Kota Roma dibuat geger. Penggawa AS Roma asal Spanyol, Pedro Rodriguez, memutuskan hijrah ke Lazio jelang bergulirnya Serie A musim 2021/2022.
Layaknya Kota Abadi yang menjadi julukan Roma, rivalitas antara AS Roma dan Lazio juga abadi dan diwariskan secara turun temurun.
Haram hukumnya bagi pemain I Giallorossi buat hengkang secara langsung ke kubu I Biancoceleste. Begitu juga sebaliknya.
Akan tetapi, Pedro mendobrak hukum tak tertulis tersebut. Terakhir kali ada perpindahan pemain secara langsung yang melibatkan kedua tim terjadi pada tahun 1981 silam dan dilakukan oleh Carlo Perrone.
Butuh empat dasawarsa untuk mematahkan tabu itu. Eks jebolan akademi La Masia ini bergabung ke Lazio dari AS Roma dengan status bebas transfer.
Karier Pedro selama mengenakan baju I Giallorossi bisa dibilang tidak terlalu istimewa.
Musim lalu ia mencatatkan 27 penampilan, 20 sebagai starter, mencetak 5 gol dan 4 asis di Serie A. Nahas, ia tetap saja gagal mengatrol posisi AS Roma masuk ke zona Liga Champions.
Kedatangan Jose Mourinho yang menggantikan Paulo Fonseca memaksa sang pemain angkat kaki dari Trigoria karena tak masuk dalam rencana The Special One.
Masuk akal mengingat usianya juga sudah memasuki usia 34 tahun dan mulai rentan cedera. Musim kemarin, Pedro absen dalam 11 laga.
Romanisti awalnya biasa saja menanggapi rumor Pedro yang digosipkan bakal bergabung dengan klub A, B, C, dan D, buat melanjutkan karier.
Akan tetapi, Romanisti dibuat kaget sebab Pedro memilih bergabung dengan kesebelasan yang amat mereka benci karena menjadi pesaing di ibu kota, Lazio.
Jujur saja, tak ada satu pun dari mereka yang memprediksi bahwa lelaki yang juga pernah berseragam Chelsea ini akan merapat ke I Biancoceleste.
Kepindahan Pedro tentu menjadi kehebohan. Romanisti merasa dikhianati dan menganggapnya tidak tahu diri. Padahal AS Roma sudah menyelamatkan karier yang tak mulus pada periode akhirnya London Barat.
Sementara Laziale, merasa kikuk dan susah menerima presensi Pedro dari sang rival. Terlebih, ia hadir di Formello pada usia gaek dan kemampuannya dinilai habis.
Perasaan Laziale kian terbakar sebab musim lalu, pria setinggi 169 sentimeter tersebut mencetak gol bagi AS Roma dalam Derby Della Capitale jilid dua.
“AS Roma adalah masa lalu. Aku di sini siap bekerja untuk (Maurizio) Sarri dan tim. Aku hanya memikirkan apa yang terbaik yang bisa kulakukan setiap harinya,” terang Pedro seperti dikutip dari thelaziali.
Pemain kelahiran Santa Cruz de Tenerife tidak ambil pusing dengan situasi yang dihadapinya.
Baginya hal terpenting adalah membalas suara-suara sumbang, keraguan, dan masa lalunya tersebut dengan performa ciamik di lapangan.
Di Lazio, Pedro bereuni dengan Sarri. Sebelumnya mereka pernah berkolaborasi di Chelsea pada musim 2018/2019.
Sang allenatore datang dengan filosofi Sarri Ball dan formasi 4-3-3 andalannya. Dalam formasi tersebut Sarri membutuhkan pemain untuk mengisi posisi sayap menemani Felipe Anderson guna mengapit sang juru gol utama, Ciro Immobile.
Apalagi lini serang Lazio baru saja ditinggal Joaquin Correa yang merapat ke Inter Milan buat mengikuti jejak pelatih, Simone Inzaghi.
Pemahaman dan pengetahuan Pedro akan skema permainan kesukaan Sarri dinilai bisa memudahkan kinerja sang pelatih untuk membuat Lazio tampil gemilang.
Terlebih ia sosok senior dengan prestasi menjulang yang bikin para penggawa lain di tubuh I Biancoceleste menaruh respek.
Hasilnya memang memuaskan karena sejauh ini Pedro bersinar. Ia menjadi salah satu penampil paling konsisten di skuad Lazio.
Sang pemain berhasil mencatatkan 4 gol, terbanyak kedua di bawah Immobile, dan 2 asis dari 12 penampilan di Serie A hingga awal November 2021.
Menurut situs FotMob, statistik individu Pedro seperti dribel sukses (1.2 per pertandingan), tendangan ke gawang (0.8 per pertandingan), umpan kunci (1.1 per pertandingan), dan penciptaan peluang (3 per pertandingan ), selalu menempati peringkat lima teratas di antara para pemain Lazio.
Semua data di atas menunjukkan betapa pentingnya presensi Pedro di lini serang. Hal itu juga dibuktikannya di panggung megah sekaligus krusial seperti Derby Della Capitale jilid satu musim 2021/2022 pada bulan September kemarin.
Ia berlari dari daerah pertahanan Lazio dan berhasil mencetak gol dalam posisi tidak terkawal ke jala Rui Patricio setelah menerima umpan Immobile.
Secara spontan, sang pemain merayakan gol dengan penuh kegembiraan. Hal itu jelas menjadi tamparan keras bagi Romanisti yang keburu mencapnya sebagai pengkhianat.
Pedro berhasil menorehkan luka dan malu di wajah Romanisti sebab golnya itu penting buat Lazio yang akhirnya menang dengan skor tipis 3-2.
Sebaliknya, Laziale yang mulanya sulit menerima Pedro. Perlahan-lahan yakin bahwa akuisisi yang dilakukan klub terhadapnya memang sesuai dengan kebutuhan Sarri.
Peran Pedro di lini depan Lazio semakin krusial ketika Immobile absen. Sang mesin gol disinyalir bakal absen beberapa laga usai menderita cedera saat membela Tim Nasional Italia.
Menurut rumor yang dihembuskan Corriere Dello Sport, Sarri bakal memainkan Pedro sebagai false nine ketimbang menurunkan striker pelapis, Vedat Muriqi, yang performanya sejauh ini tak meyakinkan.
Pedro sendiri punya misi cukup berat di Lazio. Bersama rekan-rekannya, ia diharapkan mampu mengantar I Biancoceleste finis di posisi yang lebih tinggi dibanding musim lalu.
Tujuannya apa lagi kalau bukan mentas di ajang Liga Champions alih-alih bermain di Liga Europa.
Perjalanan Pedro bersama Lazio musim ini masih sangat panjang. Namun setidaknya, ia berhasil membungkam mulut para pengkritik.
Orang-orang boleh saja menganggap Anderson, Immobile, atau Sergej Milinkovic-Savic sebagai kepingan terpenting Lazio buat melesat ke papan atas.
Pedro takkan peduli, takkan ambil pusing. Selagi dipercaya, ia akan mengeluarkan segenap kemampuannya untuk membawa I Biancoceleste terbang tinggi.