Program naturalisasi sebenarnya adalah hal yang sudah umum dilakukan oleh berbagai negara saat ini, utamanya di bidang olahraga, termasuk sepakbola. Banyak alasan yang digunakan kenapa naturalisasi dilakukan, mulai dari kurangnya sumber daya pemain untuk posisi tertentu, hingga mempercepat raihan prestasi, entah menjadi juara di sebuah ajang atau sekadar lolos ke turnamen kelas wahid.
Di Asia sendiri, praktik macam ini begitu sering dilakukan. Tercatat, ada banyak negara yang melakukannya. Mulai dari Cina, Qatar, sampai Indonesia. Umumnya pemain-pemain yang dinaturalisasi berasal dari negara-negara Amerika Latin dan Eropa yang selama ini masih menjadi kiblat perkembangan sepakbola modern saat ini.
Khusus Indonesia, program naturalisasi sampai hari ini belum membuahkan hasil yang nyata di atas lapangan. Faktanya, tim nasional Indonesia belum mampu jadi kampiun di sebuah turnamen. Padahal jumlah pemain yang dinaturalisasi cukup banyak.
Sekarang santer terdengar lagi bahwa induk organisasi sepakbola Indonesia, PSSI, mencanangkan proyek naturalisasi sebagai langkah menyongsong perhelatan Piala Dunia U-20 tahun 2021 nanti. Kabarnya ada delapan orang pemain muda asal Brasil yang disiapkan PSSI untuk dinaturalisasi dan kini tengah ‘dititipkan’ ke sejumlah klub Liga 1.
Sebelumnya, PSSI sudah memanggil pemain-pemain muda keturunan Indonesia untuk mengikuti seleksi timnas Garuda Muda. Misalnya Elkan Baggott, Jack Brown dan lain-lain. Tujuan utama PSSI adalah membentuk timnas Indonesia U-20 yang tangguh. Setidaknya, mereka tak langsung rontok di penyisihan grup kelak.
Akan tetapi, ada sebuah pertanyaan yang muncul di kepala penggemar sepakbola Indonesia terkait proyek naturalisasi tersebut. Bukankah FIFA sebagai induk organisasi sepakbola dunia memiliki aturan jelas mengenai proses naturalisasi?
Dalam statuta FIFA, terdapat cukup banyak poin yang menjadi dasar dibolehkannya seorang pemain dinaturalisasi.
Terkait heboh isu naturalisasi, tolong ingetin federasi kita untuk baca-baca kembali FIFA Eligibility Rules di Statuta FIFA. Siapa tau kelupaan.
Bisa download disini ya: https://t.co/r3f5A8vo2e pic.twitter.com/RfrmI2bH3i
— Viola (@veeola) August 20, 2020
Jika benar PSSI akan melakukan naturalisasi terhadap sejumlah pemain muda asal Brasil, sudahkah mereka memenuhi syarat-syarat dalam aturan tersebut?
Lebih jauh, beberapa nama yang dirumorkan bakal dinaturalisasi tidak jelas latar belakang kariernya dan bagaimana kemampuan mereka. Apakah selama ini mereka berlaga di level teratas kompetisi usia dini? Apakah mereka figur penting atau cuma pemain pelapis? Lalu, seberapa banyak pengalaman mereka bermain di level tersebut?
Padahal, pemain-pemain yang dinaturalisasi biasanya punya rekam jejak baik. Contohnya saja Elkeson (Ai Kesen) dan Ricardo Goulart (Gao Late) . Keduanya dinilai sebagai pemain bagus selama merumput di Liga Super Cina dan dirasa layak untuk dinaturalisasi oleh Negeri Tirai Bambu.
Apakah proyek naturalisasi PSSI kali ini ibarat membeli kucing dalam karung? Bagaimanapun juga, menaturalisasi pemain tanpa dasar yang kuat malah akan mencoreng muka PSSI sendiri dengan arang.
Di luar dari itu semua, apakah program naturalisasi ini diketahui oleh Shin Tae-yong sebagai pelatih timnas? Bila iya, tahukah ia dengan kemampuan pemain-pemain tersebut? Jika belum, ada baiknya Shin diberi kesempatan untuk menilai kemampuan para pemain itu terlebih dahulu bagaimanapun caranya.
Pasalnya, dirinyalah yang kelak menangani para pemain-pemain tersebut. Sangat menggelikan rasanya jika pemain yang dinaturalisasi justru tak dilirik sang pelatih. Kalau sudah begitu, proyek naturalisasi yang dicanangkan PSSI tak ubahnya perbuatan mencoreng harga diri bangsa. Ups.
Jangan sampai, pemain-pemain tadi telanjur dinaturalisasi tapi tak berguna sama sekali untuk perkembangan sepakbola Indonesia. Investasi tidak, transfer ilmu pun tidak. Satu-satunya yang jadi nyata hanya menyia-nyiakan dana puluhan miliar Rupiah yang diberikan pemerintah guna mempersiapkan diri jelang Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang.
Saya sendiri ingin bertanya, pemain yang pernah dinaturalisasi seperti Jhon van Beukering masih tercatat sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) atau tidak?
Di luar segala kontroversi perihal naturalisasi, sebetulnya ada satu hal yang wajib dibenahi PSSI. Apalagi kalau bukan tata kelola kompetisi usia dini. Dilihat dari sisi manapun, hal paling utama buat menjaring pemain belia berbakat adalah adanya kompetisi usia muda yang terstruktur, kontinyu, dan jelas. Tanpa hal itu, PSSI akan terus menghalalkan cara-cara instan untuk meraih prestasi demi citra bagus bagi pengurusnya, bukan demi sepakbola Indonesia.
Angin perubahan bagi sepakbola Indonesia akan terlihat bila syarat-syarat tersebut mampu dipenuhi PSSI. Sehingga proyek naturalisasi takkan jadi kebutuhan yang mendesak. Jangan sampai karena masalah naturalisasi ini, akan terjadi boikot dikalangan suporter karena ketidakpuasan pada program-program PSSI.
Lakukan naturalisasi secara wajar dan dalam kondisi darurat saja. Jangan sembarangan dan semaunya sendiri karena banyak hal lain yang sepatutnya diperhatikan PSSI untuk kemajuan sepakbola Indonesia. Kalau tak mau melakukannya, maka jangan berharap banyak pada sepakbola negeri ini.