Rangkuman Serie A 2015/2016 Hingga Libur Musim Dingin

Datangnya hari Natal menjadi pertanda bagi kompetisi Liga Italia Serie A untuk menarik nafas dan mengistirahatkan kaki-kaki yang lelah barang sejenak. Seluruh kontestan Serie A musim ini, kecuali Sassuolo dan Torino, sama-sama telah memainkan 17 pertandingan sejauh ini. Kompetisi nomor wahid di negeri pizza ini bakal kembali bergulir pada 6 Januari 2016 mendatang.

Penulis tak menyebut jeda ini sebagai paruh musim Serie A karena sesungguhnya masih ada dua partai lagi yang mesti dilakoni setiap klub guna menggenapi separuh dari total 38 laga yang harus dilakoni mereka musim ini.

Namun terlepas dari hal tersebut, ada beberapa catatan menarik yang penulis rangkum sejak Serie A musim 2015/2016 bergulir 22 Agustus sampai melakoni partai terakhirnya di tahun 2015 pada 20 Desember lalu.

1. Permutasi di puncak klasemen

Serie A musim 2015/2016 sejauh ini bisa dianggap sebagai musim paling seru dalam beberapa musim terakhir. Bagaimana tidak, puncak klasemen Serie A musim ini secara bergantian telah dihuni oleh enam tim yang berbeda. Mereka adalah AS Roma, Chievo Verona, Fiorentina, Internazionale, Napoli dan Sampdoria.

Catatan tersebut pastinya berimbas baik pada kualitas Serie A yang tak didominasi kubu tertentu seperti tiga musim sebelumnya. Pada musim 2014/2015 kemarin permutasi di puncak klasemen hanya melibatkan tiga tim yaitu AC Milan, AS Roma dan Juventus.

Jumlah yang sama juga terjadi di musim 2013/2014 saat Juventus, Napoli dan Roma bergantian menduduki tahta teratas. Yang paling ekstrem tentu musim 2012/2013 karena hanya FC Internazionale dan Juventus saja yang sempat menyegel posisi puncak, itupun dengan catatan Inter hanya kebagian sekali saja yaitu di pekan pertama.

Konstelasi papan atas Serie A musim ini juga tampak lebih ketat karena tim di peringkat kelima, Roma, hanya berselisih empat angka saja dengan sang pemuncak, Inter. Hal ini membuat peluang Roma bahkan masih cukup besar untuk merebut gelar Campione D’Invierno alias juara musim dingin yang bakal diketahui dalam dua pertandingan ke depan.

Jarak tipis itu jelas menjanjikan kedinamisan di papan atas Serie A. Akankah ada nama lain yang akan merangsek dan merebut singgasana?

2. Tim promosi yang keteteran

Serie A musim 2015/2016 kedatangan tiga tim sebagai kontestan baru musim ini. Mereka adalah duo pendatang baru, Carpi dan Frosinone, plus nama baru tapi lama, Bologna. Ketiganya merupakan alumnus Serie B musim sebelumnya yang beroleh jatah promosi.

Namun seperti yang sudah-sudah, ketiga tim promosi di atas mengalami masalah yang tak jauh berbeda dengan klub promosi lain pada beberapa musim terakhir. Hingga pekan ke-17 yang lalu, tiga kesebelasan ini masih berkutat di papan bawah.

Berturut-turut Bologna, Frosinone dan Carpi mengisi slot 15, 18 dan 19. I Rossoblu, julukan Bologna, dan I Biancorossi, nickname Carpi, bahkan telah melakukan pergantian pelatih guna mendongkrak penampilan.

Berkaca pada torehan tim-tim promosi dalam tiga musim terakhir, selalu saja ada nama yang mesti kembali lagi ke Serie B pasca-semusim berlaga di kasta tertinggi persepakbolaan Italia.

Cesena, Livorno dan Pescara menjadi klub yang harus terelegasi akibat tak sanggup bersaing di kerasnya belantara Serie A. Akankah tiga tim promosi musim ini mengulang torehan buruk itu walau perjalanan Serie A musim ini masih amat panjang?

3. Kedigdayaan stranieri

Pelatih tim nasional Italia, Antonio Conte, beberapa kali mencak-mencak karena merasa Gli Azzurri kekurangan sumber daya. Penyebabnya apalagi kalau bukan klub-klub Italia yang kelewat gemar menggunakan jasa pemain asing alias stranieri. Hal ini yang kemudian membuat kesempatan pemain-pemain asli Italia mengecil akibat kalah bersaing.

