya memperoleh hal-hal yang ia inginkan yaitu cinta, uang, dan gol.

Kini, hanya tinggal bagaimana Solskjaer berkejaran dengan waktu untuk menemukan solusi taktikal dari permasalahan menyangkut pemain asal Madeira itu.

Di samping itu, sang pelatih juga punya satu misi penting yakni memastikan Ronaldo memihak faksi berwarna merah di kota Manchester.

Komentar
Sesekali mendua pada MotoGP dan Formula 1. Bisa diajak ngobrol di akun twitter @DamarEvans_06