Sejumput Harapan Tentang Liga 1

Pada Sabtu, 29 Februari 2020 mendatang, partai Persebaya versus Persik akan menjadi penanda bahwa Liga 1 musim 2020 telah bergulir. Pertandingan yang diselenggarakan di Stadion Gelora Bung Tomo itu bakal menjadi prolog dari segala cerita yang ada di kompetisi Liga 1.

Seperti biasa, mata publik yang menggilai sepakbola Indonesia akan tertuju ke sana. Melihat bagaimana kualitas para pemain yang bertanding, menyaksikan polah fans yang berdendang di tribun, kinerja wasit di lapangan, tingkah operator kompetisi maupun federasi hingga mengamati berjuta kontroversi yang kemungkinan muncul kembali di persepakbolaan nasional.

Jadwal Laga

Beberapa waktu lalu, PT. Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi sudah mengeluarkan draf jadwal kompetisi. Meski belum sepenuhnya beres, tapi publik merasa ada hal positif dari jadwal tersebut. Salah satunya adalah jadwal laga yang dimainkan di akhir pekan. Bila terwujud, tentu ini sangat baik untuk recovery pemain sehingga kondisi fisik mereka lebih bugar dari laga satu ke laga lainnya.

Bagi para suporter, baik yang sudah bekerja atau bahkan yang masih sekolah, jadwal pertandingan yang hanya berlangsung di akhir pekan adalah anugerah tak terkira. Pasalnya, mereka akan lebih mudah menyesuaikan waktu untuk hadir secara langsung ke stadion.

Selain itu, klub juga bakal mendapat keuntungan jika skema tersebut dilaksanakan. Kosongnya tribun gara-gara pertandingan dihelat pada hari kerja dan berpotensi menihilkan pemasukan takkan terjadi kembali.

Lebih jauh, draf jadwal itu juga memberi ruang lebih kepada tim nasional Indonesia untuk mempersiapkan diri menghadapi suatu laga internasional atau bahkan kejuaraan karena diklaim sudah meminimalkan bentrok jadwal.

Sudah menjadi tradisi di Indonesia bahwa jadwal kompetisi acapkali bertabrakan dengan agenda internasional yang sudah ditetapkan induk organisasi sepakbola dunia (FIFA). Akibatnya, timnas tak pernah mampu tampil maksimal karena kebugaran para pemain jauh dari kata ideal.

BACA JUGA:  PSSI Jangan Sembarangan Melakukan Naturalisasi

Bekas pelatih timnas, Simon McMenemy, secara terang-terangan pernah mengkritik hal ini sebagai salah satu faktor penyebab jebloknya performa skuad Garuda di level internasional.

Jadwal yang rapi merupakan tanggung jawab operator kompetisi dan federasi. Muara dari hal tersebut adalah membaiknya iklim sepakbola di Indonesia. Sejumlah problem yang seringkali muncul, misalnya saja agenda Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) atau Pemilihan Presiden (Pilpres) tak sepatutnya jadi halangan untuk merancang jadwal kompetisi yang teratur.

Wasit

Dengan liga yang berpotensi kian ketat, operator kompetisi dan federasi harus mampu menyuplai wasit berkemampuan apik dan profesional. Kudu diakui bahwa di sejumlah momen, kapabilitas rendah dari wasit Indonesia membuat sebuah laga atau bahkan kompetisi secara keseluruhan berjalan tidak semestinya.

Wasit yang diberdayakan mesti memegang teguh prinsip keadilan di lapangan. Jangan ada lagi peristiwa buruk yang terjadi gara-gara sejumlah pihak merasa dirugikan oleh keputusan berat sebelah dari para wasit.

Konon, Video Assistance Referee (VAR) belum akan diterapkan di musim ini. Hal ini tak selamanya buruk asalkan PSSI dapat meningkatkan kualitas para pengadil lapangan di Indonesia, khususnya mengenai aturan-aturan yang berkaitan dengan VAR. Dengan begitu, saat VAR betul-betul diimplementasikan, tidak ada kegagapan dari wasit. Namun di luar itu semua, integritas dan kemampuan wasit itu sendiri wajib dibenahi serta ditingkatkan terlebih dahulu.

Arisan Juara

Hal menjemukan lain yang kerap muncul dari sepakbola Indonesia adalah klaim bahwa liga sudah diatur bahkan sebelum diputar sehingga juaranya sudah ketahuan sejak awal. PT. LIB dan PSSI sepatutnya berkaca dan bekerja sungguh-sungguh agar anggapan miring seperti itu bisa lenyap dari sepakbola tanah air.

Kecurigaan semacam ini takkan pernah hilang dari benak penggila sepakbola tanah air jika pihak-pihak yang memegang wewenang tentang kompetisi justru melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aturan. Jangan ada lagi kasus-kasus komikal dan irasional sehingga menimbulkan kontroversi publik.

BACA JUGA:  Mencintai Persib Tak Harus Menjadi Bandung

Suporter yang Bertanggung Jawab dan Rasional

Terakhir, para suporter yang memiliki cinta tiada batas kepada tim kesayangan juga wajib mendewasakan diri dan selalu rasional dalam berperilaku. Jangan mudah terprovokasi atau malah sengaja memprovokasi lawan. Tunjukkan dukungan kepada tim kesayangan secara positif lewat nyanyian atau koreografi di tribun, bukan perkelahian tak tahu adat di luar stadion yang menimbulkan korban jiwa. Tak boleh ada nyawa yang melayang lagi karena pertandingan sepakbola.

Tidak salah jika faksi antarsuporter menikmati rivalitas, tapi segalanya harus sesuai dengan batasan-batasan yang ada. Bagaimanapun juga, menikmati rivalitas juga berarti menghormati lawan. Suporter adalah manusia yang berakal dan berperasaan, semua tindak-tanduknya harus sesuai dengan harkat dan martabat manusia.

Saya percaya bahwa Liga 1 musim 2020 sudah dinantikan kedatangannya oleh seluruh penggila sepakbola Indonesia. Walau demikian, masih ada banyak hal yang mesti dibenahi terlebih dahulu. Apalagi membenahi hal tersebut bukanlah sebuah kemustahilan.

Sebagai salah satu penggemar sepakbola Indonesia, saya memiliki harapan bahwa jadwal yang rapi, wasit berkualitas, liga yang sehat, dan kedewasaan suporter bisa mendorong iklim kompetisi di tanah air supaya makin bagus dalam segala aspek. Pun begitu dengan penampilan timnas Indonesia yang selama ini angin-anginan.

Komentar