Rasen Ballsport Leipzig: Promosi, Dibenci, Berprestasi

Sabtu, 20 Agustus 2016, sepotong kepala banteng berlumuran darah dilemparkan ke lapangan saat pertandingan putaran pertama DFB-Pokal (Piala Jerman) yang mempertemukan Dynamo Dresden dengan Rasen Ballsport Leipzig.

Pertandingan tersebut akhirnya dimenangi oleh Dynamo Dresden lewat adu penalti setelah dalam waktu normal pertandingan berakhir dengan skor 2-2.

Sebelumnya, suporter Hansa Rostock mogok masuk stadion di sepuluh menit pertama pertandingan saat klub mereka menghadapi RB Leipzig. Sedangkan suporter Union Berlin melakukan aksi bungkam selama 15 menit pertama saat klub kesayangan mereka bertemu RB Leipzig.

Yang terbaru adalah aksi boikot yang dilakukan suporter Borussia Dortmund. Mereka enggan menyaksikan pertandingan RB Leipzig melawan Dortmund dan memilih untuk memantau jalannya pertandingan melalui siaran radio.

Apa yang menyebabkan aksi-aksi “kebencian” suporter beberapa klub di Jerman terhadap RB Leipzig ini? Mengapa RB Leipzig begitu dibenci?

Hingga tahun 2009, RB Leipzig masih berkutat di divisi 5 dengan nama SSV Markranstädt. Kemudian Red Bull, sebuah perusahaan minuman berenergi, membeli klub tersebut dan menjanjikan akan mengucurkan dana untuk membeli pemain baru sebanyak 100 juta euro. Di sinilah titik awal penyebab kebencian terhadap RB Leipzig.

Dalam sepak bola Jerman terdapat ketentuan kepemilikan saham klub oleh anggota klub dengan model 50+1. Dengan ketentuan ini, anggota klub memiliki suara terkait kebijakan-kebijakan yang diambil manajemen klub, semisal harga tiket masuk stadion.

Memang, secara kasat mata, ketentuan ini tidak dilanggar oleh RB Leipzig. Namun, menurut banyak pihak, semua itu sekadar akal-akalan Red Bull agar bisa memenuhi ketentuan yang berlaku.

RB Leipzig memiliki 17 anggota klub yang rutin membayar iuran per tahun sebanyak 1000 euro. Bandingkan dengan Borussia Dortmund yang memiliki anggota sebanyak 139 ribu dan Bayern Munchen dengan 224 ribu dan membayar iuran per tahun hanya 60 euro saja.

Lebih lagi, ke-17 anggota RB Leipzig tersebut mayoritasnya memiliki keterkaitan dengan perusahaan Red Bull.

Saat pertandingan perdana di Bundesliga musim ini, RB Leipzig bertandang ke markas Hoffenheim. Sebuah spanduk besar bertuliskan “Kembalikan gelar kami sebagai klub paling dibenci di Jerman” dibentangkan oleh supporter Hoffenheim sebagai sindiran satir kepada RB Leipzig.

BACA JUGA:  Jalan Bergelombang AC Milan dan Ketegangan Milanisti

Sebelumnya, Hoffenheim memang memiliki kasus yang mirip dengan apa yang terjadi pada RB Leipzig ini.

Kiprah RB Leipzig di sepak bola Jerman

Memulai kompetisi dari kasta ke 5 di Liga Jerman, hanya 7 tahun setelahnya, RB Leipzig sudah tampil di kasta tertinggi. Berbekal juara Divisi 5 pada tahun 2010, RB Leipzig promosi ke Divisi 4 dan berkompetisi di sana untuk musim kompetisi 2010/2011.

Sempat tertahan dua musim di Divisi 4, RB Leipzig akhirnya promosi ke Divisi 3 usai menjuarai kompetisi Divisi 4 pada musim 2012/2013. Pada musim kompetisi ini, RB Leipzig juga menjuarai Saxony Cup untuk kedua kalinya.

Semusim di Divisi 3, RB Leipzig melangkah ke kompetisi kasta kedua usai menjadi runner-up musim kompetisi 2013/2014. Dan akhirnya, musim ini, RB Leipzig berhasil masuk kompetisi kasta tertinggi.

RB Leipzig melangkah ke Bundesliga usai menempati peringkat kedua di kompetisi Divisi 2 pada musim kompetisi 2015/2016.