Berdasarkan statistik yang dihimpun dari legaseriea.it, dari 169 partai yang sudah dimainkan sampai pekan ke-17 kemarin terdapat 692 pemain yang beraksi di atas lapangan. Namun perlu diketahui bila 355 pemain merupakan tenaga kerja asing. Ini berarti 51.3% atau lebih dari separuh pesepak bola yang berlaga di Serie A sejauh ini bukanlah pemain berkewarganegaraan Italia.

Mengintip ke barisan penggedor yang memimpin daftar top skor sementara, maka kecemasan dan kegalauan Conte pun semakin nyata terlihat. Gonzalo Higuain yang berdiri kokoh sebagai capocannoniere lewat gelontoran 16 gol adalah orang Argentina.

Negeri pizza memang punya Eder yang bersama dengan penyerang asal Kroasia, Nikola Kalinic, mengekor di belakang Higuain lewat koleksi sepuluh gol. Namun harus diingat jika Eder sendiri merupakan Oriundo yang baru berkostum Gli Azzurri setahun belakangan.

Adalah hal yang menyesakkan bila pemain Italia tak bisa gemilang di tanah kelahiran mereka sendiri.

4. Melejitnya pemain belia

Mungkin banyak pencinta Serie A yang tidak menyangka bila nama-nama semisal Federico Bernardeschi, Gianluigi Donnarumma dan Adam Masina bisa mentas di puncak tertinggi kompetisi sepak bola Italia musim ini. Kehadiran mereka seolah memberi warna baru bagi Serie A yang selama ini begitu lekat dengan julukan liga orang tua atau liganya para veteran karena masih bercokolnya figur-figur tua dalam diri Gianluigi Buffon, Luca Toni dan Francesco Totti.

Meski pada faktanya Serie A memang masih tercatat sebagai liga dengan rata-rata pemain paling tua kedua di Eropa berdasarkan penelitian lembaga statistik, CIES, namun munculnya pemain-pemain muda ini seakan menunjukkan bahwa Italia sudah siap melakukan regenerasi di kompetisinya.

Tak hanya pemain-pemain muda Italia, beberapa nama belia asal negara lain juga cukup banyak yang mendapat kesempatan bermain lebih bahkan menjadi andalan kesebelasan yang mereka perkuat.

Semoga dengan kesempatan yang lebih banyak diberikan kepada para pemain muda, Serie A bisa menyajikan sesuatu yang lebih menarik.

5. Pelatih yang kehilangan jabatan

Sudah menjadi keniscayaan bila profesi pelatih merupakan salah satu yang paling panas dan rentan dalam dunia sepak bola. Alasannya jelas karena sosok pelatih bisa jadi tumbal atas performa suatu tim, entah itu baik ataupun buruk, sehingga dapat dilengserkan kapan saja dari jabatannya.

Sampai jeda musim dingin, Serie A 2015/2016 tercatat sudah memecat enam orang allenatore. Mereka adalah Fabrizio Castori (Carpi), Delio Rossi (Bologna), Giuseppe Sannino (Carpi), Giuseppe Iachini (Palermo), Walter Zenga (Sampdoria) dan Andrea Mandorlini (Hellas Verona).

Apa yang terjadi pada Castori musim ini terbilang cukup unik lantaran pasca-dipecat dan digantikan Sannino pada September silam, dirinya kembali menakhodai Carpi menggantikan Sannino di bulan November.

Bila dicermati lagi, catatan di atas jauh lebih tinggi dibanding musim lalu yang menelan empat orang pelatih saat Serie A masuk periode istirahat. Namun sedikit lebih rendah bila dikomparasikan dengan tujuh orang peracik strategi yang dipecat memasuki libur musim dingin pada musim 2012/2013.

Jumlah pemecatan bisa saja bertambah saat liga bergulir kembali mengingat klub-klub Serie A tidak segan untuk berganti pelatih di tengah musim.

Peramu taktik bakal dibuat harap-harap cemas sepanjang musim ini, tak hanya bagi pelatih yang klub asuhannya mendekam di papan bawah klasemen tapi juga allenatore klub papan atas yang penampilannya dianggap buruk.

Menarik untuk mencermati apa yang akan terjadi selanjutnya di kompetisi Serie A musim ini. #ForzaSerieA

 

 

Komentar

This website uses cookies.