Pergerakan cepat melangkah menuju kompetisi kasta tertinggi tak lepas dari kebijakan klub dalam merekrut pemain muda berbakat. Mereka hanya mau merekrut pemain dengan usia maksimal 24 tahun.

Yang terbaru, mereka merekrut Oliver Burke, seorang wonderkid asal Skotlandia yang sebelumnya bermain untuk Nottingham Forest. Dengan fasilitas latihan ultra-modern bernilai 30 juta euro, RB Leipzig berlaku seperti kebanyakan klub lain di Jerman, tak main-main dalam melakukan pembinaan pemain usia muda.

Klub ini juga memiliki stadion berkapasitas 44 ribu tempat duduk. Untuk musim ini, 20 ribu tiket terusan berhasil dijual pihak manajemen.

Peluang prestasi

Mari beranjak ke belakang meninggalkan RB Leipzig sejenak. Kita melihat bagaimana sebuah klub bisa berprestasi sesaat setelah mereka promosi ke Bundesliga.

Yang pertama, Hoffenheim. Tim dari kota kecil ini bahkan masih berjuang di Divisi 8 pada tahun 1990-an. Pada musim kompetisi 2008/2009, mereka berhasil menembus Bundesliga.

Memimpin klasemen di hampir separuh pertama liga, Hoffenheim berhasil memberi kejutan dengan mengalahkan Bayern Munchen sesaat sebelum libur Natal. Prestasi mereka ini mengangkat nama Vedad Ibisevic sebagai kunci kesuksesan klub.

BACA JUGA:  Vuvuzela, Om Telolet Om, dan Afeksi Kita Kepada Ketidaknyamanan

Sayangnya, badai cedera membuat prestasi Hoffenheim menurun di paruh kedua kompetisi. Mereka mengakhiri musim kompetisi 2008/2009 dengan menduduki peringkat 7, sebuah prestasi yang cukup bagus untuk tim yang baru promosi.

Bicara prestasi tim promosi di Bundesliga, tentu saja kita harus menyinggung Kaiserslautern. Tim promosi ini berhasil menjuarai Bundesliga musim 1997/1998.

Padahal, saat itu, pesaing Kaiserslautern sedang berada pada puncak kegemilangan mereka. Borussia Dortmund menjuarai Piala Champions 1997 dan di tahun yang sama, Schalke 04 menjuarai Piala UEFA. Jangan lupakan Bayern Munchen yang memang secara tradisi setiap tahun selalu menjadi kandidat utama peraih gelar.

Berbekal mayoritas pemain muda yang sebelumnya kurang dikenal, Kaiserslautern mengejutkan publik sepak bola Jerman dan Eropa dengan menjuarai bundesliga dengan hanya mengalami 4 kekalahan saja sepanjang kompetisi.

Memang, saat ini, kompetisi baru saja dimulai. Baru 6 pertandingan yang dijalani seluruh kontestan Bundesliga. Masih ada 28 pertandingan lagi yang menanti hingga akhirnya kompetisi usai di musim panas tahun depan dan baru benar-benar pasti kita mengetahui di mana posisi akhir RB Leipzig.

Melihat 6 pertandingan yang telah dijalani, prestasi RB Leipzig cukup menjanjikan untuk ukuran klub yang baru pertama berkompetisi di kasta tertinggi.

RB Leipzig menjadi 1 dari 4 tim yang belum terkalahkan. Yang mengejutkan, mereka berhasil mengalahkan salah satu calon kuat juara musim ini, Borussia Dortmund dengan skor tipis 1-0. Mereka juga berhasil menghancurkan Hamburger SV di kandang lawan dengan 4 gol tanpa balas.

Selain itu, RB Leipzig juga berhasil menahan imbang salah satu kontestan Liga Champions, Borussia Monchengladbach.

Melihat penampilannya di awal musim, dan keseriusan manajemen klub dalam mengelola dan melakukan pembinaan, bukan tak mungkin RB Leipzig mampu melampaui capaian Hoffenheim di akhir musim sesaat setelah promosi.

Atau bahkan, menyamai prestasi Kaiserslautern dengan menjuarai Bundesliga sesaat setelah promosi. Kompetisi masih panjang memang, kiprah RB Leipzig, saya kira, menjadi salah satu yang layak disimak sepanjang kompetisi kasta tertinggi di liga-liga Eropa.

Rasen Ballsport Leipzig, baru promosi, dibenci, namun berprestasi!

 

Komentar